Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasan Albana

Mengembangkan Bakat Anak

Parenting | Thursday, 01 Jun 2023, 06:10 WIB

Barangkali anda pernah mendengar orang mengatakan, ”Saya tidak bisa mengerjakan itu karena saya nggak bakat.” mungkin pula kita sendiri pernah atau bahkan sering mengatakannya. Apa sebenarnya bakat itu? Bagaimana mengembangkannya?

Bakat: Potensi Terpendam

Menurut dr.Kresno Mulyadi, SpKJ, ada beberapa istilah yang terkait dengan bakat. Yaitu kemampuan, prestasi, pandai, dan bakat itu sendiri. Bakat menurut dia adalah potensi yang masih belum muncul (terpendam). Kemampuan, potensi yang sudah dimunculkan, sehingga tampak. Misalnya kemampuan menggambar. Bakat menggambar tidak muncul kalau tidak diberi kesempatan dengan pelatihan. Sementara prestasi, kata Kak Kresno, merupakan hasil dari bakat dan kemampuan yang dimunculkan secara khusus dalam kesempatan tertentu. Misalnya menjadi juara lomba dalam lomba menggambar. Berbakat atau cerdas lalu diberi pelajaran sehingga bakat dan kecerdasannya itu terwujud disebut pandai atau intelek/ terpelajar.

Jadi, bakat, kemampuan, dan prestasi itu berbeda. Berbakat atau cerdas belum tentu pandai kalau tidak dilatih, diberi pelajaran, dsb. Pandai belum tentu berprestasi, kalah dengan yang biasa-biasa karena mungkin pada saat ulangan dia sakit misalnya atau gugup atau sebab lainnya.

Sementara dalam Seri Ayahbunda disebutkan, bakat atau aptitude adalah potensi dalam diri seseorang yang dengan rangsangan tertentu memungkinkannya mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus. Misalnya kemampuan berbahasa inggris, bermain musik, atau kemampuan menulis cerita. Seseorang yang berbakat musik misalnya, dengan latihan yang sama dengan orang lain yang tidak berbakat musikm akan lebih cepat menguasai keterampilan tersebut. Sebaliknya, seorang anak yang tidak berbakat musik walaupun secara intensif mendapat bimbingan dari seorang guru musik yang hebat, kecil kemungkinannya untuk menjadi ahli musik yang baik.

Dua jenis Bakat

Sebagian ahli menyebutkan, ada dua jenis bakat, vocational aptitude dan scholastic aptitude. Vocational aptitude yaitu bakat yang berkaitan dengan kemahiran atau kemampuan mengenai bidang pekerjaan khusus, seperti bakat menjual/ berdagang, menulis/ mengarang. Sedangkan scholastic aptitude adalah bakat yang diperlukan untuk berhasil dalam tipe pendidikan khusus, misalnya bakat melihat ruang (dimensi) yang diperlukan oleh seorang arsitek.

Bakat bukanlah suatu trait atau sifat yang tunggal melainkan sekelompok sifat yang membentuk kemampuan khusus tertentu. Misalnya, dalam bakat musik harus ada sifat-sifat dasar dalam kemampuan persepsi musik, yaitu kepekaan akan nada, kepekaan akan perasaan suara (tidak sumbang), kepekaan akan kuat lemahnya suara dan kepekaan akan ritme atau irama

Howard Gardner, penulis buku Multiple Intelligences (kecerdasan majemuk) menyamakan bakat dengan kecerdasan. “Sebut semuanya “bakat” bila anda memang menghendakinya, atau sebut semuanya “kecerdasan”, tulisnya. Kalau dulu orang menganggap orang pandai hanya karena IQ nya tinggi, Gardner menegaskan ada tujuh kecerdasan yaitu kecerdasan linguistic, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan ruang, kecerdasan musik, kecerdasan gerak badan, kecerdasan antar pribadi, kecerdasan intra pribadi.

Pada usia Berapa Terdeteksi

Masa kanak-kanak sering disebut sebagai “golden age”, usia emas. Masa tersebut merupakan saat tepat untuk membentuk kepribadian anak yang akan sangat penting perannya dalam ”menentukan” masa depannya kelak. Apakah pada usia tersebut bakat seseorang bisa diketahui dengan pasti sehingga memungkinkan untuk dikembangkan secara tepat?

Menurut Kak Kresno, belum ada data yang pasti pada usia berapa bakat seorang anak itu bisa dilihat apalagi dipastikan. Penggagas Negeri Kuncup Bunga ini menyarankan, sebaiknya kita memberikan keleluasaan kepada anak-anak beraktivitas untuk menunjukkan minat-minatnya sehingga kita bisa mengetahui bahwa anak mempunyai bakat di bidang tertentu. Contoh, di rumah tidak ada alat musik, tetapi bertamu ke rumah orang kebetulan di sana ada piano atau organ yang terbuka. Si anak belum pernah memainkan alat seperti itu tetapi mencoba-coba tutnya, kok bisa enak. Mungkin dia berminat atau mempunyai kecenderungan kepada musik. Minat ini memungkinkan orang tua untuk mengenali apa sebenarnya bakat anaknya. Jadi kecenderungan itu bisa mencerminkan minat dan minat itu representasi dari potensinya. ”jadi tidak ada batasan usia yang baku, yang jelas sebaiknya sedini mungkin kita mengetahui potensi atau bakat anak. Beri anak kesempatan untuk berekplorasi seluas-luasnya supaya anak menunjukkan segala macam minatnya.

