Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Farahdiba Aulia Rahma Sarita

Generasi Strawberry, dari Rapuh Jadi Tangguh

Edukasi | 2023-05-22 01:30:25
sumber gambar: https://pixabay.com/id/photos/stroberi-buah-mangkuk-makanan-beri-1330459/

Sebagian dari kita pasti sudah pernah mendengar istilah generasi strawberry dari berbagai platform media sosial. Seperti buah strawberry yang terlihat indah dan cantik di luar, namun mudah rapuh apabila ditekan, hal itulah yang menjadi gambaran generasi muda saat ini, yaitu generasi yang cerdas, kreatif, dan inovatif, namun memiliki mental yang mudah rapuh ataupun mudah menyerah. Dapat kita lihat dari beberapa fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan maupun pekerjaan, banyak dari mereka yang menyerah dan berputus asa akibat tekanan yang dirasakan.

Perkembangan teknologi memiliki keterkaitan dalam membentuk generasi strawberry, karena dengan adanya fitur-fitur dalam gadget yang mampu memberikan jawaban dari hal yang sedang dicari, maka timbul ide-ide yang menarik dan meningkatnya kreativitas pada generasi muda. Namun di lain sisi, dengan kemudahan di bidang teknologi, generasi muda lebih menyukai hal-hal instan dan tidak memiliki daya juang yang tinggi. Kemudian, media sosial juga memiliki peran dalam hal ini. Media sosial menjadi tempat seseorang untuk melakukan flexing atau memamerkan sesuatu, mengunggah keberhasilan, dan hal-hal positif yang ada pada dirinya. Hal inilah yang menyebabkan kita cenderung melihat seseorang dari keberhasilan mereka bukan dari prosesnya. Dampaknya kita menjadi membandingkan diri kita dengan orang lain dan ingin sukses dalam waktu yang singkat.

Pola asuh orang tua juga sangat berpengaruh dalam membentuk mental anaknya. Orang tua yang suka memanjakan anaknya akan berpotensi munculnya generasi strawberry. Hal ini dapat terjadi ketika generasi muda tumbuh dan hidup dalam kondisi ekonomi yang sejahtera. Dalam kondisi ini, orangtua cenderung memberikan segala sesuatu yang anaknya inginkan. Berbeda dengan zaman mereka dahulu yang harus berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, orang tua zaman sekarang tidak menginginkan anaknya mengalami hal yang sama seperti mereka dulu. Padahal perjuangan tersebutlah yang menjadikan seseorang menjadi kuat dan sukses. Sehingga hal ini menyebabkan generasi muda tidak memiliki daya juang yang tinggi dan menginginkan segala sesuatu secara instan. Selain itu, orang tua juga harus mau memberikan konsekuensi kepada anak-anaknya yang berbuat salah, sehingga mereka mampu memahami bahwa nantinya mereka akan menghadapi kerasnya dunia dan tidak dapat melakukan segala sesuatu sesuai kehendak dirinya.

Sebagai orang tua, membangun komunikasi dengan anak merupakan sebuah keharusan. Orang tua harus menjelaskan kepada anaknya bahwa nantinya mereka akan menemui persoalan-persoalan hidup yang rumit, entah dalam dunia pendidikan, mencari pekerjaan, dan mencari pasangan hidup. Orang tua juga harus selalu mendoakan anaknya, menenangkan, dan memberikan masukan-masukan, sehingga anak akan menjadi lebih nyaman, mampu menghadapi tekanan, dan tidak mudah menyalahkan orang lain.

Generasi muda harus belajar berpikir dewasa, yaitu memahami bahwa tidak selamanya kita dapat hidup dengan nyaman. Suatu saat kita akan menjadi seorang pemimpin, menjadi orang tua, atau berada di lingkungan pekerjaan, dimana kita terlepas dari orang tua, maka kita perlu menumbuhkan daya juang dan berlatih untuk bertanggung jawab. Selanjutnya dengan fasilitas yang telah diberikan oleh orang tua kepada kita, hendaknya kita meminimalkan ketergantungan kita terhadap hal tersebut. Kita harus mulai beralih bergantung pada tuhan, dengan percaya bahwa Tuhan akan selalu menemani dan membantu kita. Selain itu, kita harus memahami potensi yang kita miliki dan meningkatkan potensi tersebut sehingga kita siap dalam menghadapi tantangan yang ada.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image