Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arfia Andriani

Masjid untuk Politik, Bolehkah?

Agama | Wednesday, 24 May 2023, 15:58 WIB
sumber: gambar pribadi

Jangan jadikan masjid sebagai politik praktis, tetapi jadikan masjid sebagai salah satu pusat pendidikan politik bagi umat Islam.

Isu kontemporer mengenai persoalan masjid dijadikan sebagai tempat untuk membahas masalah politik menuai pro dan kontra. Kelompok yang memperbolehkan, mereka mengklaim bahwa pada masa Nabi Muhammad SAW masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk ibadah dan berdakwah saja akan tetapi juga dijadikan sebagai podium untuk membahas masalah politik.

Saya pribadi berpendapat bahwa membicarakan masalah politik di masjid boleh-boleh saja. Akan tetapi yang menjadi masalah apabila masjid digunakan untuk kepentingan politik praktis misalnya, masjid digunakan sebagai tempat kampanye, menjelek-jelekan atau menjatuhkan lawan politik.

Masjid pada Masa Nabi

Masjid pada masa nabi digunakan sebagai markas dakwah. Jadi tidak hanya digunakan untuk ibadah mahdhah seperti salat saja, tetapi juga digunakan sebagai pusat ilmu pengetahuan, ta'aruf atau pertemuan antara muslim yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, masjid pada masa nabi juga digunakan sebagai kantor pemerintahan, karena tidak ada kantor spesifik yang khusus digunakan untuk melakukan aktivitas pemerintahan. Jadi sangat wajar apabila masjid pada masa nabi digunakan sebagai podium untuk membahas persoalan politik mengenai perkembangan Islam, bagaimana respons dari masyarakat non muslim tentang Islam dan sebagainya. Sehingga tidak ada pemisahan antara agama dan politik, bahkan menyiapkan strategi perang pun juga di masjid.

Masjid pada Zaman Khulafaurrasyidin

Abu Bakar Ash-Shiddiq RA menyampaikan pidato manhaj politiknya sebagai pemimpin di dalam masjid. Begitu pula dengan Umar bin Khattab RA saat terpilih menggantikan Abu Bakar.

"Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk menangani urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antaramu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik, bantulah (ikutlah) aku, tetapi jika aku berlaku salah, maka luruskanlah! (Abu Bakar Ash-Shiddiq).

"Wahai manusia, siapa pun di antara kalian yang melihat kebengkokan dalam diriku (dalam hal karakter, keputusan, dan sikap), maka biarkan dia meluruskan kebengkokan itu." Seseorang dari majelisnya berteriak, "Demi Allah, seandainya kami melihat kebengkokan itu ada padamu, kami akan meluruskannya dengan pedang kami." Umar kemudian berkata, "Alhamdulillah, Yang telah menempatkan di negeri ini seseorang yang akan meluruskan kebengkokan Umar dengan pedangnya." (Umar bin Khattab).

Politik yang Seharusnya Diterima dan Ditolak

Politik yang dapat diterima :

1. Politik dapat diterima apabila sesuai dengan prinsip Islam ( (misalnya, dalam menyampaikan khotbah terdapat unsur keadilan, menolak kemudaratan, menggapai maslahat).

2. Ada amar ma'ruf nahi munkar.

Politik yang semestinya ditolak :

1. Dalam menyampaikan retorika politik tidak ada nilai akhlaknya.

2. Tidak terikat pada norma-norma dan nilai, karena politik yang diakui dalam Islam harus mengindahkan norma dan nilai.

3. Tidak memedulikan halal-haram (menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan).

Mengembalikan Fungsi Masjid

Dalam sejarah, memang benar pada masa Nabi Muhammad SAW, masjid telah berperan secara multifungsional, yaitu sebagai pusat ibadah, pusat pendidikan dan pengajaran, sampai digunakan sebagai pusat penyelesaian problematika umat Islam. Karena itu, seharusnya saat ini kita bisa memiliki sikap yang benar dalam menyikapi pro-kontra mengenai boleh tidaknya bicara politik di masjid.

Masjid dijadikan tempat untuk membahas masalah politik terlarang apabila menyebut spesifik nama tertentu, mengemukakan cela dan kejelekan pihak tertentu, serta mencaci maki atau fanatic pada golongan tertentu. Oleh karena itu, sudah saatnya umat Islam Indonesia mengembalikan fungsi masjid sebagaimana pada masa Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya menjadikan masjid sebagai tempat ibadah mahdhah saja, tetapi juga untuk kepentingan dakwah dan kegiatan positif.

Jadikan masjid sebagai media kesayangan untuk menasihati kesabaran, media Amar ma'ruf nahi munkar. Jangan jadikan masjid sebagai tempat pemecah belah umat Islam, tetapi jadikan masjid sebagai tempat pemersatu sehingga misi Islam sebagai "agama rahmatan lil 'alamin" betul-betul terwujud di masyarakat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image