Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Frederico Nathaniel Darmawan Mahasiswa Unair

Hallyu Wave Sebagai Jembatan Diplomasi Luar Negeri antara Korea Selatan dan Indonesia

Lainnnya | 2023-05-29 23:21:12

Hallyu wave sebagai jembatan diplomasi luar negeri antara korea selatan dan Indonesia Produk budaya adalah komoditas yang terlihat dan tidak terlihat, seperti konten budaya dan konten multimedia, yang mencerminkan elemen dan identitas budaya. Karena budaya berperan sebagai mediator yang mengantarkan budaya dan nilai seseorang kepada orang lain, penerimaan produk budaya melibatkan penerimaan unsur budaya dari negara asal.

Pergeseran elemen budaya belakangan ini mendapatkan momentumnya melalui globalisasi yang dipicu oleh pesatnya penetrasi teknologi digital. Meskipun globalisasi berisiko kehilangan identitas unik dan nilai budaya lokal, globalisasi menghasilkan budaya hibridisasi dengan mencampurkan karakteristik sosiokultural warisan lokal dengan budaya impor.

Menurut Kraidy. hibriditas budaya adalah dinamika budaya transnasional di mana pemisahan dan campuran budaya hidup berdampingan. Interaksi kekuatan budaya, ekonomi, serta politik merupakan konstitutif dari hibridisasi ini dalam konteks internasional. Proses hibriditas budaya ini, yang dikenal dengan glokalisasi, melibatkan kombinasi budaya lokal dan global yang mengarah pada budaya yang kaya dan beragam di negara-negara pengimpor.

Dengan kata lain, hibriditas budaya mempromosikan dan memperkuat keragaman budaya sebagai sarana mencapai keberlanjutan budaya dengan menerima budaya global sekaligus menjaga kode budaya lokal. Oleh karena itu, mengidentifikasi apa yang mempercepat atau menghambat hibriditas budaya, yang pada akhirnya mengarah pada budaya berkelanjutan, menjadi perlu.

Contoh hibriditas budaya yang berhasil menarik orang luar salah satunya ialah produk budaya Korea Selatan, seperti drama korea, music pop, maupun per-film an yang memiliki unsur korea yang juga di minati oleh anak remaja kini sudah menyebar yang mana juga disebut hallyu wave. Yang mana hallyu wave menyebar dengan cepat juga melalui social media yang sering di gandrungi oleh khalayak muda di seluruh dunia sehingga industry Korea Selatan bisa menembus pasar internasional.

Dengan demikian, patut diketahui jika hal tersebut mempunyai potensi untuk memunculkan budaya hibridisasi yang signifikan di negara pengimpor melalui proses perdagangan budaya. Di bawah Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemerintahannya, Seoul telah melakukan prakarsa diplomatik terpadu pertama yang bertujuan memajukan hubungan dengan ASEAN. Popularitas produk budaya Korea mulai meningkat di Asia Tenggara mulai tahun 2000-an. Drama Korea merupakan motor penggerak Korean Wave di kawasan ini.

Baru-baru ini, K-pop telah mengalami peningkatan kepentingan dalam budaya pop Korea. Popularitas ini telah memfasilitasi keinginan membeli, dan kepuasan kualitas, berbagai produk Korea yang ditampilkan dalam film atau drama, seperti mobil, ponsel, dan peralatan listrik rumah tangga. Hal ini masih berlaku hingga kepemimpinan presiden Yoon Suk-Yeol yang mana menerapkan soft power strategy sebagai sarana diplomasi melalui hallyu wave. Munculnya budaya K-Pop yang cepat menyebar di Indonesia tentu terdapat juga pengaruh oleh diplomasi budaya yang diselenggarakan oleh Korea Selatan.

Banyak kebijakan dari diplomasi kedua negara ini berjalan hingga saat ini, tentu hal ini memiliki dampak baik dan buruknya. Meski demikian, kebijakan tersebut telah membuat kemajuan dalam memperkuat infrastruktur diplomatik dan aparatur institusional Korea Selatan untuk mencurahkan lebih banyak perhatian kepada Indonesia. Korea Selatan termasuk investor dari mitra atau investor utama Indonesia, namun di katakana oleh Menteri Perdagangan Indonesia Agus Suparmanto pada upacara yang dilakukan secara daring dari Seoul hal itu belum tentu menggambarkan ikatan yang sesungguhnya. tetapi hubungan ekonomi masih belum mencerminkan potensi yang sebenarnya.

Dari upacara tersebut dihasilkan bahwa Korea Selatan dan Indonesia saling menghapus tarif preferensial investasi sebanyak 92-95%. Hal itu tentu akan berdampak pada perekonmian kedua negara yang bekerjasama. Budaya dari hallyu wave tersebut menjadi pemicu hubungan diplomasi serta kekuatan korea selatan untuk beriteraksi dengan negara lain termasuk Indonesia. Perkembangan itu menyatukan budaya yang sudah di bentuk dan diterima oleh Indonesia sehingga hal tersebut berhasil memberi manfaat dari segi ekonomi serta manfaat untuk meningkatkan relasi antar negara terjalin dengan baik.

Referensi: Leornardo. (2019). DIPLOMASI BUDAYA KOREA SELATAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP HUBUNGAN BILATERAL KOREA SELATAN-INDONESIA, 11-12. Luthviana, S. (2019). KEPENTINGAN DIPLOMASI K-POP KOREA SELATAN TERHADAP INDONESIA DALAM BIDANG EKONOMI DAN SOSIAL BUDAYA TAHUN 2015- 2018. Nyarimun, S. A. (2017). Musik K-Pop Sebagai Alat Diplomasi Dalam Soft-Power Korea Selatan, Universitas Satya Negara Indonesia. 76-77.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image