Riwayat Nasr al faruqi dan pemikiran kalamnya
Agama | 2021-12-24 15:49:37Siapasi nsr ismail alfariqi? Kalian sudah tahu belom? Kalo belom silahkan baca berikut ini.
Ismail Raji al-Faruqi lahir pada 1 Januari 1921 di Jaffa, Palestina. Pendidikan dasarnya dimulai di Madrasah, dan ia menerima pendidikan menengah di Colleges des Freres, dengan bahasa Prancis sebagai bahasa pengantar. Lulus dari American University of Beirut pada tahun 1941. Setelah itu, Ismail bekerja untuk pemerintah Inggris di Palestina. Pada tahun 1945 ia terpilih sebagai Gubernur Galilea. Namun, ia beremigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1949 setelah Israel mencaplok Palestina. Di Amerika Serikat, ia meraih gelar master dalam bidang filsafat dari ndiana University dan Harvard University. Ia melanjutkan pendidikannya pada tahun 1952 dengan gelar PhD bidang Filsafat dari Indiana University dan Al Azhar University. Kemudian ia mengajar di beberapa universitas di seluruh dunia, termasuk universitas di Kanada, Pakistan, dan Amerika Serikat. Pada tahun 1968 ia menjadi profesor studi Islam di Temple University di Amerika Serikat. Sebagai anak Palestina, Al faruqi mengecam keras apa yang dilakukan Zionis Israel. Itu adalah dalang di balik pencaplokan Palestina. Tapi dia membuat perbedaan yang jelas antara Zionisme dan Yahudi. Dalam buku Islam and Zionism, ia menyatakan bahwa Islam adalah agama yang memandang Yudaisme sebagai agama Tuhan, sedangkan Islam menentang Zionisme politik.Pembunuhan dia dan istrinya dikaitkan dengan kritik kerasnya terhadap Zionis Yahudi. Kematian Ismail al faruqi meninggal pada 27 Mei 1986, setelah dibunuh di rumahnya.Pemikiran
Kalam Nasr Ismail Alfaruqi
Pemikiran kalam Ismail al Faruqi tertuang dalam karyanya yang berjudul Tahwid: Implikasinya Bagi Pikiran dan Kehidupan. Dalam karyanya ini ia menyatakan bahwa:
a. Tauhid sebagai inti dari pengalaman keagamaan
Esensi dari pengalaman keagamaan, kata AlFaruqi, adalah Tuhan. Aqidah menempati tempat sentral dalam setiap sikap, tindakan, dan pemikiran setiap Muslim.
b. Tauhid sebagai visi dunia
Tauhid adalah visi umum tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang dan waktu, sejarah manusia dan takdir.
c. Tauhid adalah Hakikat Islam
Hakikat Peradaban Islam adalah Islam itu sendiri. Tidak ada satu perintah pun dalam Islam yang dapat dipisahkan dari tauhid. Tanpa tauhid, Islam tidak akan ada.
d. Tauhid sebagai prinsip sejarah Tauhid menempatkan manusia dalam etika berbuat atau bertindak, yaitu di mana nilai manusia sebagai agen moral diukur dari sejauh mana keberhasilan yang mereka capai dalam mengisi arus ruang dan waktu.
e. Tauhid sebagai Prinsip Pengetahuan
Berbeda dengan "iman" Kristen, iman Islam adalah kebenaran yang diberikan kepada pikiran, bukan pada indra yang dapat dengan mudah dipercaya. Kebenaran, atau proposisi iman, bukanlah misteri, sesuatu yang harus dipahami dan tidak dapat diketahui dan tidak berarti, tetapi sesuatu yang kritis dan rasional. Kebenarannya telah diuji dengan keraguan dan ditetapkan sebagai kebenaran.
f. Tauhid sebagai Prinsip Metafisika
Dalam Islam, alam adalah ciptaan dan anugerah. Sebagai ciptaan, itu sangat sempurna dan teratur. Sebagai hadiah, itu adalah kebaikan yang ditawarkan kepada umat manusia. Tujuannya adalah agar orang berbuat baik dan mencapai kebahagiaan.
