Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Al Haqqo Jati

Risiko Jeratan Utang dari Tren Penggunaan Paylater pada Remaja

Gaya Hidup | Monday, 29 May 2023, 01:06 WIB

Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang berlangsung semakin pesat nyatanya telah turut membawa pola baru dalam kegiatan bisnis di dunia industri, politik, ataupun sosial masyarakat. Salah satu bentuk inovasi di bidang ekonomi yang berhasil dikembangkan dengan kemajuan teknologi adalah mulnculnya e-commerce. E-commerce merupakan pola baru kegiatan jual beli modern yang dilakukan melalui media internet. Banyak perusahaan, baik perusahaan kecil maupun besar memanfaatkan e-commerce karena dampak positif yang akan didapat berupa peningkatan efisiensi, penghematan biaya, serta kemudahan kontrol barang dan rantai distribusi. Dengan adanya perusahaan yang berpartisipasi di e-commerce, masyarakat juga semakin nyaman memanfaatkan teknologi ini sebab jaminan kegiatan jual beli yang dapat dilakukan secara efektif di mana saja hanya dengan memanfaatkan media seperti smartphone atau laptop.

Kemunculan teknologi e-commerce yang mendapat sambutan hangat dari masyarakat membuatnya semakin berkembang dan menyediakan inovasi-inovasi baru. Terutama bagi para remaja yang cenderung lebih melek teknologi sehingga mereka dengan mudah terjun dan berbaur dengan teknologi e-commerce. Demi memudahkan metode pembayaran, selanjutnya aplikasi e-commerce memunculkan fitur dompet digital dengan promo-promo yang meningkatkan antusiasme masyarakat untuk mencobanya. Strategi tersebut berhasil meningkatkan tren belanja secara online dan akses terhadap e-commerce juga semakin meluas terutama di kalangan remaja. Mulai dari makanan, tiket pesawat, baju, parfum, hingga alat elektronik, dapat diakses melalui aplikasi e-commerce dengan metode pembayaran yang semakin memanjakan pengguna.

Minat yang tinggi terhadap belanja online juga kini semakin memunculkan tren baru di tiap aplikasi e-commerce untuk memunculkan fitur paylater. Melalui fitur ini, pengguna dapat membeli barang dengan menunda pembayaran untuk kemudian dibayar melalui cicilan rutin setiap bulan. Dengan kata lain, fitur ini menyediakan layanan peminjaman uang secara online. Kemunculan paylater dalam aplikasi e-commerce tersebut sama saja dengan memicu perilaku konsumtif pada pengguna. Perilaku konsumtif adalah suatu perilaku yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang tidak rasional lagi. Ketika pengguna sudah berperilaku konsumtif, maka mereka tanpa pikir panjang akan mudah membeli terlalu banyak barang yang bukan termasuk kebutuhan primer.

Perilaku konsumtif yang tumbuh pada diri penngguna dapat bermuara pada karakter boros dan hedonisme yang mulai sulit dikontrol. Terutama, ketika pengguna aplikasi e-commerce didominasi oleh para remaja. Remaja dikenal sebagai tahap perkembangan manusia yang masih belum mengalami kematangan emosi serta mental sehingga tidak bisa dilepas begitu saja dari perhatian orang dewasa di sekitarnya. Jika salah langkah, remaja berpotensi dapat dengan mudah terbawa arus globalisasi dan terjerumus ke gaya hidup hedonisme dengan adanya fitur paylater ini. Jika hal itu terjadi, bukan tidak mungkin resiko terburuk berupa rantai utang-piutang. Hal ini disebabkan rasa kecanduan terhadap akses paylater yang timbul akibat perasaan tenang bagi golongan masyarakat yang memiliki anggaran terbatas untuk tetap dapat membeli barang yang mereka inginkan. Pada akhirnya, jika ternyata anggaran mereka pada kenyataannya tidak dapat mengimbangi jumlah cicilan, selanjutnya mereka hanya akan mengambil skema gali lubang tutup lubang. Ketika utang yang satu belum lunas, mereka terpaksa mengambil utang baru untuk melunasi utang sebelumnya, dan begitulah siklus terus berjalan. Jeratan utang ini akan semakin menyiksa bagi para remaja yang belum punya penghasilan tetapi dengan ceroboh memanfaatkan fitur paylater hanya demi memuaskan nafsu sesaat tanpa berpikir panjang dampak di masa mendatang bagi diri mereka.

Oleh karena itu, dampak buruk dari paylater terhadap para remaja ini perlu diantisipasi. Peran orang tua sangat penting untuk tetap mengawasi arus perkembangan anak-anak mereka di usia remaja dan diberikan pemahaman terkait manajemen keuangan untuk membeli barang-barang sesuai kebutuhan saja. Jika perlu, orang tua sebaiknya tidak memperbolehkan anak-anak mereka untuk memakai paylater selagi mereka masih belum dewasa dan belum memiliki penghasilan sendiri. Sejak awal, harus diterapkan pola asuh yang membiasakan anak untuk tidak mudah berhutang. Perlu ditanamkan pemahaman bahwa utang seharusnya dilakukan setelah memakai banyak pertimbangan dan merupakan keputusan yang benar-benar matang mengingat risiko yang dapat terjadi jika ternyata utang tidak bisa dilunasi dan justru menumpuk hingga membebani diri sendiri.

Referensi:

Alwendi. (2020). Penerapan E-Commerce Dalam Meningkatkan. Jurnal Manajemen Bisnis, 17(3), 317–325. https://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/article/view/2486.

Julita, E., Idwal, ), Yustati, H., Ekonomi, F., Islam, B., Islam, U., Fatmawati, N., & Bengkulu, S. (2022). Pengaruh Penggunaan Shopee Paylatter Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa Muslim. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(03), 2953–2957. http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v8i3.6775.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image