PENGEMBANGAN

Meskipun belum ada data yang pasti tentang besarnya peran bakat bagi kesuksesan seseorang, namun potensi terpendam itu akan membawa hasil yang hebat jika tergali dan dikembangkan secara semestinya. Ada beberapa hal yang mungkin bisa dilakukan untuk mengembangkan bakat anak

Pertama, pengayaan pengalaman. Setelah ada tanda-tanda bahwa anak cenderung pada sesuatu, tentu yang positif, orang tua sebaiknya terus memperkaya anak dengan bermacam-macam pengalaman dan memperdalam pengalaman tersebut. Oleh karenanya, makin banyak dan makin bervariasi hal-hal baru yang dilihat dan didengar anak, makin tertarik pula anak untuk mengalami dan mencoba berbagai hal. Kata pepatah experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang terbaik.

Kedua, dorongan atau rangsangan. Dorongan atau rangsangan bisa membantu anak untuk mengembangkan semua minatnya. Setelh selesai mengarang cerita misalnya, anak bisa dianjurkan untuk terus membuat ilustrasi (menggambar). Dan begitu Insya Allah orang tua dapat memantau apa kira-kira bakat anaknya.

Ketiga, kesempatan. Setelah anak terdorong untuk mengembangkan bakatnya, kesempatan menjadi kebutuhan berikutnya. Tanpa kesempatan sulit bagi anak untuk menjajaginya berbagai macam bidang, akhirnya sulit pula untuk tahu potensinya

Keempat, penghargaan dan pujian. Berilah putrid anda pujian dan penghargaan sekecil apapun usaha yang telah dilakukan. Pujian merupakan cara yang sangat ampuh untuk meningkatkan motivasi anak dalam berlatih dan belajar. Namun, hendaknya pujian dan penghargaan itu yang wajar saja. Sebab, bila berlebihan bisa membuat anak tergantung pada pujian.

Kelima, penyediaan sarana. Penyediaan sarana untuk penyaluran bakat sangat penting. Sebab tanpa adanya sarana atau medium bakat anak tidak akan berkembang, dan anak tidak bisa terampil. Misalnya, anak yang mempunyai bakat bermain bulutangkis tetapi tidak disediakan raket, kock, dan sarana lainnya, atau diikutkan club, sulit baginya untuk bisa mengembangkan bakatnya. Begitu pula bakat melukis atau membuat kaligrafi.

Keenam, mulai dari yang umum. Bila orang tua belum tahu apa potensi anak, sebaiknya memilihkan bidang yang umum dulu, kemudian pelan-pelan mengkhususkannya

YANG MEMPENGARUHI TAMPILNYA BAKAT

Dalam proses pengembangan bakat anak ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi muncul atau tidaknya bakat. Pertama, motivasi. Faktor motivasi berhubungan dengan kuatnya daya juang untuk mencapai sasaran tertentu. Jika kurang ada motivasi untuk menjadi ahli bahasa inggris, misalnya, maka rintangan kecil saja di dalam menghafalkan kosa kata sudah cukup menjadi rintangan besar dan menghilangkan semangat untuk terus belajar dan berlatih sehingga bakat untuk berbahasa inggris kurang berkembang. Kedua, nilai atau value. Faktor nilai yaitu bagaimana cara seseorang memberi arti terhadap pekerjaan yang menjadi bakatnya, seseorang yang memberi nilai negatif terhadap pekerjaan yang menjadi bakatnya, misalnya berpandangan bahwa tukang sablon itu kurang dihargai masyarakat, bakat menyablonnya pun akan sulit berkembang. Rasulullah saw memandang berdagang merupakan pekerjaan yang mulia dan prospeknya bagus.

Ketiga, konsep diri. Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki anak tentang dirinya, meliputi kondisi fisik, psikologis, sosial, dan emosional. Gambaran ini terbentuk karena keyakinan anak tentang bagaimana orang-orang terdekat dalam kehidupannya memandang dirinya. Para ahli membedakan konsep diri menjadi dua, konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif terbentuk bila anak selalu dihargai berdasarkan potensi aktual yang ia miliki. Akibatnya, anak tahu kelebihan dan kekurangannya. Dalam menentukan target, ia sesuaikan dengan kemampuannya, sehingga kemungkinan berhasil lebih besar, dan orang lain pun bisa melihat keberhasilan ini. Sementara pengalaman keberhasilan mampu meningkatkan kepercayaan diri anak. Anak pun tetap menganggap dirinya punya citra diri positif.

Konsep diri negatif terbentuk bila lingkungan secara berlebihan selalu mengingatkan anak akan kelemahan atau membesar-besarkan kekurangannya. Tapi bisa juga karena pengasuhan (nurturing). Anak memandang dirinya sebagai ”lebih” dari pada temannya. Hal ini terjadi bila anak selalu diperlakukan secara khusus oleh orang tua atau saudara. Akibatnya, ia keliru menilai dirinya. Anak cenderung menetapkan target tertentum namun ia lebih sering gagal mencapainya. Akibatnya ia sering kecewa terhadap dirinya sendiri.

Dr. Kresno mulyadi, Spkj

(Al-Falah edisi 183, juni 2003)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image