Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aysha Miftakul Rahmah Murroidah

FOMO-nya Industri Skincare, Ini Tips Agar Kamu Terhindar Dari Fenomena Fast Beauty

Lainnnya | Wednesday, 24 May 2023, 17:33 WIB
Sumber: https://standarddose.com/

Sudah tak ada orang lagi yang asing dengan kata ‘Skincare’. Skincare tak lagi terasa sebagai kebutuhan sekunder, khususnya bagi wanita. Bahkan, skincare ini dianggap sebagai salah satu faktor naiknya motivasi konsumen untuk membeli produk make up (Amin & Yanti, 2021). Semakin banyaknya masyarakat yang melek tentang pengetahuan perawatan kulit ini membuat industri kosmetik merasa peluang mereka melebar. Hal ini didukung oleh kenaikan pertumbuhan industri kosmetika mencapai angka 9.61% di tahun 2021 yang tercatat dalam data Badan Pusat Statistik (BPS). Selain itu, industri kosmetika mengalami kenaikan jumlah perusahaan hingga 20,6% yaitu sebanyak 819 industri kosmetika bertambah hingga total 913 terhitung dari tahun 2021 hingga Juli 2022.

Fakta bahwa semakin banyaknya industri kosmetik dapat menjadi dorongan bagi produsen skincare untuk berlomba-lomba saling mengungguli satu sama lain. Hal ini menimbulkan perilaku FOMO atau Fear Of Missing Out, baik di pihak industri maupun konsumen. Banyak brand kosmetik mengeluarkan produk yang hampir sama hanya untuk bisa tampak lebih unggul. Contohnya suatu brand skincare A mengeluarkan produk berbahan utama niacinamide, tak lama setelah itu, brand skincare B mengeluarkan produk dengan bahan utama niacinamide pula meski dengan konsep yang berbeda.

Hal seperti ini bisa saja memberikan keuntungan bagi brand tersebut yaitu nama mereka tetap eksis di pasaran sebab banyak diperbincangkan oleh netizen. Di saat bersamaan, konsumen juga diuntungkan dengan banyaknya pilihan produk. Namun, ini juga bisa jadi bumerang bagi keduanya. Di sisi konsumen yaitu semakin bingung dalam menentukan produk apa yang akan dipilihnya sebab terlalu banyak merek yang beredar. Belum lagi, faktor kondisi kulit tiap manusia berbeda membuat konsumen harus sering kali melakukan triall-eror produk terhadap kulitnya. Tak hanya kondisi kulit yang tidak kunjung membaik, tetapi timbunan sampah kosmetik pun akan melonjak naik. Dampak buruk tak hanya dirasakan konsumen saja, brand kosmetik pun akan dirugikan.

Mereka akan cenderung tak memiliki produk paten yang benar-benar identik dengan ciri khas mereka. Apalagi kepopuleran produk hanya mengandalkan kata ‘viral’ yang hanya akan bertahan dalam suatu periode waktu saja sehingga mudah dilupakan oleh netizen. Belum lagi bila brand akan terus mengikuti perkembangan produk yang tengah ramai di masyarakat, produk lama akan tergeser hingga beberapa mengalami discontinued. Lalu bagaimana dengan konsumen yang sudah terlanjur cocok dengan produk discontinued tersebut? Mau tidak mau mereka harus mencari pengganti di brand lain. Kenyataan ini jelas merugikan kedua belah pihak.

Narasi di atas merupakan serangkaian fenomena fast beauty yang saat ini sedang marak dikalangan masyarakat. So, apa sih fast beauty itu? fast beauty yaitu tren dimana industri kosmetik saling bersaing untuk mengeluarkan produk kecantikan baru dalam periode yang singkat dengan harga yang relatif murah. Sebagai konsumen, jelas sangat menggiurkan bukan untuk terbawa arus dalam fast beauty ini. Apa sih yang bisa kita lakukan agar terhindar dari fenomena ini? Yuk, simak tips di bawah ini!

