Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Shabrina Sri Farahdifa

Ancaman di Balik AI Art Generator

Teknologi | Monday, 29 May 2023, 17:09 WIB

Teknologi berkembang dengan sangat pesat sebelum kita menyadarinya. Hampir tiap hari kita menemukan berita yang berhubungan dengan perkembangan teknologi. Bahkan, jujur saja, mungkin kita sedikit kewalahan dengan berita-berita tersebut. Belum selesai mengenali dan mempelajari teknologi yang satu, teknologi yang baru muncul lagi dengan fitur-fitur yang mungkin lebih lengkap atau lebih canggih. Tapi bukannya memang sejak dulu kita, manusia, sudah menebak bahwa zaman seperti ini akan datang? Atau lebih tepatnya, berangan-angan.

Kita semua tahu bahwa sudah sejak lama manusia suka berangan-angan akan adanya masa di mana pada saat itu hampir semua pekerjaan dapat dikerjakan dengan bantuan suatu benda yang biasa kita sebut robot. Kegiatan berangan-angan ini tentu saja masih suka dilakukan oleh beberapa manusia terutama untuk mereka yang visioner terhadap masa depan. Misalnya saja, ada orang yang memprediksi bahwa dalam waktu 5 tahun lagi, ada kemungkinan besar bahwa semua pekerjaan rumah tangga dapat dikerjakan oleh robot. Pada awalnya mungkin prediksi tersebut terdengar konyol bahkan tidak mungkin dapat terjadi. Tapi tanpa kita sadari, semua hal yang awalnya hanyalah angan-angan yang terkesan tidak mungkin ini sudah mulai menjadi kenyataan.

Begitu banyak hal yang pada awalnya hanya dikerjakan oleh manusia kini dapat dikerjakan dengan bantuan robot contohnya seperti adanya robot yang bisa membantu manusia untuk menyapu lantai rumah secara otomatis. Selain dibantu oleh robot, manusia kini juga banyak dibantu oleh suatu system yang disebut kecerdasan buatan.

Kecerdasan buatan atau yang sering kita dengar sebagai AI (artificial intelligence) ini sendiri sudah sering kita gunakan sehari-hari. AI banyak membantu kita di berbagai banyak bidang. Biasanya kita menggunakan AI ini dalam bentuk fitur-fitur di ponsel pintar kita seperti fitur untuk mencari foto di internet, fitur pintar untuk menjawab pertanyaan seperti ChatGPT, dan fitur pintar lainnya. Ada juga fitur di mana AI bisa membuat sebuah karya seni atau biasa dibilang AI art.

AI art atau karya seni dari AI sendiri dapat dibuat dengan cara yang mudah. Kita hanya perlu mengirimkan foto atau gambar referensi ke AI tersebut dan bum! Dalam hitungan detik saja, AI akan mengirimkan hasil karya seni berdasarkan gambar referensi yang kita kirim sebelumnya. Selain dengan cara seperti itu, masih ada banyak cara lain untuk membuat AI art ini tergantung bagaimana system AI nya diprogram. Ada AI art generator yang hanya mengharuskan kita mengetik sebuah kata atau kalimat dan AI-nya akan dengan cepat memberikan hasil gambar yang menggambarkan kata atau kalimat yang sudah kita berikan sebelumnya. Ada juga AI art yang membuat bentuk wajah manusia sesuai dengan keinginan kita. Cara untuk membuatnya adalah dengan mengatur sendiri fitur-fitur di wajah yang kita inginkan. Contohnya seberapa asian wajah karakter yang kita buat, kita dapat mengatur persentasenya dengan bantuan AI tersebut. Cara membuat karya seni dengan AI yang terbilang sangat mudah ini membuat AI art generator banyak disukai oleh orang-orang.

Selain karena cara membuatnya yang lebih mudah dan cepat, orang-orang menikmati fitur pintar ini karena kebanyakan AI art generator ini disediakan secara gratis untuk semua orang. Memang ada yang berbayar tetapi generator yang dapat diakses secara gratis juga banyak dan hasilnya juga bisa dibilang bagus. Bukankah itu terdengar keren dan bagus? Fitur pintar yang dapat diakses oleh semua orang secara gratis, mudah digunakan, dan hasilnya bagus. Kombo yang sangat fantastis untuk membuat orang-orang menyukainya dan menerimanya dengan cepat, bukan?

Namun, tidak semua orang mau menerima dan menyukai fitur pintar keren ini. Beberapa orang justru menolak dan mengecam adanya fitur ini. Bukannya apa, tapi memang pada dasarnya fitur ini mengancam mereka. Orang-orang yang menolaknya tidak lain tidak bukan adalah para seniman asli.

