Sejarah Makam Syekh Maulana Maghribi Ujung Negoro
Sejarah | 2021-12-24 13:31:12Sejarah Makam Syekh Maulana Maghribi Ujung Negoro
Oleh: Milah Sufianah, (Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam FUAD IAIN Pekalongan)
Sejarah panjang masyarakat Jawa dengan keislamannya terkait erat dengan tokoh-tokoh penyebar agama yang memulai dakwahnya. Konon Walisongo adalah tokoh utama yang menyebarkan agama Islam hingga merata ke seluruh Jawa. Tapi dibalik para tokoh utama ada orang-orang khusus yang ceritanya tak sampai melegenda sebagaimana Walisongo.
Di Ujung Negoro kabupaten Batang kecamatan Kandeman ada makam yang disebut-sebut sebagai makam Syekh Maulana Maghribi. Tapi jasad siapa yang ada di dalam makam tersebut, saat ini masih dalam perdebatan. Sebab di Kecamatan Blado Kabupaten Batang tepatnya di Wonobdro juga ada makam yang konon kabarnya juga makan Syekh Maulana Maghrib.
Pada abad ke-14 Masehi mendaratlah rombongan dari negeri Maghribi yg berlayar melalui pantai Tuban, Demak dan tiba dipantai Ujung Negoro, kenapa dinamakan Ujung Negoro? karena disitu batas pantai Kerajaan Majapahit waktu itu. Setelah berbulan-bulan diperairan dalam misi dakwah menyebarkan agama Islam para rombongan Walisongo berpencar ke masing-masing desa, sehingga orang-orang mengenal rombongan Walisongo adalah penyebar agama Islam, dari Maghribi dikenal dgn nama Syekh Maulana Maghribi. Sedangkan orang Tuban, Sedayu, Majapahit sendiri menyebut negara Maghribi dan Arab sekitarnya dg sebutan negara “Atas Angin” hingga orang-orangnya disebut dengan sebutan Kyai Atas Angin atau Syekh Atas Angin, sebutan tersebut mungkin sama dengan Syekh Maulana Maghribi.
Dikisahkan dari rombongan tersebut yg bernama Syekh Hasan Al-Jufri kagum melihat pemandangan disekitar laut Ujung Negoro yg begitu indah dan subur sehingga ia tak sadar kalau dirinya terpisah dgn rombongannya. Dia berjalan ketimur menyusuri pantai dan melihat ditengah pantai seperti ada kawanan Kerbau atau Mahesa, dihampirinya dan ternyata hanyalah bongkahan batu karang yg dari jauh terlihat seperti kawanan kerbau atau mahesa/maeso. Dari kejadian itu maka, karang-karang tersebut dinamakan “KARANG MAESO” dan sekarang terkenal dengan sebutan Pantai Karang Maheso.
Pada siang hari Syekh Maulana Hasan Al-Jufri merasa kehausan dan dia pun berinisiatif untuk mencari sumber mata air untuk diminum. Akan tetapi Syekh Maulana Hasan Al-Jufri tidak menemukan sumber mata air tersebut, maka Syekh Maulana Hasan Al-Jufri sholat sunah dua rokaat di tempat itu dan minta kepada Allah agar diberi air untuk ia minum. Selesai sholat Syekh Maulana Hasan Al-Jufri menancapkan tongkatnya ke batu karang dan menyemburlah air dari bekas tancapan tongkatnya, Hingga sekarang air itu masih ada yang berada disebelah barat sekitar 300 meter dari makam Ujung Negoro.
Dengan adanya sejarah makam Syekh Maulana Maghribi, makam tersebut diuri-uri oleh masyarakat sekitar sampai saat ini. Sehingga menciptakan keislaman yang sangat kental. Sejarahnya, dahulu ada yang bermimpi ditemui dalam alam bawah sadar. Kemudian ditashih atau diperiksa kebenarannya. Keberadaan makam tersebut dikuatkan oleh Habib Luthfi bin Yahya. Sebelumnya, makam tersebut ditemukan sekitar tahun 1940-an sebelum kemerdekaan. Makam tersebut mulai ramai dan diketahui banyak orang pada tahun 60-an. Setelah ramai peziarah, makam tersebut terus dijaga, diziarahi, dihaulkan, disyiarkan oleh para ulama.
Makam mulai dipugar pada tahun 1990-an dibawah kepemimpinan lurah Kasmudi. Pemugaran dan perawatan dilakukan secara terus menerus hingga saat ini. Apalagi dengan adanya proyek PLTU 2x1.000 mega watt. Makam tersebut semakin terawat dan makin rame didatangi oleh peziarah. Di depan bangunan makam Syekh Maulana Maghribi ada sumber mata air suci. Air tersebut terus mengalir dan ditampung ke dalam kendi. Ada dua kendi yang menampung air yang keluar. Air muncul dalam bawah kendi yang sengaja dilubangi. Air tersebut berada di dekat pohon besar yang telah ditebang. Air itu biasanya untuk minum, wudhu, cuci muka, dan bisa buat obat dari segala penyakit.
Makam tersebut berkaitan dengan dataran tinggi Dieng. Tepat dibawah tebing makam ada gua Aswatama atau Aswatomo dalam ejaan bahasa Jawa. Gua tersebut kini kondisinya telah tertutup pasir pantai. Menurut ketua pengurus makam, dahulu gua tersebut lebarnya 2 meter. Seiring abrasi yang mengikis pantai gua tersebut telah tertutup. Sebenarnya di belakang makam utama ada 2 patok makam lagi, tapi sekarang sudah tidak ada. Sudah menjadi tradisi di makam Syekh Maulana Maghribi Ujung Negoro Kabupaten Batang selalu digelar haul setiap tanggal 15 Safar. Agenda tahunan ini selalu diikuti ribuan peziarah dari berbagai daerah atau kota. Bahkan mereka datang rombongan dengan menggunakan bus.
Makam Syekh Mulana Maghribi sempat tutup selama tiga bulan di awal pandemic Covid-19. Makam dibuka kembali setelah Hari Raya Idul Fitri tahun 2020 lalu. Secara khusus, Habib Lutfi bin Yahya kembali membuka makam tersebut untuk umum. Pada agenda salapan biasanya membaca Rothibul Hadad. Sementara untuk satu tahunan, selalu diadakan haul. Rangkaian kegiatan haul makam Syekh Maulana Maghribi Ujungnegoro dimulai sejak tanggal 11 Safar. Sementara puncaknya pada 15 Safar. Biasanya ulama mengawali kegiatan haul pada tanggal 11 Safar adalah Kyai Ahmad Saifudin dari Batang beserta jamaahnya. Pengurus makam Syekh Mulana Maghribi juga menyediakan tempat istirahat bagi para musafir. Terutama bagi mereka yang menjalankan hajat untuk tidur dilokasi makam. Para musafir biasanya menginap mulai 3 hari ataupun 7 hari.
Kini makam Syekh Maulana Maghribi Ujung Negoro hingga saat ini masih tetap ramai didatangi oleh peziarah dari berbagai kota. Tujuannya adalah untuk mendoakan para wali yang sudah meninggal serta melihat keindahan pantainya. Kebanyakan dari peziarah sendiri datang nya ketika malam Jum'at Kliwon dan wekeend. Didepan makam sendiri disediakan tong, biasanya para peziarah sebelum memasuki makam memberikan sedikit sedekah kemudian dimasukan ke tong yang sudah disediakan. Tujuan adanya tong tersebut adalah untuk merenovasi makam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.