Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Memahami Gaya Belajar Peserta Murid Tingkat Dasar

Pendidikan dan Literasi | 2023-05-22 20:24:29

Setiap individu memiliki preferensi yang berbeda dalam kegiatan menyerap dan mengolah informasi baru yang didapatinya. Kenyamanan dalam menyerap informasi dan mengolahnya merupakan sebuah situasi vital yang memungkinkan informasi baru itu dapat diserap secara maksimal. Setiap orang berbeda-beda menerjemahkan kenyamanan yang dimaksud. Sebagai contoh, ada seseorang yang nyaman dan mudah menyerap informasi dan mencernanya pada situasi yang sepi, lain situasi mungkin ada seseorang yang mendapatkan kenyamanan tersebut sembari mendengarkan sesuatu yang disukainya, atau kenyamanan berpikir diperoleh seseorang saat dilakukan sambil bergerak, ada seseorang yang nyaman dengan belajar sendiri, ada juga yang senang secara berkelompok, atau situasi lainnya yang berbeda. Yang ingin saya sampaikan di sini adalah perihal gaya belajar seseorang.

Gaya belajar menurut Bobbi De Porter & Mike Hernacki (2001) adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antarpribadi. Pendapat lain, gaya belajar didefinisikan oleh Keefe (1979) sebagai gabungan dari karakteristik kognitif, afektif, dan faktor fisiologis yang berfungsi sebagai indikator yang relatif stabil tentang bagaimana pelajar merasakan, berinteraksi, dan merespon lingkungan belajar (Wiedarti, 2018). Gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Para ahli menyebut kegiatan menyerap informasi secara mudah dengan istilah “modalitas”. Sedangkan cara mengatur dan mengolah informasi dikenal dengan sebutan “dominasi otak”. Gaya belajar yang dimaksud dibedakan menjadi visual, auditorial, dan kinestetik (V-A-K). Dari beberapa definisi tersebut, dapat dipahami bahwa hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh cara mereka menyerap informasi ketika pembelajaran dalam konteks apa pun berlangsung, apakah itu belajar di dalam kelas, atau di luar kelas.

Berikut dipaparkan ketiga gaya belajar (V-A-K) yang dihimpun dari berbagai sumber.

1. Visual

Anak visual belajar melalui apa yang mereka lihat. Tipe visual bisa menyerap pelajaran lebih baik dengan melihat. Mereka lebih suka melihat atau membaca terlebih dulu sebelum belajar hal-hal baru. Diperkirakan, sebanyak 80% pelajaran bisa dipahami melalui penglihatannya. Membaca buku dan melihat gambar adalah cara belajar yang paling disukainya. Tipe visual juga biasanya memilih duduk di kursi terdepan di kelasnya, agar dia bisa melihat dengan jelas guru dan papan tulis. Mereka sangat bagus menuliskan ulang apa yang ada di papan tulis, tetapi kadang suka terlewat instruksi yang diberikan secara oral (dikte).

2. Auditori

Anak dengan tipe belajar auditori, harus mendengarkan pelajaran mereka untuk memahaminya. Mereka lebih suka segala sesuatunya dijelaskan dengan perkataan. Tipe pendengar biasanya merekam informasi yang telah diucapkan. Beberapa dari mereka bahkan merasa lebih nyaman belajar jika disertai suara musik pelan. Mereka biasanya mengingat pelajaran dalam bentuk lagu favorit atau puisi. Keuntungan dari tipe ini, mereka tidak mudah bosan belajar, selama materinya disampaikan dengan cara audio.

3. Kinestetik

Anak kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Anak dengan kemampuan belajar kinestetik tidak bisa hanya duduk tenang dan menunggu informasi disampaikan. Mereka tertarik mencari sendiri hal-hal yang ingin mereka tahu tanpa harus selalu membaca buku panduan. Oleh karena itu, tipe ini cenderung tidak bisa diam dan kerap dianggap anak nakal karena kerap tidak bisa diam dan sulit mendengarkan penjelasan guru di sekolah. Selain itu, tipe kinestetik sangat suka berjalan-jalan karena mereka melihat lingkungan sekitar dengan cara berbeda. Bagi mereka, bumi adalah sebuah taman bermain raksasa yang penuh dengan berbagai hal menarik yang ingin mereka ketahui dan jelajahi.

Selain ciri tersebut, ada ciri-ciri lain yang dapat diamati melalui perilaku yang merupakan petunjuk kecenderungan belajar.

1. Visual

a. Berbicara agak cepat dan kadang mata melirik ke atas.

b. Lebih mudah mengingat yang dilihat, dari yang didengar.

c. Memperhatikan penampilannya dalam berpakaian.

d. Tidak merasa risih dengan keramaian.

e. Suka menggambar.

f. Lebih suka membaca sendiri, daripada dibacakan.

2. Auditori

a. Senang mendengarkan.

b. Mudah terganggu oleh keramaian.

c. Lebih nyaman belajar dan memahami sesuatu dengan mendengarkan, daripada melihat.

d. Berbicara dengan irama yang sedang dan terpola.

e. Biasanya membaca buku dengan keras, agar dia bisa mendengarkan suaranya sendiri.

f. Dapat mengulangi lagi nada, irama atau musik yang baru saja didengar.

