Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aziza Febri

Kerajaan Pajang dan Dinamikanya

Sejarah | Wednesday, 24 May 2023, 17:05 WIB

Kerajaan Pajang merupakan sebuah kerajaan yang berdiri sebagai pengganti dari Kerajaan Demak. Awalnya, kerajaan ini merupakan salah satu daerah yang berada dalam wilayah pemerintahan Kerajaan Demak. Secara garis besar, Pajang akhirnya berhasil mendapatkan status kerajaan setelah melakukan kudeta. Kudeta ini dipimpin oleh Bupati Pajang bernama Hadiwijaya (Jaka Tingkir). Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama yang berlokasi di tengah pedalaman Jawa.

Awal mulanya, wilayah dan kedaulatan Kerajaan Pajang hanya meliputi Jawa Tengah saja. Namun seiring berjalannya waktu, Pajang juga mendapatkan pengakuan dari beberapa kerajaan lain di Jawa Timur. Dengan demikian, Pajang mulai dikenal di Pulau Jawa. Pendiri Kerajaan Pajang adalah Sultan Hadiwijaya atau dikenal juga sebagai Jaka Tingkir. Sultan Hadiwijaya pula yang berhasil mengantarkan Pajang ke puncak kejayaan. Pajang merupakan kerajaan bercorak Islam pertama di Jawa yang letaknya berada di pedalaman.

Berdirinya Kerajaan Pajang

Babad Banten menyebutkan bahwa keturunan Sultan Pajang berasal dari Pengging, kerajaan kuno di Boyolali yang dipimpin oleh Andayaningrat. Andayaningrat, yang juga memakai nama Jaka Sanagara atau Jaka Bodo, konon masih memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga raja Majapahit. Meski Majapahit ditaklukkan orang-orang Islam pada 1625, Pengging masih berdaulat hingga di bawah pemerintahan Kebo Kenanga, yang bergelar Ki Ageng Pengging. Ketika Ki Ageng Pengging wafat karena dibunuh oleh Sunan Kudus, ia meninggalkan seorang putra bernama Mas Karebet, yang diangkat anak oleh Nyi Ageng Tingkir. Mas Karebet atau lebih dikenal sebagai Jaka Tingkir justru memutuskan untuk mengabdi pada Kesultanan Demak. Kesultanan Demak kemudian mengutus Jaka Tingkir mendirikan Kerajaan Pajang sekaligus menjadi raja pertamanya dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Saat Kesultanan Demak mengalami kemunduran dan diserang Arya Penangsang, Sultan Hadiwijaya maju untuk menghadapinya. Hadiwijaya berhasil membunuh Arya Penangsang dan menjadi pewaris takhta Kesultanan Demak dan memindahkan ibukotanya ke Pajang. Dengan begitu, Kerajaan Pajang resmi berdiri pada 1568 M.

Raja- Raja Kerajaan Pajang

1. Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir (1568-1583 M)

Selama 15 tahun berkuasa Sultan Hadiwijaya melakukan perluasan wilayah untuk mendapatkan pengakuan atas kekuasaannya. Salah satu strateginya adalah dengan menikahkan putrinya dengan Panembahan Lemah Duwur dari Arosbaya. Puncak kejayaan Kerajaan Pajang dapat dilihat dari luas wilayah kekuasaannya yang mencapai tanah pedalaman ke arah timur sampai Madiun. Setelah itu, ia menaklukkan Blora pada 1554 dan Kediri pada 1577. Pada 1581, Sultan Hadiwijaya berhasil mendapatkan pengakuan sebagai sultan Islam dari raja-raja terpenting di Jawa Timur. Sebagai penerus Kerajaan Demak, Pajang juga membina hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di pesisir utara Jawa. Pada 1582, meletus perang Pajang dan Mataram. Sepulang dari pertempuran, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia.

