Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Marselinus Bagas

Urgensi Fenomena FOMO bagi Perkembangan Diri Mahasiswa dalam Perkuliahan di Era Digitalisasi

Pendidikan dan Literasi | Monday, 29 May 2023, 03:19 WIB

Dalam era digitalisasi sekarang ini kita dapat mudah mengakses informasi yang berkaitan dengan sesorang melalui media sosial apapun yang sedang tren yang banyak digunakan oleh banyak orang. Contoh media social tersebut adalah Instagram, Tiktok, dan Youtube media sosial tersebut berisi banyak sekali informasi terbaru dan yang sedang populer. Contohnya Instagram dimana kita dapat melihat atau mendapatkan informasi terupdate teman kita, orang yang kita ikuti maupun hal yang sedang hits yang banyak disukai seseorang. Menurut saya, di era digitalisasi sekarang ini seseorang cenderung menghabiskan banyak waktu untuk sekedar mencari tau informasi terupdate apapun yang sedang dialami orang yang ada pada media sosial kita. Hal ini menyebabkan kecenderungan seseorang untuk terus mencari tahu agar tidak ketinggalan berita, sehingga menimbulkan keinginan untuk mengikuti dan ingin sekedar merasakan apa yang telah orang lain rasakan dari melihat postingan atau informasi yang telah didapati.

Fenomena seperti ini dikenal dengan FOMO (Fear Of Missing Out). FOMO adalah perasaan tidak nyaman atau cemas terus menerus ketika tahu orang lain sedang mengalami hal yang menyenangkan dan kita tidak terlibat dalam situasi tersebut. Demi meninggalkan perasaan cemas tersebut, sesorang cenderung banyak menghabiskan waktu yang lama di dunia maya dan meninggalkan aktivitas nyata yang seseorang tersebut lakukan untuk mendapatkan perasaan bergabung. FOMO juga mengakibatkan seseorang berfokus pada apa yang sedang terjadi atau hits diluar sana dibandingkan apa yang seharusnya kita hadapi di depan mata. Maka dari itu FOMO menjadi fenomena yang memiliki pengaruh bagi sesorang baik itu dari sisi baik maupun sisi buruk bagi perkembangan dirinya. Maka pada artikel ini saya akan membahas urgensi FOMO yang berpengaruh pada mahasiswa sebagai remaja yang sedang mencari jati diri terutama dalam dunia perkuliahan.

Pengguna media sosial didominasi oleh remaja, salah satunya mahasiswa, maka dari itu FOMO menjadi fenomena yang dekat dengan mahasiswa saat ini. Dalam artikel ini, pengaruh FOMO pada mahasiswa dibedakan menjadi dua sisi yaitu sisi yang baik dan sisi yang buruk. Menurut saya, pengaruh baik dari FOMO yang dirasakan mahasiswa salah satunya adalah mahasiswa merasa ingin selalu mengupgrade diri dengan perlu mengejar yang lain yang belum didapati yang dimana ketika melihat orang lain, merasa termotivasi untuk berhasil juga. Namun, hal itu juga mengakibatkan sisi buruk dimana jika terlalu FOMO dan tidak melakukan apapun untuk mewujudkannya, justru akan menguras energi seperti terlalu menuntut diri sendiri dan terlalu banyak pikiran yang membuat diri kita stuck serta terus membandingkan-bandingkan yang mengakibatkan diri kita sebagai mahasiswa tidak berkembang.

Beberapa contoh FOMO yang dialami mahasiswa antara lain melihat medsos teman mahasiswa lain mengikuti banyak kegiatan organisasi, kepanitiaan, dan lomba sekaligus dalam satu waktu yang, lalu melihat mahasiswa lain mendapatkan penghasilan tambahan uang saku dengan bekerja paruh waktu ataupun melihat mahasiswa lain sudah magang, mendapatkan beasiswa dan juga sudah ada yang sempro atau wisuda juga memicu diri kita untuk segera mengikuti hal tersebut. Namun, karena hanya ikut-ikutan dan hanya agar mendapatkan validasi dari mahasiwa lain, membuat seorang mahasiswa melupakan hal lainya seperti kehilangan hal-hal yang dirinya suka dan kesehatan mental dirinya terganggu. Dari contoh tersebut, sebagai seorang mahasiswa yang FOMO cenderung tidak melihat sisi lain dari FOMO tersebut seperti resiko waktu yang sangat sibuk, kemudian kita juga pasti akan lebih lelah dan ruang untuk istirahat yang berkurang. Lalu apakah sebagai mahasiswa yang FOMO kita sanggup untuk menghadapi tantangan tersebut? Sebagian orang yang tau akan kapasitas dirinya menjadi berfikir apakah dengan FOMO seperti itu dapat mandapatkan value yang maksimal dalam mengembangkan dirinya, sebaliknya bagi mahasiswa yang hanya ikut-ikutan saja mungkin tidak maksimal dalam pengaruh perkembangan diri dan mengakibatkan burn out serta tidak mendapatkan value apapun yang justru menghabiskan waktu kita. Dengan kita fokus pada diri kita sendiri dan melakukan hal yang sesuai dengan keinginan serta kemampuan kita tanpa harus mengikuti perasaan FOMO, kita dapat menemukan sesuatu yang unik dalam diri kita dan menemukan passion kita sehingga hal tersebut lebih baik untuk pengembangan diri kita sebagai mahasiswa. Contoh lain FOMO mahasiswa diluar akademik perkuliahan yaitu seperti ikut-ikutan menonton konser padahal tidak mengerti, memakai barang atau baju sesuai tren terkini, dan juga mendatangi kedai kopi yang sedang tenar di kalangan teman-teman mahasiswa. Contoh tersebut dilakukan seorang mahasiswa untuk mendapatkan validasi dan agar dapat diterima dalam geng pertemanan ataupun untuk ajang pamer kehidupan seperti yang sedang marak di media sosial. Hal tersebut salah satunya berdampak bagi kondisi keuanganya apabila terlalu memaksakan diri untuk FOMO, serta juga menurut saya, seseorang jadi tidak memiliki skala prioritas antara kebutuhan dan keinginan.

Sebagai mahasiswa, penting untuk melihat diri sendiri dan meminimalisir FOMO terhadap apa yang baru saja orang lain dapatkan. Jangan sampai kita menyesal kehilangan kesempatan lain untuk berkembang hanya karena mengikuti perasaan FOMO kita. Ingat juga bahwa Kuliah adalah saat-saat kita memiliki lebih banyak waktu untuk dapat melakukan banyak hal yang kita suka yang belum tentu dapat kita lakukan saat kita bekerja nanti dan yang harus diingat pula bahwa kita tidak bisa membuat semua orang suka dengan diri kita. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebenarnya tidak ada masalah untuk FOMO dalam hal positif, tetapi harus tahu porsi dengan cara tahu apa yang harus dilakukan serta siap dengan resikonya, sehingga FOMO kita sebagai motivasi dan dapat bermanfaat untuk perkembangan diri kita sebagai mahasiswa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image