g. Tauhid sebagai prinsip moral
Tauhid menegaskan bahwa Tuhan telah memberikan tugasnya kepada manusia, tugas yang tidak dapat dipikul oleh langit dan bumi. Amanat atau kepercayaan ilahi adalah pemenuhan elemen moral dari kehendak ilahi yang pada dasarnya, mengharuskannya dilakukan secara mandiri, dan hanya manusia yang mampu melakukannya. Dalam Islam, akhlak tidak dapat dipisahkan dari agama.
h. Tauhid sebagai prinsip ketertiban sosial
Dalam Islam, tidak ada perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya. Umat Islam adalah umat yang terbuka dan setiap manusia
dapat bergabung di dalamnya, baik sebagai anggota tetap maupun sebagai pelindung (dzimmah). Komunitas Muslim harus tumbuh untuk mencakup seluruh umat manusia. Jika tidak, dia akan kehilangan klaim Islamnya.
i. Tauhid Sebagai Asas Akhlak
Dengan memasukkan tauhid sebagai asas ketetapan, al Faruqi
membaginya menjadi tiga identitas, yaitu: pertama, melawan nasionalisme, yaitu ketertiban masyarakat Islam universal yang merangkul seluruh umat manusia tanpa kecuali dan bukan hanya untuk beberapa suku. Kedua, universalisme, khususnya Islam, mencakup semua manusia yang cita-citanya terwujud dalam masyarakat dunia. Ketiga, totalitarianisme, khususnya Islam, relevan dengan semua bidang kehidupan manusia dalam pengertian Islam, tidak hanya diarahkan pada aktivitas dan tujuan manusia pada masanya, tetapi juga terkait dengan aktivitas manusia, kapan saja, di mana saja.
j. Tauhid sebagai prinsip ummah
Dalam menyoroti tentang tauhid sebagai prinsip ummat, al Faruqi membaginya kedalam tiga identitas, yakni: pertama, menenentang etnosentrisme yakni tata sosial Islam adalah universal mencakup seluruh ummat manusia tanpa kecuali dan tidak hanya untuk segelitir suku tertentu. Kedua, universalisme yakni Islam meliputi seluruh ummat manusia yang cita-cita tersebut diungkapkan dalam ummat dunia. Ketiga totalisme, yakni Islam relevan dengan setiap
bidang kegiuatan hidup manusia dalam artian Islam tidak hanya menyangkut aktivitas mnusia dan tujuan di masa mereka saja tetapi menyangkut aktivitas manusia disetiap waktu dan tempat.
k. Tauhid sebagai prinsip keluarga
Al faruqi percaya bahwa selama umat Islam mempertahankan identitas mereka dari komunisme dan ideologi Barat. Masyarakat yang aman akan tetap menempati posisi terhormat. Keluarga Islam lebih cenderung lestari karena didukung oleh syariat Islam dan ditentukan oleh kedekatannya dengan tauhid.
l. Tauhid sebagai sistem politik
Al faruqi menghubungkan tatanan politik dengan pemerintah.
Khilafah didefinisikan sebagai konsensus tiga dimensi wawasan (ijma`arru`yah), kehendak (ijma`aliradah), dan tindakan (ijma`alamal). Wawasan yang dimaksud alFaruqi adalah pengetahuan tentang nilai-nilai yang membentuk kehendak iIahi. Kehendak yang dimaksud AlFaruqi adalah ilmu tentang nilai-nilai yang membentuk kehendak Allah, indakan berarti pemenuhan kewajiban berdasarkan Perjanjian
m. Tauhid sebagai Prinsip Ekonomi
Al faruqi mengemukakan dampak Islam terhadap ekonomi dalam dua prinsip: Pertama, tidak ada satu atau kelompok yang dapat mengintimidasi orang lain. Kedua, kita tidak boleh mengisolasi atau
memisahkan diri dari manusia lain untuk membatasi situasi
ekonomi kita pada diri kita sendiri.
n. Tauhid sebagai prinsip estetika
dalam hal kesenian beliau tidak tidak menentang kreativitas manusia, keinginan dan keindahan. Menurutnya, Islam meyakini bahwa keindahan mutlak hanya ada pada Tuhan dan kehendak-Nya, yang diwujudkan dalam firman-Nya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.