Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Najmuddin Saifullah

Biografi Urwah Bin Az-Zubair

Agama | 2023-05-25 16:37:17

Ia adalah salah satu dari Fuqaha Sab’ah (Tujuh orang ahli Fikih) dari Madinah bersama Sai’d Al-Musayyab, al-Qasim bin Muhammad, Kharijah bin Zaid, Abu Salamah bin Abdirrahman, Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah, Sulaiman Bin Yassar.[1]

Nama Lengkapnya adalah Urwah Bin az-Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin abdul-Uzza bin Qushai bin Kilab, Abu Abdillah al-Qarsyi al-Asadi al-Madani. Beliau dilahirkan pada masa pemerintahan Utsman bin ‘Affan tahun 23 H dan wafat pada 93 H.

Guru sekaligus orang yang diriwayatkan haditsnya oleh Urwah adalah: Zubair Bin Awwam (ayahnya), Asma’ (ibunya), A’isyah (bibinya), Ali Bin Abi Thalib, Muhammad bin Maslamah, Zaid bin Tsabit, Sa’id bin Zaid, Abu Hurairah, al-Mughirah bin Syu’bah, Abu Humaid as-Sa’idi, Fatimah binti Qais, Ummu Hani’, Sahl bin abi Hatsmah, Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi, Jabir, al-Hasan, al-Husain, Abu Humaid, Ibnu Abbas, Abu Ayyub al-Anshari, Amr Bin al-Ash, dan Abdullah bin Umar.

Sedangkan, murid yang banyak belajar hadits darinya adalah: Anaknya (Utsman, Abdullah, Hisyam, dan Yahya), Muhammad, Mujahid, Sulaiman bin Yassar, Ibnu Abi Mulaikah, Atha’ bin Abi Rabbah, Abu Salamah bin Abdurrahman, Ibnu Syihab, Shafwan bin Sulaim, Bakr bin Sawadah, Yazid bin Abu Habib, Muhammad bin al-Munkadir, Wahab bin Kaisan, az-Zuhri, Abu Zinad, Shalah bin Kaisan, Abu al-Aswad Muhammad bin Abdirrahman Yatim Urwah, Amr bin Abdillah bin Urwah, dan lain-lain.

Urwah dikenal sebagai orang yang murah hati dikarenakan kegemarannya bersedekah. Ia memeliki sebuah kebun yang terdapat sumur dengan air tawar di dalamnya, lalu apabila tiba masa panen ia mempersilakan orang yang melewati kebunnya untuk mengambil buahnya.

Menurut Ibnu Syaudzab, Urwah membaca seperempat al-Qur’an dan shalat malam setiap harinya. Ia tidak pernah meninggalkan rutinitas tersebut kecuali pada malam ketika kakinya dipotong karena terkena akilah (penyakit yang menggerogoti tubuh). Kisahnya sebagai berikut:

Dikisahkan oleh Hisyam bin Urwah (anak Urwah) bahwa suatu ketika Urwah pergi ke tempat khalifah al-Walid untuk memenuhi undangan. Ketika menempuh perjalanan menuju tempat khalifah, telapak kaki kirinya terluka dan terkena penyakit akilah[2], sesampainya di tempat khalifah penyakit tersebut semakin menjalar sampai paha dan dipanggillah tabib terbaik untuk menyembuhkannya. Kemudian datang seorang dokter dan berkata aku akan memberimu minuman yang memberi efek samping engkau kehilangan akal. Ia berkata: lakukanlah urusanmu, namun aku tidak mau meminum yang menjadikanku tidak mengenal Tuhanku. Kemudian dipotonglah kaki Urwah sedang ia senantiasa membaca wirid selama proses pemotongan kakinya. Ketika selesai, maka pangkal kaki yang dipotong diberi minyak panas agar lukanya tertutup, dan Urwah tidak sadarkan diri. Itulah malam di mana Urwah tidak membaca seperempat al-Qur’an dan tidak shalat malam.

