Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nahdyaaa

Tradisi Syawalan Lopis Raksasa di Kota Pekalongan

Sejarah | Wednesday, 24 May 2023, 08:18 WIB

Kota Pekalongan terkenal dengan budaya tradisionalnya salah satunya yaitu tradisi lopis raksasa.

Syawalan di kota pekalongan merupakan tradisi masyarakat kota pekalongan khususnya masyarakat di daerah krapyak atau pekalongan bagian utara. Tradisi lopis raksasa ini dilaksanakan pada pada hari ke-7 atau ke-8 syawal setelah hari raya idul fitri.

Hal yang menarik pada tradisi syawalan ini adalah dibuatnya lopis raksasa yang ukurannya mencapai tinggi 2 meter, diameternya 1.5 meter dan beratnya mencapai 1 kwintal. Setelah acara do’a Bersama kemudian lopis raksasa dipotong oleh Wali Kota Pekalongan dan dibagikan kepada para pengunjung, para pengunjung biasanya berebut untuk mendapatkan lopis tersebut yang maksudnya untuk mendapatkan berkah.

Pembuatan lopis dimaksudkan untuk mempererat tali silaturahmi antar masyarakat krapyak dan masyarakat daerah sekitarnya. Tradisi syawalan lopis raksasa ini sudah dimulai dari tahun 1885 Masehi.

Yang pertama kali mengadakan tradisi Syawalan ini yaitu Kyai Haji Aqil Siraj yang merupakan keturunan dari Ki Bahu Rekso.

Lopis terbuat dari beras ketan. Proses pembuatan lopis raksasa ini cukup rumit dan memakan waktu yang cukup lama, yang pertama yaitu beras ketan di rebus setengah matang menggunakan dandang berukuran kecil dan setelah itu di tumbuk lebih halus serta disatukan ke dalam dandang atau cetakan lopis berukuran besar.

Untuk merebus lopis harus menggunakan kayu bakar dan nyala api tidak boleh padam selama 24 jam.

Untuk proses pengangkatan lopis akan menggunakan bantuan alat berat khusus karena ukurannya yang besar dan berat.

Filosofi lopis yaitu tekstur ketan yang lengket dan tidak buyar ini melambangkan suatu persatuan yang kuat. Ketan yang putih melambangkan kesucian.

Daun pisang sebagai pembungkus ketan melambangkan bahwa agama islam selalu menumbuhkan kebaikan dan menjadi karunia Allah SWT. Pohon pisang dianggap oleh masyarakat krapyak memiliki makna yang agung yaitu meninggalkan kebaikan bagi makhluk lain. Pohon pisang mengalami kematian setelah di tebang atau setelah memberikan manfaat kepada manusia.

Tradisi ini juga menunjukkan bahwa yang dilihat dari sebuah agama dan tradisi ialah bagaimana manusia mampu bertoleransi antara sesama dengan perbedaan yang beragam mulai dari perbedaan agama,ras,sosial dan ekonomi yang berkumpul menjadi satu dalam tradisi lopis raksasa ini.

Tradisi lopis raksasa juga dianggap sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah baik dalam hal usia, materi, kesehatan hingga masyarakat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image