Waspada Media Sosial Berpengaruh pada Kesehatan Mental Anak (Bagian 2 - Habis)

Gaya Hidup  
Media Sosial.(FOTO : Pixabay)

KAKI BUKIT – Media sosial merupakan platform media yang fokus memfasilitasi pengguna dalam beraktifitas. Pada media sosial penggunanya bisa mempresentasikan dirinya maupun berinteraksi, kerja sama, sharing, berkomunikasi dengan pengguna lain dan membentuk ikatan sosial secara virtual.

Media sosial juga menjelma menjadi untuk mengekspresikan diri bahkan memamerkan kegiatan sehari-hari bagi penggunanya. Dengan demikian dapat mendatangkan rasa iri atau tidak suka antar sesama pengguna. Rasa tidak suka tersebut dapat menimbulkan gangguan mental berupa depresi kepada penggunanya. Anak-anak atau remaja menggunakan media sosial untuk mempesentasikan dirinya dengan cara berbagi semua aktivitas sehari-hari dengan berbagai media seperti foto, video bahkan audio.

Kecanduan Medsos

Mengutip L Braghieri, R Levy & A Makarin dalam “Social Media and Mental Health, (2022) mendefinisikan media sosial sebagai, “Bentuk elektronik komunikasi (sebagai situs web untuk jejaring sosial dan micro-blogging) yang digunakan pengguna membuat komunitas online untuk berbagi informasi, ide, pesan pribadi, dan konten lainnya (sebagai video).”

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Platform virtual media sosial seperti Facebook, Twitter, MySpace, Instagram, Snapchat, Tiktok, Game Online, dunia maya seperti Second Life, Sims, YouTube, Blogs dan sebagainya, telah memfasilitasi pengguna untuk bertukar pikiran perasaan mereka, ide, informasi pribadi, gambar dan video pada proporsi yang tidak diutamakan.

Apakah anak anda kecanduan media sosial (medsos)? Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika yang dilansir tahun 2013 menyatakan bahwa 95 persen masyarakat Indonesia menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial dan sebagian besar dari penggunaan internet itu adalah remaja berusia 10-15 tahun.

Data tersebut adalah temuan 10 tahun lalu. Apakah sekarang ada perubahan, remaja yang mengakses internet dan mengakses jejaring sosial atau media sosial jumlahnya berkurang. Atau sebaliknya jumlahnya bertambah?

Menurut studi Pew Research Center menyatakan bahwa media sosial hampir erat kaitannya dengan kehidupan remaja. Kehadiran media sosial sangat membantu para remaja untuk mengembangkan minat dan bakatnya, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menjalin pertemanan dan berbagi pikiran dan gagasan.

Di sisi lain, kehadiran media sosial memberikan dampak negatif yang serius bagi remaja, bahkan dalam hal berisiko kecanduan dan gangguan mental seperti kecanduan.

Menurut Sourav Chandra Gorain, Agamanai Mondal, Karim Ansary, Birbal Saha dalam “Social Isolation in Relation to Internet Usage and Stream of Study of Under Graduate Students,” (2018), “Remaja yang mengalami kecanduan bermain media sosial akan lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain media sosial dibanding dengan interaksi dengan keluarga, teman bahkan kerabat lainnya, hal tersebut mengarah pada mengecilnya lingkaran sosial dengan kuantitas yang menurun dan membuat tingkat stress menjadi lebih tinggi.”

Keadaan seperti inilah yang bisa menyebabkan seseorang berada pada kondisi sama sekali tidak ada interaksi dengan masyarakat atau makhluk sosial lainnya yang bisa menyebabkan depresi.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image