Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aziza Febri

Kerajaan Demak dan Dinamikanya

Sejarah | Tuesday, 23 May 2023, 14:51 WIB

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Kerajaan Demak terletak di daerah Demak, Jawa Tengah. Pada awalnya, Demak merupakan wilayah kadipaten yang tunduk pada kekuasaan Majapahit. Berdiri pada awal abad ke-16 ini didirikan oleh Raden Patah dan mencapai masa kejayaan di bawah kepemimpinan Sultan Trenggono. Demak sendiri merupakan salah satu pelabuhan dagang bagian dari kerajaan Majapahit. Pelabuhan ini menjadi ramai setelah dikunjungi oleh pedagang asing, termasuk pedagang Arab. Selain menjadi pusat pelabuhan dagang Kerajaan Demak juga menjadi pusat penyebaran agama Islam di bawah kepemimpinan Raden Patah dengan adanya peran sentral Wali Songo. Pedagang Arab yang menetap sementara di Demak, menyebarkan agama islam diwilayah pesisir utara Jawa bagian Tengah.

Raja – Raja Demak

1. Raden Patah (1500-1518 M)

Pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Demak, merupakan salah satu putra dari raja Majapahit dari istri raja yang berasal dari Cina yang telah masuk Islam. Dibawah kepemimpinan Raden patah, Demak mampu berkembang menjadi pusat agama Islam yang dikembangkan melalui peran Wali Songo.

2. Adipati Unus (1518-1521 M)

Pasca meninggalnya Raden Patah pada tahun 1518 M, Kesultanan Demak diambil alih oleh putranya Adipati Unus (1488-1521 M). Keberaniannya dalam perang membuat Adipati Unus mendapatkan gelar Pangeran Sabrang Lor.

3. Sultan Trenggono (1521-1546 M)

Kerajaan Demak mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Trenggana. Wilayah Demak meluas hingga ke Jawa Timur dan Jawa Barat. Pada tahun 1546 Demak melakukan penyerangan ke Panarukan Situbondo, yang dikuasai Kerajaan Blambangan, Sultan Trenggono tewas terbunuh dalam pertempuran ini.

4. Sunan Prawata (1546-1549 M)

Sunan Prawata merupakan putra dari Sultan Trenggana. Pasca terbunuhnya Sultan Trenggana, perpindahan kekuasaan ke anaknya tidak berjalan mulus. Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar berusaha untuk menduduki kekuasaan Kesultanan Demak dengan mengalahkan Sunan Prawata, putra Sultan Trenggana. Sunan Prawoto membunuh Pangeran Surowiyoto yang menyebabkan surutnya dukungan kepada Sunan Prawata. Akibatnya, Sunan Prawata memilih memindahkan pusat kerajaan ke Pati. Masa kekuasaan Sunan Prawata tidak berlangsung lama setelah Arya Penangsang, putra dari Surowiyoto melakukan pembunuhan terhadap Sunan Prawata pada tahun 1549 M.

5. Arya Penangsang (1549-1554 M)

Arya Penangsang menduduki tahta Kerajaan Demak setelah membunuh Sunan Prawoto. Selain itu, ia juga menyingkirkan Pangeran Hadiri / Kalinyamat sebagai penguasa Jepara yang dianggapnya berbahaya bagi kekuasaannya. Hal ini membuat para adipati Demak tidak senang, salah satu diantaranya adalah Hadiwijaya dari Pajang. Kekuasaan Demak Pun dipindah dari Demak ke Jipang, wilayah kekuasaan Arya Penangsang. Masa pemerintahan Arya Penangsang berakhir pada tahun 1554, Arya Penangsang tewas dan kedudukan Sultan Demak diduduki oleh Hadiwijaya yang memindahkan kekuasaan ke Pajang, menandai berakhirnya Kerajaan Demak.

KEHIDUPAN KERAJAAN DEMAK

1. Kondisi Geografi

Secara geografi, pusat kerajaan Demak dikelilingi oleh beberapa sungai diantaranya, sungai Tuntang, sungai Buyaran, dan sungai Serang. Wilayah pesisir demak digunakan sebagai pelabuhan yang dapat disandari kapal dagang berukuran besar. Posisi Kerajaan Demak terbilang sangat strategis, karena masuk dalam jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan rempah-rempah antara wilayah Indonesia timur dengan Selat Malaka. Dari keuntungan ini, para raja Demak memanfaatkan letak kerajaan untuk mengembangkan potensi kemaritimannya. Kondisi tersebut mendukung perkembangan Demak menjadi kerajaan maritim yang berperan penting dalam kehidupan perekonomian antarpulau Karena letak yang menguntungkan, Kerajaan Demak pun berkembang pesat menjadi salah satu kerajaan terbesar pada abad ke-16.

2. Kehidupan Politik

Dalam menjalankan pemerintahan, Raden Patah menggunakan hukum-hukum Islam. Sepeninggalan Raden Patah, kerajaan Demak dipimpin oleh putranya yang bernama Pati Unus. Pati Unus mengadakan serangan terhadap portugis di Malaka. Akan tetapi, gagal karena Portugis memiliki angkatan perang yang lebih kuat.

Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono (1521-1546), Demak berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga Sukadana, Palembang, dan Banjar. Sultan Trenggono juga mengutus pasukan yang dipimpin oleh Fatahilah. Pada 22 Juni 1527 Fatahillah berhasil menguasai Sunda Kelapa dan berganti nama menjadi Jayakarta yang berarti kemenangan yang sempurna. Setelah Sultan Trenggono wafat, terjadi perebutan kekuasaan antar keluarga kerajaan.

3. Kehidupan Ekonomi

Letak kerajaannya berada di kawasan strategis sehingga mampu memiliki dua pelabuhan besar yang dapat mendorong perekonomian. Kerajaan Demak mengembangkan perekonomian agraris. Kehidupan ekonomi kerajaan Demak bertumpu pada sektor perdagangan maritim. Selain perdagangan, Kerajaan Demak juga didukung komoditas ekspor seperti beras dari pedalaman yang dihasilkan dari kadipaten, seperti Madiun, Kediri, Malang, Pati dan Pajang. Komoditas ini diekspor melalui jalur perdagangan internasional di Nusantara. Sebagai negara maritim, Demak menjalankan fungsinya sebagai penghubung atau transit antara daerah penghasil rempah-rempah di bagian timur dengan Malaka, dan dari Malaka lalu dibawa para pedagang menuju kawasan Barat.

4. Kehidupan Keagamaan

Lahirnya Kerajaan Demak didorong oleh latar belakang untuk mengembangkan dakwah Islam. Berkat dukungan Wali Songo, Demak berhasil menjadi kerajaan Islam pertama di Jawa yang memiliki pengaruh yang cukup luas. Untuk mendukung dakwah pengembangan agama Islam, dibangun Masjid Agung Demak sebagai pusatnya, selain kaya dengan ukir-ukiran bercirikan Islam juga mempunyai keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya dibuat dari kumpulan sisa-sisa kayu bekas pembangunan masjid itu sendiri yang disatukan (tatal).

Demak adalah pusat penyebaran agama Islam di Nusantara. Lahirnya wali-wali di Demak membuat lebih cepat proses penyebaran agama Islam bahkan sampai ke pelosok. Mendirikan pesantren adalah cara penyebaran agama Islam yang efektif. Walisongo juga memiliki peran sebagai penasihat kerajaan Demak.

5. Kehidupan Sosial dan Budaya

Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak sudah berjalan teratur. Pemerintahan diatur dengan hukum Islam. Akan tetapi, norma-norma atau tradisi-tradisi lama tidak ditinggalkan begitu saja. Perbedaan yang mencolok terdapat pada penggunaan aturan-aturan dan hukum yang cocok dengan ajaran Islam, sehingga terasa lebih tertib dan teratur serta menjalin kerukunan hidup dan menjaga toleransi antar umat beragama.

Sunan Kalijaga salah seorang dari Wali Sanga juga meletakkan dasar-dasar perayaan Sekaten pada masa Kerajaan Demak. Perayaan tersebut digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menarik minat masyarakat agar masuk Islam. Sekaten ini lalu menjadi tradisi atau kebudayaan yang terus dipelihara sampai sekarang.

MASA KEMUNDURAN KERAJAAN DEMAK

Setelah mencapai masa kejayaan, Kerajaan Demak mengalami kemunduran tahun 1546. Diketahui Sultan Trenggono pernah menyerang panarukan pada tahun 1546.Pada masa itu, Sultan Trenggono terbunuh saat melakukan penyerangan tersebut.. Dengan wafatnya Sultan Trenggono, terjadi perselisihan mengenai kepemimpinan Kerajaan Demak antara Arya Penangsang dan Sunan Prawoto.

Hal tersebut merupakan awal kemunduran Kerajaan Demak, hingga akhirnya jatuh ke tangan Sunan Prawoto menggantikan Sultan Trenggana pada tahun 1546. Namun, Sunan Prawoto ini mendapat tentangan dari Arya Penangsang. Arya Penangsang menganggap bahwa yang berhak menjadi raja Demak adalah dirinya. Selain itu, Arya Penangsang juga menaruh dendam terhadap Sunan Prawoto karena telah membunuh ayahnya yang bernama pangeran Surowiyoto.

Pembunuhan Sunan Prawoto oleh Arya Penangsang mendapat kecaman dari menantu Sultan Trenggana bernama Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya , pendiri kerajaan Pajang. Jaka Tingkir bersama Ki Gede Pemanahan dan Ki Panjawi melakukan pemberontakan upaya perebutan kembali takhta Demak dari Arya Penangsang tahun 1556.

Akhirnya, pemberontakan Joko Tingkir bersama Ki Gede Pemanahan dan Ki Panjawi berhasil mengalahkan Arya Penangsang di Jipang. Pemerintahan Kerajaan Demak berakhir pada masa pemerintahan Arya Penangsang. Tahun 1568, memindahkan ibukota Kerajaan Demak ke daerah Pajang dan menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Pajang. Pemindahan ini merupakan titik akhir keruntuhan kerajaan Demak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image