Terjadinya Klitih pada Kalangan Remaja
Eduaksi | 2023-06-03 20:39:48Alasan apa yang membuat remaja bisa sampai melakukan tindakan klitih?
Mari kita ungkap dari sisi psikologi penyebab seseorang melakukan tindakan klitih.
Fenomena klitih masih menjadi sorotan publik akhir-akhir ini. Pasalnya di daerah Yogyakarta sendiri sudah banyak ditemukan korban dari tindakan klitih. Menurut (Lubis et al., 2023) kata klitih awalnya dari Bahasa jawa “klitihan” artinya aktivitas yang dilakukan seseorang dengan keluar rumah untuk menggantikan waktu kosong saja, tanpa harus melakukan kegiatan lain dengan jelas. Namun arti kata klitih ini semakin menyimpang karena identik dengan aksi kekerasan. Fenomena Klitih menjadi tindakan dalam bentuk anarkisme yang dilakukan oleh sekelompok remaja dengan menggunakan senjata tajam. Hal ini dilakukan dengan tujuan yang tidak jelas dan untuk merugikan orang lain saja.
Teori ekologi Bronfenbrenner dengan perilaku klitih.
Menurut tokoh psikologi yang cukup terkenal yaitu Bronfenbrenner, ia mencetuskan teori ekologi yang berhubungan pada masa perkembangan anak dengan melihat secara luas interaksi dengan lingkungan sosial.
Teori Bronfenbrenner terkait mikrosistem, individu seseorang bisa dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya, dan linkungan sekolah. Menurut (Fadhilah & Musthofa, 2022)
1. Menurut (Fadhilah & Musthofa, 2022) keluarga mempunyai peran besar dalam menjaga dan mendidik pola asuh anak. Karena anak butuh rasa cinta dan rasa aman dari orang tua untuk mendapatkan bimbingan yang benar. Namun jika dilihat pada pola asuh orang tua yang permisif biasanya mereka memanjakan anak dengan kebebasan sehingga membuat tingkah laku pada anak menjadi agresif dan impulsif. Hal tersebut bisa menjadi penyebab remaja yang melakukan tindakan klitih.
Pada sebagian orang tua kebanyakan mereka hanya berfokus pada permasalahan anak yang ada di dalam rumah saja, tanpa mengawasi lingkungan luar anak. Contohnya seperti orang tua yang cenderung ketat mengawasi anak pada saat di rumah, tapi tidak memperhatikan pergaulan anak di luar rumah. Akibatnya anak bisa mengikuti perbuatan yang kurang baik dari lingkungan pertemanan mereka.
2. Pengaruh dari pertemanan yang besar dalam membentuk karakter individu. Jika individu berada di lingkungan pertemanan yang cenderung agresif dan suka melukai orang lain, maka individu tersebut akan mengikuti tindakan yang dilakukan teman-temannya. Menurut (Jatmiko, 2021) menjelaskan remaja yang melakukan klitih kebanyakan dari mereka tipe orang yang sulit dalam mengendalikan emosi, gampang tersinggung oleh orang lain.
Teori Bronfenbrenner terkait Ekosistem, klitih juga dapat timbul akibat adanya pembiasaan. Pada sistem ini, konsep-konsep diri yang telah dimiliki individu sejalan. Seperti pada halnya klitih, ketika seseorang memegang prinsip untuk membenarkan tindak “melukai orang” jika hal ini ditunjukkan dengan dukungan ekosistem, maka membuat tindakan individu tersebut akan semakin muncul (Fadhilah & Musthofa, 2022).
Langkah penanganan yang dilakukan untuk remaja pidana klitih
Pada penelitian (Fatkhurrokhim & Biafri, 2022) menjelaskan bagi anak yang sudah terjerumus pada tindak pidana klitih akan diberikan program pembinaan melalui lembaga pembinaan khusus anak. Pembinaan yang didapat ini berupa membina anak tindak pidana klitih agar pulih dan membuatnya menyadari kesalahan yang telah diperbuat, pembinaan secara kepribadiaan, pembinaan dalam membangun dan membentuk krakter anak, serta pembinaan keterampilan yang berupa pelatihan.
Penanggulangan perilaku klitih
- Peran yang diberikan dari orang tua melalui Pendidikan dan pola asuh bisa menjadi cara dalam mencegah remaja melakukan tindakan klitih. Karena orang tua merupakan role model bagi seorang anak.
- Pada lembaga pendidikan yang harus mengadakan kegiatan-kegiatan positif untuk anak-anak dengan memberikan kegiatan yang bermoral dan extrakuriluker menarik (Lubis et al., 2023).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.