2. Arya Pangiri atau Ngawantipura (1583-1586 M)

Sepeninggal Sultan Hadiwijaya, terjadi persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya Pangiri. Arya Pangiri berhasil naik tahta pada 1583, sedangkan Pangeran Benawa tersingkir ke Jipang. Namun selama pemerintahannya, Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram, sementara kehidupan rakyatnya terabaikan. Hal itu membuat Pangeran Benawa merasa prihatin dan melancarkan serangan pada 1586, dibantu oleh Sutawijaya.

3. Pangeran Benawa atau Prabu Wijaya (1586-1587 M)

Pangeran Benawa menang atas Arya Pangiri dan dinobatkan sebagai raja Kerajaan Pajang yang ketiga dengan gelar Prabuwijaya. Kekuasaannya hanya berlangsung singkat karena Prabuwijaya lebih memilih menjadi penyebar agama Islam. Pada 1587, pemerintahannya berakhir tanpa meninggalkan seorang putra mahkota. Pada akhirnya, kekuasaan justru jatuh ke tangan Raja Sutawijaya dan Pajang dijadikan sebagai negeri bawahan Mataram.

Kedinamikaan Kerajaan Pajang

1. Letak dan Geografis Kerajaan Pajang

Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di pedalaman dan pengganti Kerajaan Demak di pulau Jawa. Secara Geografis, wilayah Pajang merupakan kawasan dataran rendah yang subur dengan aliran Sungai Bengawan Solo. Meski berada di daerah pedalaman Jawa, Kerajaan Pajang berhasil memperluas wilayah kekuasaanya sampai daerah pesisir Utara.Wilayah kekuasaannya sebagian besar berada di pedalaman dengan corak agraris.

2. Kehidupan Politik

Kehidupan politik Kerajaan Pajang dipenuhi dengan banyak tokoh yang terpaku dengan dendam dan perebutan pemerintahan.Pendiri Kerajaan Pajang adalah Jaka Tingkir yang kala itu berhasil menumpas Arya Penangsang. Aryo Penangsang sendiri adalah raja di Demak yang tidak diinginkan oleh pihak keluarga besar Demak. Dari sini kemudian keluarga meminta bantuan Joko Tingkir untuk menyingkirkan Aryo Penangsang. Setelah berjalannya waktu, Kerajaan Demak runtuh maka Joko Tingkir kemudian menggeser pusat pemerintahan di Demak ke Pajang yang sekaligus menjadi penanda berdirinya Kerajaan Islam Pajang. Selain itu, kehidupan politik kerajaan ini juga dihiasi dengan usaha perebutan tahta yang terus berjalan dari masa Sultan Hadiwijaya hingga masa pemerintahan Pangeran Benawa II. Perebutan ini terjadi lantaran dendam dan ketidakpastian pewarisan tangkup kepemimpinan di Pajang. Hingga akhirnya Pangeran Benawa wafat tanpa meninggalkan putra mahkota. Kekuasaan Kerajaan Pajang berakhir dan menjadi wilayah Mataram.

3. Kehidupan Ekonomi

Secara ekonomi, Kerajaan Pajang sangatlah baik. Dimulai dari kesejahteraan rakyatnya yang cukup terjamin dari berbagai hasil bumi. Kerajaan Pajang juga mengekspor besar melalui perniagaan dengan memanfaatkan Sungai Bengawan Solo sebagai jalur transportasi. Kerajaan Pajang juga merupakan wilayah subur yang menyandang predikat sebagai lumbung beras pada abad ke 16 hingga 17. Kesuburan tanaman pokok di kerajaan Pajang didasari dari letaknya yang berada di dataran rendah sungai Pepe dan Dengkeng dengan Bengawan Solo sehingga sistem irigasi lancar membuat hasil pertanian melimpah dan terkelola dengan baik. Aktifnya perdagangan Pajang ini juga berimbas dengan tingginya tingkat kehidupan ekonomi masyarakatnya. Bahkan wilayah Pajang sempat digadang-gadang sebagai salah satu wilayah agraris maritim yang memiliki potensi tinggi.

