Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ummu Zidan

Gelaran Panggung Coldplay, Masalah Buat Kita?

Gaya Hidup | Thursday, 18 May 2023, 07:47 WIB

Dalam hitungan dua jam, semua kategori tiket konser Coldplay di Jakarta terpantau sudah full booked dan beberapa di antaranya sold out. Sejumlah warganet dan akun jasa titip (jastip) tiket turut mengunggah tangkapan layar yang menunjukan pembaruan di situs web pembelian tiket.

Sementara itu, sejumlah warganet mengaku sedih karena mareka benar-benar sudah tidak bisa memesan tiket padahal situs prajual baru saja dibuka. (Republika.co.id, 17/05/2023)
Harga tiket yang dibanderol dari ratusan ribu hingga belasan juta rupiah plus pajak 15 persen tidak menyurutkan langkah para pengagum untuk menyaksikan secara langsung panggung konser perdana mereka. Tidak sedikit di antara yang rela merogoh tabungan dan menjual barang berharga demi mendapatkan tiket yang terbaik. Bahkan tak sedikit yang menempuh jalan pintas, yaitu meng-klik layanan pinjaman online.

Sementara itu Persaudaraan Alumni (PA) 212 secara tegas menolak rencana konser Coldplay. Mereka akan melaksanakan demo besar-besaran jika band tersebut tidak membatalkan niatnya. Hal ini disampaikan Wasekjen PA 212, Novel Bamukmin, sebagaimana dirilis viva.co.id (14/05/2023).

Alasan penolakan karena grup rock ini pendukung kampanye LGBT serta penganut paham ateis. Chris Martin sering mengibarkan bendera LGBT saat konser seperti ketika tampil di Singapura. Jika konser tetap terlaksana, PA 212 akan memblokir lokasi atau mengepung bandara.
Namun nampaknya pemerintah tak sejalan dengan apa yang dicanangkan oleh PA 212 ini. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, justru memandang postif konser perdana di Indonesia ini.

Menurutnya, penyelenggaraan konser Coldplay menunjukkan kepercayaan internasional terhadap Indonesia setelah sukses konser Blackpink beberapa waktu lalu.
Sedangkan para pengagum sudah sudah siap siaga memperjuangkan apapun demi suksesnya perhelatan hiburan besar ini. Mereka mengatakan bahwa negara ini milik bersama, bukan milik sekelompok orang yang sok suci, jangan membawa-bawa agama dalam perkara ini.

Sikap Seorang Muslim
Sebagai negara muslim terbesar, isu konser yang bertajuk Music of The Spheres World Tour 2023 ini memang patut menjadi perhatian besar.
Grup band luar negeri yang banyak membawa pesan-pesan liberal bahkan terang-terangan pengusung LGBT memang tidak layak disambut gempita oleh generasi muda maupun tua di negara dengan penduduk mayoritas muslim ini. Selain itu, sebagian besar rakyat saat ini dalam kondisi lemah ekonomi. Sungguh miris. Para pejabat muslim pun terlihat antusias menyambut dan mendukung terselenggaranya konser yang tentu saja akan banyak mempengaruhi moral generasinya.

Padahal jika mau menelisik, sebenarnya para artis dan idola mereka sangat jauh dari kebahagiaan sejati. Mereka memang terlihat glamour di tengah kemewahan dan limpahan materi. Buktinya ada beberapa yang mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Namun para fan seakan menutup mata atas realita ini.
Dalam sistem kapitalisme yang liberal dan permissiv, kondisi ini tak lagi mengejutkan. Karena mindset kapitalis memang manfaat dan keuntungan materi semata. Mereka tidak menjadikan halal haram sebagai standar perbuatan.

Umat Islam saat ini tengah dikepung oleh pemahaman sekulerisme yang merupakan asas dari kapitalisme. Konser dianggap hanyalah seni dan hiburan yang tak ada hubungannya dengan agama. Karena mereka menganggap bahwa agama hanya soal ibadah ruhiyah, hubungan hamba dengan Pencipta saja. Agama, dalam hal ini syariat Islam tidak layak mengatur aktifitas manusia dalam menjalani kehidupan di dunia.
Termasuk bagaimana harus bergaul, berbudaya, menikmati hiburan. Bahkan mengatur ekonomi, pendidikan, politik, kepemimpinan.

Padahal setiap aktifitas seorang muslim senantiasa terikat dengan aturan Allah Swt. Sebab aturan Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw adalah tatanan yang sempurna dan paripurna.
Namun kapitalisme telah mengajari manusia untuk bersikap sombong dan merasa pintar mengatur tatanan kehidupannya sendiri. Padahal manusia terbukti lemah tak berdaya, dan sangat kecil di hadapan Allah. Maka manusia butuh petunjuk dari Sang Pancipta berupa hukum-hukum Islam yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunah.

Sebagai seorang muslim, standar perbuatan adalah halal dan haram. Dalam sebuah konser pasti ada ikhtilat atau campur baur laki-laki dan perempuan. Belum lagi kampanye LGBT yang mereka usung sangat bertentangan dengan akidah Islam yang justru menyatakan dengan tegas keharamannya. Cukup syariat Allah yang menjadi standar pertimbangan atas sikap dan keberpihakan seorang muslim. Karena Allah Sang Pencipta Manusia dan Semesta pasti paling tahu apa yang terbaik untuk umat manusia. Wallahu’alam bish-shawwab.


Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image