Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aisy Laili Rahma

Apakah Pemasaran Susu Formula Dapat Menghambat Penurunan Prevalensi Stunting?

Edukasi | Thursday, 18 May 2023, 13:33 WIB
Susu Formula (Sumber: Adobe Stock)
Susu Formula (Sumber: Adobe Stock)

Menurut WHO (2018), stunting merupakan kondisi pendek pada anak di bawah usia lima tahun berdasarkan tinggi badan menurut umur kurang dari -2 standar deviasi berdasarkan kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi ireversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang atau kronis yang terjadi dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Dalam hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Juni 2022, prevalensi stunting mencapai angka 21,6%. Angka tersebut mengalami penurunan dari tahun 2021 sebanyak 2,8%. Meskipun terjadi penurunan, angka tersebut masih belum memenuhi standar prevalensi stunting menurut WHO, yaitu di angka kurang dari 20%.

Melansir dari WHO (2003), menyusui merupakan salah satu cara paling efektif untuk mempertahankan tumbuh kembang anak agar berjalan dengan optimal. WHO merekomendasikan untuk mulai menyusui bayi pada satu jam pertama kehidupan, lalu disusui secara eksklusif selama enam bulan pertama, dan setelah itu menerima makanan pendamping ASI yang memiliki cukup nutrisi. Kemudian, menyusui dapat dilanjutkan hingga usia dua tahun atau lebih.

Saat ini, pemerintah sedang melakukan upaya pencegahan stunting, salah satunya dengan mengampanyekan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. Namun, di Indonesia masih sering ditemui pemasaran susu formula yang terlampau agresif. Hal ini dibuktikan dari hasil studi ilmiah oleh Baker et al. (2020) pada Jurnal Maternal and Child Nutrition yang menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan pemasaran susu formula tercepat di dunia. Tentunya hal ini dapat mengancam keberhasilan pencegahan stunting yang dilakukan oleh pemerintah. Jika hal ini dibiarkan, maka target pemerintah untuk menurunkan prevalensi angka stunting dari 21,6% menjadi 14% pada tahun 2024 jelas sulit tercapai.

Bagaimana susu formula memengaruhi asupan nutrisi anak?

Susu formula merupakan susu yang telah diformulasi secara khusus agar kandungannya serupa dengan ASI. Namun demikian, kandungan nutrisi dari susu formula tidak dapat mengalahkan ASI. Bahkan, sebagian besar susu formula yang dijual di Indonesia menggunakan gula tambahan (Pries el al., 2021). Hal ini berisiko menumbuhkan preferensi anak terhadap rasa manis (Park et al., 2014) yang jika dibiarkan dapat meningkatkan risiko obesitas pada masa kanak-kanak (Jimenez-Cruz et al., 2010).

Selain itu, konsumsi gula berlebih pada anak dapat menciptakan kebiasaan konsumsi makanan yang buruk. Anak yang terbiasa mengonsumsi makanan dengan kandungan gula yang tinggi cenderung kurang tertarik pada makanan seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dan sumber protein. Akhirnya, orang tua akan bergantung pada pilihan makanan yang lebih disukai anak, yaitu makanan dan minuman yang berpemanis.

Hal ini pada akhirnya juga dapat menggantikan asupan makanan padat gizi yang dibutuhkan untuk pencegahan stunting pada anak. Asupan nutrisi yang tidak terpenuhi dengan baik akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga berpotensi meningkatkan risiko stunting.

Regulasi pemasaran susu formula di Indonesia

Regulasi mengenai pemasaran susu formula di Indonesia masih belum sepenuhnya mengimplementasikan The Code dari WHO, sebagai kode etik pemasaran susu formula, ke dalam peraturan nasional.

Sampai dengan saat ini (2023), pemerintah hanya mengatur regulasi pemasaran susu formula mengenai aturan promosi di fasilitas kesehatan saja. Padahal, sangat penting bagi peraturan nasional untuk menyelaraskan dengan standar global.

Maka dari itu, pemerintah terutama kementerian kesehatan perlu untuk mengawasi pemasaran susu formula melalui regulasi-regulasinya, dan edukasi mengenai pemberian ASI eksklusif tetap menjadi prioritas utama guna mewujudkan target bebas stunting di Indonesia.

Aisy Laili Rahma Mahasiswa Jurusan Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image