  • Introspeksi diri sendiri

Sesuaikan dengan kebutuhanmu. Mulai tanyakan pada dirimu mengenai beberapa hal ini. Untuk apa sih aku beli skincare/make up ini? Ketahui apa tujuanmu membeli produk tersebut dengan menyesuaikan pada kebutuhan kulitmu. Kebutuhan kulit setiap orang jelas berbeda tergantung jenis kulitnya yaitu kulit kering, kulit berminyak, kulit normal, atau hanya berminyak pada T-zone (Area yang membentang dari dahi, hidung, hingga dagu). Hal ini terjadi sebab beberapa faktor meliputi genetik, frekuensi berolahraga, cuaca atau iklim di daerah yang ditinggali, serta konsumsi makanan dan minuman sehari-sehari.

Budgetku cukup nggak sih buat beli produk ini? Kemampuan ekonomi tiap orang jelas berbeda. Jangan memaksakan kehendak untuk membeli produk diluar kemampuan finansial kita. Hal ini sebenarnya bisa kita akali dengan membeli produk dalam kemasan yang besar. Beberapa produk memberikan kemasan jumbo dengan isi lebih banyak. Apabila kita hitung harga per mili liternya, sangat memungkinkan kita mendapat harga lebih murah daripada harus membeli beberapa kemasan kecil atau normal. Tentu lakukan hal ini untuk produk yang memang sudah cocok untuk kulit kita sehingga kita sudah tau kualitas dan efeknya.

Eh, bukannya aku masih punya produk serupa ya? Cek persediaan produk yang kamu punya sebelumnya. Perhatikan bahan-bahan yang terkandung didalamnya. Jika memang produk yang kita miliki telah mencukupi kebutuhan kulit kita, perlu dipertimbangkan lagi untuk membeli produk tersebut atau bahkan sebenarnya kita tidak membutuhkannya sehingga tidak perlu membelinya. Mungkin dilain kasus, kita masih memiliki stok yang cukup pada produk lama kita. Alangkah baiknya bila kita menghabiskan dahulu produk tersebut. Dengan melakukan hal ini, kita juga bisa membantu dalam mengurangi limbah produk kosmetik. Pahami bahwa kita tak perlu berlebihan untuk mengikuti perkembangan tren industri skincare ini. Gunakan secukupnya sesuai dengan kebutuhan yang ingin kita ambil manfaatnya.

  • Lakukan research mengenai kebutuhan kulitmu

DO THE RESEARCH! Beberapa dari kita mungkin menemukan rekomendasi berdasarkan pengalaman seseorang dari internet. Tapi ingat, satu rekomendasi saja tak cukup. Cari ulasan pengguna lain dari satu platform ke platform lainnya. Pastikan mereka memiliki masalah yang sama dengan keadaan kulitmu. Selain itu, lakukan juga riset mengenai bahan aktif yang terkandung dalam produk tersebut serta kualitasnya. Apakah sesuai dan cocok dengan permasalahan kulitmu atau malah bisa memperburuk kondisinya. Cek juga perizinan dari produk tersebut dalam situs BPOM (dapat diakses pada link berikut: cek bpom ). Apabila kita ingin memadukan dua produk secara bersamaan, pastikan bahan aktif kedua produk tersebut saling mendukung satu sama lain, sebab tak semua produk akan padu bila digunakan secara bersamaan. Bila perlu hubungi spesialis kulit agar tak terjadi kekeliruan dalam memilih skincare.

So, itu dia tips yang bisa kalian lakukan agar tidak terseret arus fast beauty akibat dari FOMO-nya industri skincare. Kedepannya, kita sebagai konsumen harus bisa lebih bijak lagi dan dapat mengontrol dalam pembeliaan produk skincare maupun produk kosmetik lainnya.

Penulis: Aysha Miftakul Rahmah Murroidah (Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image