Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mega Puspita

Miris, Perilaku Anak-anak Makin Sadis

Agama | Thursday, 25 May 2023, 21:46 WIB

Dalam sistem sekuler saat ini, korban dan pelaku bullying tidak lagi memandang usia. Bahkan, semakin marak di Sekolah Dasar, siswa yang menjadi pelaku perundungan (bullying) di sekolah.

Seperti yang dialami MHD (9), bocah kelas 2 di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), meninggal dunia akibat dikeroyok oleh kakak kelasnya pada Senin (15/5/2023). Kakek korban, HY mengatakan, usai kejadian yang terjadi di sekolah itu, cucunya tersebut sempat mengeluh sakit. Keesokan harinya , korban memaksa tetap masuk sekolah meski dalam keadaan sakit, namun nahas, saat itu korban kembali dikeroyok oleh kakak kelasnya. Korban dinyatakan meninggal pada Sabtu (20/5/2023).

Sungguh miris melihat generasi saat ini. Perilaku sadis dan bengis menambah catatan merah kerusakan generasi.

Setiap hari, terus bermunculan kasus perundungan pada anak. Jika dahulu pelaku dan korban bullying adalah pelajar tingkat SMP dan SMA, kini pelaku siswa SD pun semakin banyak. Jenis bullying yang kerap dialami korban beragam, baik fisik, verbal, sosial/relasional, ataupun secara daring (cyberbullying).

Menghina atau mencela bentuk fisik adalah bentuk bullying yang paling banyak dijumpai. Bahkan, status sosial orang tua juga sering dijadikan bahan perundungan. Alhasil, perundungan verbal dan fisik sudah menjadi tren liar yang mengakibatkan perilaku sadis dan tindakan anarkis yang dilakukan anak. Orang tua, guru, dan bahkan pemangku kebijakan seakan tidak mampu mengurai masalah perilaku sadis, bengis, dan anarkis pada anak.

Tak ada asap jika tak ada api. Tentu perilaku bengis, sadis, dan anarkis pada anak bukan tanpa sebab. Perilaku bullying seakan dikampanyekan dalam acara-acara televisi ataupun konten di media sosial. Menghina bentuk fisik dianggap candaan dan lawakan. Aktivitas bullying dianggap biasa dan lumrah dalam sistem kapitalisme yang menganggap segala sesuatu haruslah menghasilkan materi. Sehingga, aktivitas bullying juga kerap dikomersilkan demi meraih pundi-pundi materi.

Dampak Sistem Sekuler

Kasus bullying hanyalah sebagian dampak penerapan sistem kehidupan sekuler yang makin menjauhkan generasi dari hakikat penciptaan manusia, yakni menjadi hamba Allah Taala yang taat dan terikat syariat. Banyak faktor yang memengaruhi maraknya kasus perundungan.

Pertama, kebijakan negara, yakni kurikulum sekolah yang tegak di atas nilai-nilai sekuler. Ada konsekuensi yang harus kita tanggung ketika negara lebih memilih penerapan kurikulum dan sistem pendidikan berbasis akidah sekularisme. Daya rusak akidah ini sangat dahsyat. Lihatlah, betapa perilaku generasi kita yang makin ke sini makin jauh dari karakter umat terbaik. Perundungan, kekerasan seksual, narkoba, perzinaan, tawuran, bunuh diri, pembunuhan, dan sebagainya, kerap mengintai generasi kita.

Kedua, pola pendidikan yang berbasis sekularisme, yang tidak mampu membentuk karakter anak beriman dan berakhlak mulia. Kebebasan berekspresi dan berperilaku menjadi faktor pemicu anak-anak mudah mengakses tontonan berbau kekerasan. Faktor kebebasan ini pula yang menjadi model bagi orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Anak-anak mendapat banyak kemudahan dalam teknologi, tidak ada pengawasan, jadilah mereka mencontoh apa pun yang terakses melalui dunia digital dan media sosial.

Budaya liberal seperti kebolehan pacaran, perilaku permisif (serba boleh), tidak ada sanksi ketika berbuat salah atau menyalahi Islam, dan pembelaan buta terhadap kesalahan yang anak perbuat, terkadang juga menjadi bibit perilaku perundungan.

Ketiga, jauhnya agama dari kehidupan, membuat masyarakat kehilangan empati. Sifat individualistik dan egois lebih dominan. Masyarakat cenderung apatis ketika terjadi kriminalitas atau perbuatan yang mengarah ke perundungan jika yang dirundung bukan anak mereka. Masyarakat tumbuh menjadi manusia yang mudah kalap, tersulut emosi dan kemarahannya, lalu saling membalas perilaku dengan kekerasan.

Islam Menjaga Anak dari Perilaku Sadis dan Bengis

Perilaku bullying adalah penyakit sosial, hasil dari peradaban sekuler Barat. Sistem sekuler telah membawa generasi saat ini ke dalam jurang kerusakan yang sangat parah.

Dalam sistem Islam, akidah Islam adalah landasan dasar dalam pendidikan. Tidak heran jika pada masa diterapkannya, Islam tampil sebagai peradaban dunia, telah lahir banyak individu berkepribadian mulia, berakhlak karimah, dan unggul dalam ilmu dunia.

Setidaknya, ada empat faktor yang menjadi kunci kesuksesan tersebut:

Pertama, keimanan sebagai landasan dalam setiap perbuatan yang menjadi benteng dari perilaku jahat dan sadis. Seseorang yang memahami Islam dengan benar akan menjauhkan dirinya dari perbuatan tercela. Ia menyadari konsekuensi sebagai hamba Allah adalah menaati seluruh perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan-Nya.

Kedua, sistem pendidikan Islam akan melahirkan individu berkepribadian dan berakhlak mulia secara komunal. Negara menerapkan sistem pendidikan ini di semua jenjang sekolah dan satuan pendidikan. Ketika sistem pendidikannya baik, output generasi yang tercetak juga baik. Negara juga harus menjalankan fungsinya mengontrol media dan informasi yang mudah diakses anak-anak. Tidak boleh ada konten berbau kekerasan yang bertebaran di media mana pun

Ketiga, dengan landasan akidah Islam, pola asuh orang tua dalam mendidik juga akan berubah. Suasana keimanan akan terbentuk dalam keluarga. Ketika anak terpenuhi perhatian dan kasih sayang orang tua, ia tumbuh menjadi pribadi yang hangat, peduli sesama, dan tidak mudah mencela orang lain.

Keempat, penerapan sistem pergaulan sosial berdasarkan syariat Islam akan melahirkan masyarakat Islam yang bertakwa. Membangun masyarakat dengan budaya amar makruf nahi mungkar harus dengan sistem Islam secara kafah. Berdakwah akan menjadi karakter bagi setiap individu, yakni tidak akan menoleransi tindakan apa pun yang bertentangan dengan syariat Islam, termasuk perundungan.

Maka, kasus bullying tidak akan selesai dengan seruan revolusi mental, pendidikan karakter, ataupun kampanye anti-bullying. Akar masalah fenomena bullying ialah sistem kehidupan sekuler yang rusak dan merusak. Sehingga berbagai kerusakan generasi saat ini akan terselesaikan dengan tegaknya sistem Islam secara komprehensif dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan negara.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image