Sebenarnya apa yang membuat mereka tidak menyukai fitur ini? Beberapa orang mungkin berpikir fitur ini justru merupakan fitur yang dapat membantu mereka dalam menyelesaikan karya seni mereka. Coba pikirkan. Fitur ini mungkin saja membantu mereka dalam memberikan inspirasi untuk berkarya. Namun justru mereka sangat anti dengan fitur ini. Hal ini dikarenakan AI art generator membawa banyak dampak yang buruk untuk mereka.

Dengan adanya fitur yang hampir sempurna ini, tentunya para seniman yang selama ini perlu mengorbankan waktunya demi membuat karya seni atau komisi dari seseorang merasa tersaingi. Orang-orang, khususnya yang tidak mengerti tentang harga dari karya seni atau tidak tahu cara menghargai seniman dengan hasil karya seninya, pasti akan lebih condong menyukai fitur dari AI art generator ini. Sudah murah, mudah, gratis pula.

Selain itu, sudah banyak kasus di mana ada beberapa orang yang justru menjual hasil karya dari AI art generator ini. Hal ini sangatlah miris karena sebenarnya generator AI ini membuat karya seni dengan cara mencari gambar-gambar dari internet yang sesuai dengan request-an kemudian dikombinasikan agar menjadi sebuah karya seni yang sesuai dengan keinginan mereka. Bukankah itu terdengar ilegal? Kita tahu, pasti gambar-gambar yang digunakan, yang didapatkan dari internet, kebanyakan memiliki hak cipta. Dengan mengombinasikan gambar-gambar tersebut melalui generator AI secara gratis lalu dijual kembali, bukankah itu hal yang ilegal? Kasarnya, mereka seperti mengolah kembali hasil karya orang-orang yang susah payah mengerjakannya lalu dijual dengan harga yang mungkin rendah atau tinggi. Lebih mirisnya lagi, tidak sedikit dari pembeli “karya seni” tersebut yang tidak mengetahui bahwa itu merupakan hasil dari generator AI.

Merasa tersaingi dan adanya aktivitas penjualan karya hasil AI tersebut bukanlah dampak negatif yang paling buruk dari adanya fitur ini. Menurut saya, dampak negatif terburuk adalah semakin tidak dihargainya seniman asli. Mengapa fitur ini bisa memberikan dampak demikian?

Coba kita renungkan terlebih dahulu. Kita semua tahu, manusia suka sesuatu yang gratis dan cepat. Sedangkan, seniman tentunya perlu waktu untuk menyelesaikan karya seninya dan kita tahu bahwa ketika kita memesan komisi atau meminta seniman tersebut menggambarkan gambar sesuai keinginan dari kita, tentunya kita perlu membayar jerih payah dan waktu yang diluangkan seniman tersebut dengan uang. Bagi orang yang bisa menghargai seni dan seniman, hal ini bukanlah masalah bagi mereka. Bahkan tidak sedikit dari pelanggan komisi yang mau memberikan tip atau membayar lebih sebagai bentuk apresiasi untuk seniman yang mengerjakan komisi mereka. Namun, bagi orang-orang yang tidak paham akan seni dan tidak tahu cara menghargai seni, mereka pasti akan berpikir, “Ah, mending aku minta AI buat gambar yang aku mau!” Akan banyak orang yang mengira bahwa seni itu tidak berharga lagi karena cara mendapatkannya yang kini sangat mudah dengan bantuan fitur AI ini.

Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan itu terjadi? Apa kita perlu memboikot generator AI ini? Menurut saya, hal itu terdengar tidak mungkin. Kita tahu bahwa teknologi akan terus berkembang seiring berjalannya waktu dan perkembangannya bisa lebih cepat dari yang kita bayangkan. Generator AI yang sekarang menurut kita sudah membawa dampak buruk mungkin tidak seburuk dampak buruk yang akan diberikan oleh generator AI di masa depan. Mungkin saat ini untuk membuat AI art kita masih perlu menjelaskan deskripsi gambar yang kita inginkan dengan sebuah kata atau kalimat. Siapa yang tahu kalau di masa depan, kita hanya perlu memikirkan gambaran yang kita inginkan di dalam pikiran lalu generator AI sudah bisa membuatkan gambar yang serupa denga napa yang kira pikirkan?

Ketimbang memboikot perkembangan teknologi, ada baiknya kita mulai mengedukasi orang-orang tentang seni dan cara menghargainya. Memang, hal ini pasti akan sedikit susah dan menantang untuk dilakukan. Selain itu, pasti akan perlu waktu yang lumayan lama untuk mengedukasi orang-orang tentang hal ini. Namun, apa salahnya mencoba? Setidaknya kita sudah mencoba untuk membuat orang-orang lebih peduli dan menghargai para seniman walau tidak semua orang pasti akan langsung merubah pandangan dan pikirannya terhadap seniman asli. Namun, perubahan kecil tetaplah sebuah perubahan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image