Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fisti Alledya

Kisah Pilu Mahasiswa Ditipu Kampus bodong UNTARA Mekarsari

Lainnnya | Thursday, 25 May 2023, 00:46 WIB

Kasus kampus bodong- Seorang mahasiswa mengaku ditipu oleh pihak kampus bodong usai sang korban memiliki rasa kecurigaan yang cukup tinggi pada akhir semester empat. Florina Theresya Anggelina merupakan korban dari Universitas bodong yang berlokasi di mekarsari Tanggerang, Dia menceritakan kronologi kejadian tersebut melalui akun youtubenya bernama “Theanaa”.

Berbagai macam aktivitas kejahatan selalu berevolusi sepanjang waktu, Berbagai carapun dilakukan demi keuntungan, salah satunya dengan menipu korban. Kasus tidak mengenakkan tersebut dialami oleh gadis malang satu ini. Cerita berawal dari teman Ayah Florina yang berprofesi sebagai TNI, pada saat itu ia menawarkan brosur universitas baru Bernama UNTARA (Universitas Tanggerang Raya) cabang Mekarsari.

“Pada saat itu saya tidak percaya dengan universitas tersebut, lagian siapa juga yang mau belajar di univ yang masih belum jelas nama kampusnya”.

Florina ingin memastikan nama kampus tersebut pada website PP Dikti, namun teman dari Ayah korban mengatakan hanya kampus UNTARA pusat berlokasi Tigaraksa lah yang terdaftar bukan kampus UNTARA mekarsari. Kemudian si korban memutuskan untuk mendaftar kampus tersebut setelah ditawari oleh pelaku bernama Soeharno selaku pengelola Kampus Mekarsari.

Awal pendaftaran, Florina dikenakan biaya sebesar Rp.700.000 Rupiah. Awal semester satu sebelum terlaksana pembelajaran biasa, si korban diminta untuk membayar biaya persemester sebesar Rp.2.500.000 Rupiah. Setelah melakukan pembayaran, Florina merasa heran karena Dia tidak langsung mendapatkan NIM (nomor induk mahasiswa) dengan alas an bahwa mengurusnya memang lama, namun Florina masih belum mempermasalahkan hal tersebut.

Sebelum dimulainya aktivitas pembelajaran pada tanggal 27 januari adalah tanggal peresmian dari Kampus tersebut. namun, Si korban berhalangan hadir karena adanya acara. Pembelajaran baru dimulai di bulan Februari dengan mata kuliah yang tidak sesuai dengan jurusan yang diambil oleh korban. Diketahui jurusan Si korban ialah Teknik Informatika. Lantas Florina menanyakan perihal tersebut kepada pelaku bernama Soeharno.

“Memang untuk awal pembelajaran, semua murid harus campur dulu karena biasanya setiap universitas mendapatkan pembelajaran dasar terlebih dahulu”.

Mendengar hal tersebut, Si korban hanya diam tidak protes lagi. Anehnya, dalam satu semester hanya dilaksanakan satu bulan pembelajaran saja. Hal ini adalah awal mula mahasiswa serta korban mulai merasa curiga. tidak hanya itu, KTM (kartu tanda mahasiswa) belum terbentuk, hanya mahasiswa dari manjemen yang mendapatkan KTM. Begitu pula saat semester dua, mereka tidakmendapatkan materi sama sekali. Pada akhir semester dua mulai muncul NIM.

Masa transisi ke semester tiga, mahasiswa dijanjikan oleh pengelola Kampus akan diberi MATKUL (Mata kuliah) sesuai jurusan masing-masing. Korban merasa senang karena menanti pembelajaran sesuai prodi yang diambil. Namun, kenyataan berkata lain, kenyataannya kelas tetap dicampur dengan mahasiswa dari jurusan lain. Florina Kembali mempertanyakan hal tersebut dengan Pak Soeharno, tetapi Dia merespon dengan raut wajah menunjukkan amarah dan kesal. Si korban mulai merasa malas berurusan dengan pengelola kampus tersebut.