4. Kehidupan Sosial dan Budaya

Kebudayaan di kerajaan Pajang mempunyai kemiripan dengan budaya di kerajaan Demak. Budaya Islam di kerajaan Pajang berbaur dengan budaya Jawa. Mereka memiliki toleransi tinggi terhadap budaya asing yang masuk wilayahnya.Meski kerajaan Pajang merupakan salah satu Kerajaan Islam di Jawa, namun pengaruh tradisi Hindu masih kentara. Sehingga beberapa kebudayaan pun masih ada yang menggunakan tradisi-tradisi Hindu. Masyarakat di Pajang juga masih banyak yang menjalankan beberapa tradisi yang sudah turun temurun dari nenek moyang mereka.

Pada masa kejayaan Kerajaan Pajang, terjadi akulturasi budaya antara Hindu dan Islam yang kuat. Akulturasi budaya yang terjadi antara agama islam dengan hindu pun sangat terlihat. Salah satunya dapat dilihat dari kebudayaannya dalam bentuk arsitektur Masjid Laweyan yang mirip dengan bentuk Kelenteng Jawa. Kerajaan Pajang masih bernuansa islam namun adat istiadat masih dipertahankan. Seperti adat walon, yakni tata krama yang diberikan sejak kecil.

5. Kehidupan Keagamaan

Kehidupan agama masyarakat Pajang dihiasi dengan perkembangan Islam yang sangat pesat. Dengan Perkembangan Islam yang pesat menjadikan cikal bakal berdirinya Kerajaan Pajang sebagai salah satu kerajaan bercorak Islam yang terkenal di Nusantara. Tentu saja perkembangan Agama Islam ini tidak lepas dari peran para wali songo dan para ulama. Selain itu juga dengan, Sultan Hadiwijaya yang menjadi raja pertama kerajaan Pajang juga memiliki pengaruh yang besar. Terkenalnya Sultan Hadiwijaya sebagai pemeluk Islam yang taat membuat masyarakat Pajang membuka diri terhadap pemikiran dan ajaran Islam.

Masa Kejayaan Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya yang menjabat sebagai raja selama 15 tahun. Pada masa kepemimpinannya, wilayah kekuasaan Pajang mencapai wilayah Madiun, Blora dan Kediri. Pertanian Pajang juga mengalami kemajuan yang pesat hingga menjadi lumbung beras utama di Jawa. Hal ini didukung oleh letak wilayah Pajang yang berada di dataran rendah yang dipertemukan Sungai Pepe dan Dengkeng.

Kemunduran Kerajaan Pajang

Pada 1582 M, terjadi perang antara Pajang dan Mataram. Sepeninggalnya Sultan Hadiwijaya kerajaan Pajang mengalami kemunduran sebab terjadi perebutan tahta antara putra Sultan Hadiwijaya, Pangeran Benawa dan menantunya Arya Pangiri. Arya Pangiri berhasil mengambil tahta raja Kerajaan Pajang pada 1583, sedangkan Pangeran Benawa tersingkir ke wilayah Jipang.

Selama masa pemerintahan Arya Pangiri, disibukkan dengan usaha balas dendam kepada Mataram hingga rakyatnya terabaikan. Hal tersebut membuat Pangeran Benawa prihatin dan melancarkan serangan pada 1586 yang dibantu oleh Sutawijaya dari Mataram. Dalam serangan ke Pajang tersebut, Arya Pangiri kalah dan dikembalikan ke Demak. Raja Kerajaan Pajang beralih ke Pangeran Benawa sebagai raja ketiga. Masa pemerintahan Pangeran Benawa berlangsung singkat karena memilih untuk menjadi penyebar agama Islam. Pada tahun 1587, Pangeran Benawa meninggal dan kekuasaannya berakhir, karena tidak meninggalkan putra mahkota. Akhirnya kerajaan Pajang jatuh ke tangan Raja Sutawijaya (Raja kerajaan Mataram) dan menjadikan Pajang sebagai bawahan Mataram hingga akhirnya benar – benar berakhir pada 1618 setelah dihancurkan oleh pasukan Sultan Agung dari Mataram.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image