Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Chatrin Tiara Salma Azzawa

Upaya G20 Meningkatkan Kemampuan Literasi Digital Gen Z

Teknologi | Saturday, 27 May 2023, 19:30 WIB
Permasalahan literasi digital telah menjadi isu internasional yang dibahas dalam KTT G20. Gen Z merupakan kalangan yang memiliki kontribusi besar dalam membantu G20 untuk meningkatkan literasi digital. Gambar: Canva
Permasalahan literasi digital telah menjadi isu internasional yang dibahas dalam KTT G20. Gen Z merupakan kalangan yang memiliki kontribusi besar dalam membantu G20 untuk meningkatkan literasi digital. Gambar: Canva

Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi telah membawa perubahan besar terhadap masyarakat. Jika sebelumnya masyarakat berkomunikasi, bercengkrama, dan saling bertukar pesan secara langsung, sedangkan sekarang dengan adanya perkembangan teknologi, masyarakat telah beralih dengan surfing di media massa. Netizen merupakan istilah yang dituju pada orang-orang yang menggunakan internet dan terlibat aktif didalamnya. Istilah ini sendiri pertama kali dikenal pada pertengahan tahun 1990-an melalui tulisan seorang penulis Michael F. Hauben. Generasi milenial atau yang lebih sering dikenal Gen Z, merupakan kalangan yang mendominasi sebagai netizen di media massa. Melalui media massa, semua orang dapat dengan mudah mengakses atau menyalurkan berbagai informasi baik yang sifatnya nasional maupun internasional. Batas-batas tiap negara bukan lagi menjadi penghalang bagi setiap orang untuk mengetahui kondisi di negara lain. Namun, dalam perkembangannya tidak semua informasi dapat kita terima begitu saja, sehingga literasi digital sangat dibutuhkan sebagai tata cara bermedia massa terutama oleh para netizen.

Menurut UNESCO, literasi digital tidak hanya sekadar berkomentar atau berargumen tanpa adanya landasan. Literasi digital berkaitan dengan kemampuan (life skill) karena juga melibatkan kemampuan belajar, berpikir kritis, kreatif, serta inovatif untuk menghasilkan kompetensi digital. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan bagaimana netizen sebagai pihak yang terlibat aktif dalam bermedia massa memahami informasi yang termuat, baik secara implisit maupun secara eksplisit. Tidak jarang kita temui di media massa banyaknya permasalahan yang ditimbulkan sebagai akibat kurangnya literasi digital. Informasi yang diterima tidak sepenuhnya di filter, padahal seperti yang kita ketahui tidak sedikit informasi negatif yang tersebar di media massa seperti hoax, ujaran kebencian, penipuan, hingga radikalisme. Tidak hanya itu, terkadang netizen melemparkan argumen atau komentar tanpa memikirkan apa dampak dari argumen yang mereka berikan.

Dampak negatif dari kurangnya kemampuan literasi digital di beberapa negara, telah mendorong G20 sebagai forum kerja sama ekonomi internasional untuk mengangkat isu tersebut sebagai suatu permasalahan yang perlu dibahas dan diselesaikan bersama. Salah satu bentuk upaya tersebut telah direalisasikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi negara-negara G20 yang diselenggarakan tahun 2022 lalu, yang membahas bagaimana kemampuan literasi digital masyarakat yang baik akan mendorong peningkatan transformasi digital antara negara-negara anggota. Mengutip dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Digital Economy Working Group (DEWG) merupakan staf khusus yang dibentuk untuk membahas berbagai isu digital salah satunya yaitu keterampilan dan literasi digital. Chair Digital Economy Working Group G20 Mira Tayyiba, mencontohkan pendidikan literasi digital yang dibangun oleh Uni Eropa, dimana Uni Eropa mengembangkan sertifikat keterampilan digital yang dapat diakui oleh negara, perusahaan, dan pemangku kepentingan lainnya. Menyadari pentingnya hal tersebut, negara-negara G20 segera menekankan pentingnya keterampilan akan literasi digital.

Generasi milenial atau Gen Z dilibatkan secara aktif dalam pertemuan internasional G20, hal ini bukan tanpa alasan karena sebagian besar masyarakat yang terlibat aktif dalam bermedia massa (netizen) adalah kalangan Gen Z. Oleh karena itu, Gen Z perlu disiapkan sebaik mungkin untuk meningkatkan kesadaran dan menghubungkan mereka dengan dunia digital melalui peningkatan literasi digital. Tingkat keterampilan dalam literasi digital yang tinggi menjadi sangat krusial karena juga menyangkut aspek kehidupan lainnya seperti pengelolaan keuangan, dimana kebutuhan akan penggunaan dompet digital cukup tinggi. Menurut survei yang dilakukan oleh Kominfo dan KIC mengungkapkan data bahwa rata-rata penggunaan dompet digital oleh masyarakat sebanyak sebulan sekali.

Langkah lainnya sebagai bentuk upaya G20 meningkatkan literasi digital yaitu melalui segi infrastruktur. Menteri Informasi dan Informatika Johnny G. Plate menyatakan, masih terdapat lebih dari dua miliar penduduk di dunia yang belum mendapat akses internet, Indonesia sebagai negara kepulauan tentu tidak mudah untuk membangun infrastruktur tersebut. Namun, Indonesia sebagai negara anggota G20 sendiri telah mengupayakan hal tersebut dengan memfasilitasi jaringan serat optik yang dikenal sebagai Proyek Palapa Ring, pembangunan menara stasiun pemancar dasar di wilayah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal), dan mengkampanyekan literasi digital melalui website info.literasidigital.id. yang dapat diakses oleh masyarakat mengenai beragam informasi literasi digital. Keberhasilan Indonesia pun akan memfasilitasi negara-negara anggota G20 untuk menggunakan toolkit yang sama di berbagai negara sebagai pengukuran literasi digital. Melalui penguasaan literasi digital yang baik, manfaat dari ilmu yang telah didapatkan (aksiologi) tentu akan sangat membantu upaya pemerintah untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia.

Upaya yang dilakukan oleh G20 tentunya tidak dapat berjalan tanpa adanya usaha bersama dari masyarakat. Kesadaran masyarakat terutama Gen Z untuk mengamankan diri sendiri dalam penggunaan media massa juga menjadi salah satu indikator penting dalam peningkatan literasi digital. Maraknya informasi negatif yang tersebar di media massa menjadikan kita harus selektif dalam bermedia massa. Pembangunan infrastruktur dalam peningkatan literasi digital juga tidak hanya mengenai aspek teknis, melainkan juga kesiapan dari Gen Z untuk menghadapi tantangan yang lebih besar kedepannya. Kontribusi yang besar dari Gen Z dengan berbagai inovasi baru tidak hanya dalam mengurangi hambatan yang berkaitan dengan industri digital, tetapi juga dalam membentuk kekuatan ekonomi dan menciptakan dunia yang lebih baik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image