3. Kinestetik

a. Lebih nyaman belajar dengan praktik.

b. Berbicara perlahan.

c. Saat berkomunikasi suka menggunakan isyarat tubuh.

d. Menggunakan jari sebagai penunjuk saat membaca.

e. Sulit mengingat jalan atau suatu tempat, kecuali jika mereka pernah datang ke jalan/ tempat itu.

f. Lebih suka bercerita daripada menulis.

Gaya belajar sepantasnya diketahui oleh peserta didik dan guru sebab mereka terlibat dalam pembelajaran. Bagi peserta didik, dengan mengetahui gaya belajarnya, mereka diharapkan dapat menyerap informasi secara maksimal saat pembelajaran berlangsung sesuai gaya belajarnya.

Bagi guru, agar ia dapat memfasilitasi pembelajaran di kelasnya sesuai dengan gaya belajar yang disukai peserta didik. Maksudnya, setiap guru mata pelajaran harus memahami bahwa informasi sering muncul dalam bentuk verbal dan visual, dan sebagian besar informasi akan hilang pada seseorang yang tidak memfungsikan kedua keterampilan ini dengan baik. Dalam konteks pembelajaran di kelas, mengingat dalam satu kelas terdiri atas beberapa tipe pembelajar, jika guru mengajar dengan gaya yang kurang diminati peserta didik, peserta didik akan merasakan ketidaknyamanan. Di lain sisi, jika guru hanya mengajar dengan menggunakan gaya belajar tertentu yang hanya disukai peserta didik, dapat berakibat para peserta didik ini mungkin tidak mengembangkan kecekatan mental yang mereka perlukan untuk berprestasi di kelas atau mencapai potensi sebagai profesional (peserta didik dewasa: mahapeserta didik S2/guru, yang telah berkarir secara profesional). Oleh karena itu, tujuan pendidikan, seharusnya membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka, baik dalam gaya belajar yang disukai maupun yang kurang disukai. Dengan kata lain, guru harus memiliki kekayaan model/metode untuk dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang optimal sesuai dengan materi pembelajaran serta tipe pembelajaran peserta didiknya yang beragam.

Di sekolah/madrasah, pembelajaran biasanya dilakukan dengan multigaya. Artinya, peserta didik dilatih dan dibiasakan untuk aktif mendengar, melihat, dan mempraktikkan (bergerak) mengingat sistem pembelajaran yang umum dilaksanakan di negara kita secara klasikal. Walaupun masing-masing dari peserta didik belajar dengan ketiga modalitas tersebut pada tahapan tertentu, kebanyakan anak lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya.

Pada awal tahun pelajaran, pemahaman akan hal ini tampaknya perlu bagi seorang guru. Setidaknya jadi sebuah pegangan bagi guru untuk dapat memahami guna relevansi model/metode pembelajaran serta pendekatan yang sesuai untuk dapat mengembangkan potensi peserta didik secara akademik dan non-akademik melalui program kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler.

Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan oleh guru/wali kelas untuk memahami kecenderungan gaya belajar peserta didik pra-pembelajaran regular adalah dengan penyebaran kuesioner. Berikut contoh kuesioner yang bisa digunakan untuk peserta didik jenjang SMP/MTs.

Kuesioner Gaya Belajar

1. Jika saya harus belajar cara melakukan sesuatu, saya belajar paling baik ketika .

A. menonton seseorang menunjukkan caranya.

B. mendengarkan seseorang yang memberi tahu saya caranya.

C. mencoba untuk melakukannya sendiri.

2. Ketika membaca, saya sering .

A. memvisualisasikan apa yang saya baca di mata batin saya.

B. membaca dengan keras atau mendengarkan kata-kata di dalam kepala saya.

C. gelisah dan mencoba "merasakan" isi bacaan.

3. Ketika diminta menunjukkan arah, saya .

A. melihat tempat-tempat yang sebenarnya dalam pikiran saya ketika saya mengatakannya atau lebih suka menggambarnya.

B. tidak memiliki kesulitan dalam memberi keterangan secara verbal.

C. harus menunjuk atau menggerakkan tubuh saya ketika saya memberi tahu.

4. Ketika saya tidak yakin bagaimana mengeja kata, saya .

A. menuliskan untuk menentukan apakah itu terlihat benar.

B. mengeja dengan keras untuk menentukan apakah kedengarannya benar.

C. menuliskan untuk menentukan apakah itu terasa benar.

5. Ketika saya menulis, saya .

A. peduli betapa rapi dan baik huruf-huruf dan kata-kata saya muncul.

B. sering mengucapkan huruf dan kata-kata untuk diri sendiri.

C. mendorong kuat pena atau pensil saya dan dapat merasakan aliran kata atau huruf ketika saya membentuknya.

Keterangan:

dominan jawaban A = tipe visual

dominasi jawaban B = tipe auditori

dominasi jawaban C = tipe kinestetik

REFERENSI :

De Porter, Bobbi & Mike Hernacki (2001) QUANTUM LEARNING: MEMBIASAKAN BELAJAR NYAMAN DAN MENYENANGKAN. Bandung: Kaifa.

Wiedarti, Pangesti (2018) SERI MANUAL GLS: PENTINGNYA MEMAHAMI GAYA BELAJAR. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image