Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aura Nirmala Sari

Dampak Bullying Terhadap Kesehatan Mental

Eduaksi | Tuesday, 16 May 2023, 19:01 WIB

Studi pertama mengenai Bullying dimulai pada tahun 1970-an, tema tersebut baru popular pada tahun 1990-an, berkat dari upaya berkelanjutan dari Dan Olweus yang mendefinisikan Bullying sebagai kriteria berikut: a. Perilaku agresif dan menyakiti secara sengaja, b. perilaku yang dilakukan beruang kali sepanjang waktu, dan c. hubungan antar pribadi dengan kekutan yang tidak seimbang (Olweus, 1974).

Pada tahun 2011 sampai tahun 2016 berdasarkan data yang didapat dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia menyatakan bahwa korban mencapai jumlah 50 orang. Serta pada tahun 2016 angka korban pembullyan mencapai 80 orang. Angka tersebut dicapai dari kasus pembullyan yang terjadi di sekolah. Serta untuk jumlah pelaku pada tahun 2016 mencapai jumlah 93 orang. Dapat terlihat jumlah pelaku yang lebih besar dibandingkan dengan korban, dapat terlihat bahwa pembullyan sering dilakukan oleh sekelompok anak dengan korban yang tidak sebanding (KPAI, 2016).

Menurut Rosen (2017) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan pembullyan, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal disebabkan oleh sifat yang temperamental serta faktor psikologi terhadap intensitas melakukan tindakan yang agresif. Pelaku memiliki sifat yang impulsive serta kemampuan regulasi diri yang rendah. Biasanya saat mereka melakukan tindakan yang menyakiti orang lain, mereka tidak akan merasakan rasa bersalah sedikit pun, maka pelaku tindakan pembullyan biasanya memiliki sifat empati yang rendah. Faktor eksternal berasal dari pola asuh orang tua. Hal ini termasuk saat orang tua melakukan kekerasan kepada mereka serta pola asuh yang tingkat kontrolnya rendah. Saat seperti ini mereka akan menyerap apa yang dilakukan orang tua mereka dan akan mempraktekkannya kepada orang lain. Faktor lainnya bisa juga berasal dari film yang memperlihatkan tindakan yang agresif serta bermain video games (Rosen, DeOrnelass, & Scott, 2017).

Pembullyan tentunya memberikan dampak kepada korban-korbannya. Dampak yang diberikan berupa trauma yang bersifat jangka pendek bahkan sampai berjangka panjang. Trauma ini dapat memberikan pengaruh kepada mereka dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan. Serta dampak pembullyan yang terjadi kepada anak-anak akan menyebabkan tingkat depresi yang tinggi, kecemasan, serta keinginan untuk bunuh diri saat dewasa nantinya (Takizawa, MaughanB, & Arseneault, 2014).

Selain menurut data, korban kasus pembullyan juga masih banyak yang belum diketahui. Diantaranya terdapat seorang siswa yang duduk dibangku sekolah dasar. Saat itu korban sering tiba-tiba dimusuhi dengan teman-teman perempuannya tanpa tahu alasannya apa. Saat akhirnya tahu mengapa alasannya ternyata ada satu orang anak yang tidak suka kalau korban terlalu akrab dengan anak laki-laki dikelas. Beberapa kali korban diperlakukan seperti itu hingga korban kesusahan untuk menyesuaikan diri. Sampai akhirnya korban memilih untuk mencari teman dari kelas yang lain.

Bullying dapat diatasi dengan memberikan pendidikan kesehatan pada siswa. Tujuan dari pendidikan kesehatan ialah merubah perilaku kelompok, individu, keluarga serta masyarakat dari perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai kesehatan menjadi perilaku yang sesuai dengan nilai kesehatan ataupun dari perilaku yang negatif menjadi perilaku yang positif. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Bachri dkk (2021) dari penelitian yang dilakukan kepada siswa MTs Muhammadiyah Bukittinggi dengan memberikan pendidikan kesehatan memberikan pengaruh yang signifikan kepada siswa dikarenakan ditambahnya pengetahuan akan dampak dari perilaku bullying (Bachri, Putri, Sari, & Ningsih, 2021).

Saat ini sudah banyak orang-orang yang peduli dengan mental health, mental health salah satunya timbul dikarenakan perilaku pembullyan yang menyebabkan trauma bagi korbannya. Diprediksikan di masa yang akan datang sifat peduli pada perilaku pembullyan akan meningkat. Dikarenakan perilaku pembullyan seringnya terjadi di sekolah. Diharapkan bahwa guru dapat menjadi role model bagi siswa dalam mengajar sifat menghormati serta empati. Kita membutuhkan empati untuk membesarkan bangsa yang peduli pada diri sendiri, orang lain, dan tempat tinggal kita. Ketika empati hadir, bullying dapat dihentikan. “Setiap orang harus bekerja sama untuk mengubah iklim sosial itu bahwa bullying tidak lagi dianggap sebagai bentuk ekspresi yang dapat diterima”. Tidak dan tidak pernah seharusnya menjadi bagian penting dari tumbuh dewasa. Ingat tema Program Anti-Bullying adalah: Perubahan Dimulai dari Anda: Hentikan bullying! Bisa saja dengan mudah, Respect Begins with You: Stop Bullying (Gourneau, 2012).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image