Kampus pusat UNTARA berlokasi Tigaraksa, mengumumkan adanya beasiswa untuk mahasiswa, Florina tertarik dengan perihal tersebut. Persyaratan yang diperlukan ialah dengan menunjukkan KTM dan tetap melakukan pembayaran untuk proses pengurusan. Sayangnya, KTM belum terbentuk hingga saat itu. Florina mulai geram hingga membuat dia Kembali menemui pak Soeharno. Pelaku menawarkan ke mahasiswa untuk membuat KTM sendiri dengan alasan KTM dari pusat tidak bagus.

“Dia ngerekrut sembarang orang untuk mengurus KTM,surat kampus dan lainnya, memang aneh tu kampus”.

Florina turut membantu karena kebetulan dia tidak sibuk. Selagi mengurus, Si pengelola yakni pak Soeharno meminta setiap mahasiswa membayar Rp.80.000 per anak. Pada saat itu dia mulai stress tidak dapat menikmati kuliahnya.

“Waktu ujian anehnya kita malah ditanya mau diadain UAS atau engga?, seakan-akan kalau kita jawab nggak, nggak UAS beneran”.

“waktu semester lalu KHS (kartu hasil studi) juga ngga diumumin, malah pihak kampus menyarankan buat mengarang”.

Mahasiswa lainnya mulai merasa kesal dan tidak melunasi biaya setiap semester. Syarat untuk melakukan UAS juga harus membayar UKT (Uang kuliah tunggal) dari semester satu sampai semester empat. Florina juga mendengarkan desas-desus jika UNTARA Mekarsari bukan bagian dari Universitas Tanggerang jaya Pusat.

Tanda-tanda kecurigaan itu mulai diselidiki oleh florina, Mulai dari mempleajari persyaratan dosen dan data- data kampus. Dari situ dia menemukan jika anggota TNI tidak diperbolehkan menjadi pimpinan kampus. Florina mulai memutuskan untuk membicarakan hal ini dengan teman-temannya diluar kampus. Tidak disangka-sangka, pak Soeharno bertemu dengan mereka. Pelaku memamerkan pembicaraannya dengan pak mardiana selaku Rektor dari Universitas Tenggara Raya pusat pada saat itu.

“ Yang aku dengar sama temanku, dia bicara soal bayaran gitu”.

Si korban juga menunjukkan bukti rekaman dengan pak soeharno di akun youtubenya. Florina juga mendengar pak Soeharno akan mendirikan nama kampus sendiri yakni “Institut Omega Nusantara (OIN)”, Jadi, kampus tersebut memiliki dosen sendiri tanpa adanya keterlibatan dari UNTARA pusat.

Memasuki semester empat ialah puncaknya rasa kecurigaan selama Si korban karena tidak ada perubahan sama sekali dari kampus tersebut. Ayah Florina mulai menelpon pelaku atas laporan dari anaknya. Awalnya Ayah korban menelpon dengan perasaan damai. Namun, Respon pelaku mengarah hal itu-itu saja atau omong kosong. Lantas Ayah korban mulai marah dengan pelaku. Korban juga diancam oleh pelaku.

Florina memutuskan melaporkan kampus tersebut pada website posko pengajuan itjen kemendikbud dengan melampirkan laporan, Beruntungnya dia bertemu dengan Provos TNI untuk mempermudah mengurus masalah tersebut. Kediaman korban didatangi oleh ibu rika dan ibu ami yang merupakan dosen hukum dari Kampus pusat. Florina menunjukkan bukti tersebut pada akun Youtubenya . Dari Tindakan tersebut, sepertinya ada respon dari kemendikbud.

Kronologi diatas bisa kita ambil hikmah yang didapat untuk tetap berhati-hati dan teiliti dalam memutuskan sesuatu. Semoga kejadian tersebut tidak menghampiri kita semua.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image