Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image nabila zalfa

Pancaroba tak Kunjung Hilang Bagaimana Nasib Kehidupan Selanjutnya ?

Lainnnya | Tuesday, 23 May 2023, 10:49 WIB

Ilustrasi diambil dari google https://lagudaerah.id/rpul/jenis-iklim/

Iklim di Indonesia saat ini mengalami perubahan cuaca yang cukup ekstrim akibat menipisnya lapisan ozon, kejadian tersebut pastinya tidak luput dari sikap manusia yang tidak bertanggung jawab. Tepat pada bulan April hingga Agustus mendatang suhu telah sampai pada angka > 37 derajat celcius. Menurut BMKG terdapat beberapa daerah yang dapat mengalami kekeringan diantaranya Aceh bagian Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung, Pulau Jawa dan Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan bagian Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur bagian Selatan, Maluku, dan Papua bagian Selatan. Era Globalisasi juga merupakan suatu alasan terjadinya pemanasan global. Perkembangan teknologi membuat manusia tamak akan semua hal yang ingin mereka miliki, harga adalah kehidupan mereka, sehingga semuanya direlakan hanya keuntungan semata. Hutan di habis rata untuk dijadikan sebagai ladang cuan. Hal tersebut dilakukan hanya untuk uang, uang, dan uang. Terjadinya iklim yang ekstrim akan berdampak buruk bagi manusia di kehidupan selanjutnya. Hilangnya sumber mata air, sumber makanan, dan sumber kehidupan lainnya juga dapat berpengaruh pada kualitas sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kelaparan akan menjadi hal yang lazim di mana mereka saling bersaut-sautan demi mencari setetes air dan sebutir nasi untuk mengeyangkan tubuh. Selain itu, dampak terjadinya pemanasan global dapat menyebabkan terjadinya kanker kulit. Menipisnya lapisan ozon menyebabkan sinar UV (ultraviolet) dapat menyentuh kulit secara langsung sehingga kulit akan terasa terbakar. Tak hanya itu saja penggunaan kaca pada gedung di kota-kota besar yang digunakan untuk memperindah gedung juga merupakan penyebabnya.

Pada tanggal 12 Mei 2023 terdapat berita yang tersebar di platform media sosial mengenai akan adanya pembangunan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) oleh Adaro di Kalimantan Utara. Banyak sekali kritikan yang didapatkan, dan pastinya jika pembangunan PLTU ini berlanjut akan terjadi krisis iklim yang cukup berbahaya kedepannya, karena pembangunan ini menggunakan energi kotor batu bara yang akan digunakan untuk menyuplai energi pada smelter aluminium baru. Selain akan terjadi krisis iklim hal ini dapat mencederai komitmen Indonesia dalam proses transisi energi. Dapat dilihat mereka hanya memikirkan bagaimana cara meningkatkan sektor ekonomi untuk para kolega tanpa melihat ke depan apa yang akan terjadi 10, 20, atau 30 tahun kedepan. Mengingat Indonesia memiliki sebuah gunung terbuat dari tumpukan sampah yang sulit terurai di daerah TPST Bantargebang, Bekasi di mana telah menjadi sorotan dunia. Semua terjadi salah satunya karena penggunaan plastik yang berlebihan. Bukan hanya tempat itu saja, masih banyak sampah di beberapa daerah yang menumpuk di tempat pembuangan akhir. Masih sulit bagi masyarakat Indonesia untuk mengelola sampah dengan menerapkan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Hal ini perlu dipertanyakan apakah Indonesia tetap hijau dengan sumber daya alam yang ada atau sebaliknya? semua itu dikembalikan kepada mindset kita terhadap lingkungan sekitar. Pendidikan tinggi tidak menjamin sikap peduli sesama makhluk hidup. Dapat dilihat dari para pejabat atau para petinggi perusahaan terkadang juga tidak memperdulikannya.

Jika mereka orang dewasa tidak bisa mengarahkan, setidaknya kita sebagai manusia selanjutnya perlu melakukan perubahan kedepan untuk menyelamatkan bumi dan seisinya. Perlu dipikirkan bagaimana cara melakukan perubahan demi melindungi satu pohon untuk sepuluh kehidupan. Pastinya perlu dimulai dari suatu hal yang kecil seperti mengurangi penggunaan plastik, menggunakan alat transportasi (motor dan mobil) seperlunya, dan membuang sampah pada tempatnya. Selain itu, kita dapat juga mengikuti kegiatan volunteer peduli hutan dengan menanam satu pohon untuk memberikan kehidupan bagi hewan maupun manusia dan juga bisa menyalurkan donasi untuk komunitas peduli lingkungan, dengan kontribusi ini dapat melindungi manusia dari krisis iklim dan kelaparan yang berkepanjangan. Perilaku tersebut perlu ditanamkan dimulai sedini mungkin, karena pada usia tersebut merupakan proses pembentukan karakter anak yang akan berpengaruh pada usia selanjutnya.

Nabila Zalfa Maulidya,Gizi, Universitas Airlangga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image