Ketabahan yang luar biasa ditunjukkan Urwah pasca operasi pemotongan kakinya. ketika itu ia mendapat kabar bahwa anaknya yang bernama Muhammad meninggal dunia dikarenakan ditendang kuda saat bermain di kandang kuda. Saat itu, Ia sangat sabar mengingat telah kehilangan dua hal yang sangat berharga baginya yaitu kaki dan anaknya.Urwah berkata: “Ya Allah, aku mempunyai anak tujuh, Engkau mengambilnya satu dan masih tersisa enam. Aku mempunyai empat bagian tubuh (dua tangan dan dua kaki) Engkau mengambilya satu dan masih tersisa tiga. Jika Engkau mengujiku dengan penyakit, maka aku masih memiliki banyak masa sehat, dan jika Engkau mengambil sesuatu dariku, Engkau masih menyisakannya”. Itulah bukti betapa kesabaran yang luar biasa yang dimiliki oleh Urwah.

Kemudian, dikisahkan oleh Abdullah bin Urwah bahwa ketika Ayahku melihat kakinya yang dipotong dan berkata: sesungguhnya Allah mengetahui bahwa aku tidak pernah menggunakan kaki ini untuk berjalan ke arah maksiat.

Urwah berkata kepada anaknya, Hisyam: tanyalah kepadaku, kemudian ia bertanya tentang suatu hadits, lalu dibukakanlah hadits selama dua hari.

Urwah bin az-Zubair merupakan Ulama sekaligus Tabi’in yang Mulia. Berikut adalah komentar para Ulama tentang diri beliau:

Ibnu Sa’d : Dia Tsiqah Lelaki Shalih, Tidak pernah terkena fitnah;

Az-Zuhri : Ia bagaikan Lautan yang tidak pernah kering (ilmunya);

Yahya bun Ayyub: demi Allah kami mempelajari satu bagian dari seribu bagian perkataanya;

Az-Zuhri : Urwah mencatat manusia dari perkataannya;

Al-Aziz : tidak ada seorangpun yang lebih tau dari Urwah bin az-Zubair;

Abu Zinad : ia termasuk empat Ahli Fiqh Madinah bersama Sa’id bin Musayyib, Qabishah bin Dzuaib, dan Abdul Malik bin Marwan;

Yunus : Urwah adalah Lautan yang tidak akan keruh walaupun ditimba sebanyak-banyaknya;

Ibnu Uyainah : orang-orang mengetahui hadits A’isyah dari al-Qasim, Urwah, dan Amrah;

Humaid bin Abdurrahman: aku melihat sahabat bertanya kepada Urwah;

Ali bin al-Mubarak dari Hissyam bin Urwah berkata bahwa ayahnya puasa setahun penuh kecuali hari Idul Fitri dan Idul adha, dan ia meninggal ketika berpuasa

Urwah berkata: berapa banyak kata hina kupikul, maka akan aku warisi dengan kesabaran yang panjang

Hisyam bin Urwah: tidaklah aku melihat seorang pun dari orang yang suka mencela kecuali ia menyebut Urwah dengan baik

Khalifah dan yang lain berkata: Urwah dilahirkan pada tahun 23 H

Mush’ab az-Zubair berkata: ia dilahirkan pada tahun kedua pemerintahan Utsman, ia dilahirkan rahun 29 H

Ibnu al-Madini berkata Urwah, Abu Bakar bin Abdurrahman, dan Ubaidillah bin Abdullah wafat pada tahun 92 H

Khalifah (Jama’ah) berkata bahwa Urwah wafat pada tahun 93 H

Ibnu Sa’ad dan jama’ah berkata pada tahun ke-empat

Ibnu ma’in berkata: wafat tahun 94 H Abu Bakar bin Abdurrahman, Urwah, Ibnu al-Musayyab, dan Ali bin al-Husain, tahun ini dikatakan sebagai tahun Fuqaha

Yahya bin Bukair mengatakan ia wafat pada tahun 95 H

Ibnu Numayyar: orang yang paling zuhud di dunia adalah keluaganya

Khalifah Al-Walid

Hisyam berkata bahwa Urwah meninggal dalam keadaan berpuasa, keluarganya meminta Urwah berbuka namun ia tidak berbuka, dan justru berkata aku ingin berbuka bersama para bidadari.

Sumber: Tadzhib at-tahdzib dan Siyar a’lam wa nubala’

[1] Muhammad Bin Mathar az-Zahrani, Ilmu Rijal Nash’atuhu wa Tathawwuruhu, (Madinah: Dar al-Khudhairi), hlm. 50.

[2] Akilah adalah penyakit yang menggeroogoti bagian tubuh

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image