Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Amelia Putri Septiani

Apa itu Id, Ego, Superego?

Info Terkini | Monday, 29 May 2023, 19:14 WIB

Pendahuluan

Konsep psikoanalisis Freud tentang struktur kepribadian di antaranya adalah Id, ego, super-ego. Konsep id adalah pusat dari cathexis (energi) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan psikologis. Contoh adanya cathexis yang ditimbulkan oleh Id adalah di saat individu lapar dan hendak makan, maka energi ini yang ditimbulkan oleh kondisi biologis ini mempengaruhi kondisi psikologis dan menghasilkan keinginan untuk makan.

Ego

Ego merupakan struktur kepribadian yang dikonstruksi dari luar individu. Contohnya seperti konsep internalisasi Peter L. Berger. Di saat Id menyalurkan energi saat individu tersebut lapar, namun realita di sekitar tidak terdapat makanan, maka muncullah energi anti-cathexis yang memblokir energi cathexis tersebut. Dengan kata lain ego mengadaptasikan fakta sosial kepada Id yang memaksa Id untuk menyadari bahwasanya kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi. Adanya rintangan dalam diri sendiri yang disebabkan oleh anti-cathexis ini dapat disebut sebagai frustasi luar. Namun selain frustasi dalam, terdapat juga frustasi luar yang disebabkan oleh keterbatasan kuasa individu dalam mencapai kebutuhan. Peredaan ketegangan yang dilakukan oleh ego kepada Id sejatinya bertujuan untuk dapat mempertahankan kehidupan seseorang sebagai makhluk individu. Dan ini yang membedakan antara ego dan superego.

Superego

Super-ego merupakan struktur kepribadian yang berusaha mempertahankan eksistensi individu sebagai makhluk sosial. Dengan kata lain super-ego dapat terbentuk dari eksternalisasi (Berger) atau fakta sosial yang ada. Aspek-aspek sosiologis lah yang membentuk super-ego. Yang membedakan ego dengan superego adalah bagaimana superego melepas eksistensi pribadi secara individual, eksistensi pribadi telah melebur sebagai kesatuan masyarakat. Sama halnya dengan ego, super-ego dapat menghasilkan anti-cathexis untuk meredam ketegangan yang ditimbulkan oleh cathexis. Contoh kasus untuk memahami superego adalah bagaimana adanya nilai dan norma yang diinternalisasikan individu sebagai syarat melebur individu sebagai masyarakat sosial. Proses internalisasi nilai dan norma ini dalam sosiologi disebut sebagai sosialisasi. Adanya sosialisasi inilah yang membentuk struktur kepribadian super-ego.

Implementasinya Terhadap Gejala Sosial

Gejala sosial yang terjadi di masyarakat seperti dualisme struktur dan agen, genosida, sosialisasi tidak sempurna, dan sebagainya dapat dianalisis secara psikologis. Gejala sosial yang merupakan objek kajian sosiologis dapat dikumulasikan dengan psikologi. Freud mengkritik adanya perdebatan tentang siapa yang berpengaruh antara agen dan struktur. Menurutnya dengan perdebatan yang tidak berujung tersebut merupakan konstruksi manusia tentang batas-batas yang berujung pada irasionalitas. Berdasarkan struktur kepribadian, manusia telah memiliki otoritas-otoritas berupa agen (ego) dan struktur (super-ego). Adapun penyelesaian perdebatan tersebut sebenarnya telah menciptakan strukturasi (Giddens) di dalam alam psikologi manusia. Adanya irasionalitas yang dikonstruksikan oleh perdebatan tersebut menimbulkan suatu masyarakat yang irasional, sehingga mencetak generasi baru yang lahir pada masyarakat irasional. Status quo yang semu ini dapat diselesaikan secara psikologis dan sosiologis dengan bagaimana penekanan efektivitas sosialisasi primer atau proses pendidikan anak dalam keluarga.

Adanya ketidaksempurnaan sosialisasi ini dapat menimbulkan ketidakmatangan kepribadian individu. Adanya ketimpangan energi di salah satu struktur kepribadian mengakibatkan bermasalahnya kepribadian individu secara individual maupun sosial. Permasalahan tersebut dapat berupa sebagai sifat narsistik yang membawa dunia kepada genosida. Adanya ketimpangan energi pada superego dan ego dalam pendidikan anak di keluarga dapat menciptakan sifat narsistik. Ketimpangan antara hukuman dan hadiah kepada anak menyebabkan tersentralnya energi kepada ego maupun super-ego.

Analisis timbulnya narsistik dapat dilihat saat seseorang telah mendapat imbalan berupa pengakuan, pujian, dan juga timbal balik positif lainnya atas apa yang telah dilakukan. Lalu pada struktur kepribadian ego merasakan kebanggan atas apa yang telah dilakukan. Akhirnya irasionalitas yang membangun ego dan juga superego ini dapat menciptakan kepribadian yang tidak irasional juga. Contoh di saat seseorang telah mendapatkan pujiannya sebagai pribadi yang saleh, taat kepada agama, dan juga telah melakukan hal baik sesuai kepercayaan, timbulnya kebanggan pada ego tidak dapat dipungkiri menciptakan egosentrisme, etnosentrisme, bahkan bentuk yang lebih parah lagi yaitu adalah chauvinisme. Ego dapat menandingi super-ego serta Id dalam perihal energi, sehingga apa yang benar seolah-olah terpusat pada ego.

Namun apakah semua orang yang beragama akan menjadi orang yang narsis, intoleran, dan juga diskriminatif? Konsep kepribadian dalam pembahasan kali ini hanya berfungsi sebagai analisis psikologis terhadap gejala sosial yang ditimbulkan oleh permasalahan dalam psikologis. Sehingga irasionalitas diciptakan pada bagaimana gagalnya pendidikan atau sosialisasi nilai dan norma pada anak. Irasionalitas tersebut dapat menciptakan sosok pribadi intoleran, narsis, dan sifat negatif lainnya (menurut konteks) yang dapat dianalisis melalui struktur kepribadian Freud.

Sehingga berdasarkan pada konteks buku ini, struktur kepribadian dapat menganalisis naluri kekuasaan individu. Bagaimana adanya modal politik dan juga permasalahan psikologis ini dapat menciptakan gejala sosial yang ada di masyarakat. Secara fundamental pun melalui konsep struktur kepribadian, manusia merupakan makhluk yang politis dimana terdapat proses-proses dialektika kepentingan dalam alam psikologi manusia. Hal ini lah yang mendeterminasi beberapa gejala sosial yang ada.

Kesimpulan

Id merupakan struktur kepribadian yang dibangun dan didorong oleh kebutuhan biologis dan psikologis. Dorongan yang diciptakan oleh id merupakan cathexis. Namun dorongan atau cathexis ini direduksi oleh struktur-struktur lain berupa ego dan super-ego sehingga pertentangan atau reduksi ini menciptakan penekanan atau yang dinamakan anti-cathexis. Analisis dialektika struktur kepribadian ini dapat juga menganalisis serta mengkumulasi sosiologi dengan gejala sosialnya. Tidak hanya gejala sosial sosiologis, namun naluri kekuasaan yang bersifat politis dapat dianalisis berdasarkan sintesis struktur kepribadian dengan kondisi masyarakat, pendidikan dalam keluarga, yang menghasilkan gejala sosial.

Referensi

Hall S. (2017). Naluri Kekuasaan Sigmund Freud.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image