Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Al Hazmi Mawaddatus Sakinah

Perilaku LGBT Sebabkan Risiko Penyakit Ini Lebih Tinggi!

Edukasi | Monday, 15 May 2023, 20:31 WIB
sumber : Pinterest

Dalam beberapa tahun terakhir, LGBT telah menjadi topik yang kontroversial dan terus menjadi sorotan di media sosial, politik, dan budaya populer. Akhir-akhir ini LGBT di Indonesia berkembang dengan pesat. Meskipun belum diketahui jumlah pastinya, melalui hasil survei CIA dilansir oleh six pack magazine.net Indonesia menjadi negara kelima terbesar di dunia dalam menyumbang penyebaran LGBT setelah China, India, Eropa, dan Amerika. Ada banyak argumen yang berbeda tentang LGBT, termasuk tentang bagaimana mereka harus dianggap dalam masyarakat dan apakah mereka harus diakui hak-hak yang sama dengan orang heteroseksual dan cisgender.

Perilaku Lesbian, gay, biseksual, transgender atau yang lebih kita kenal dengan LGBT merupakan perilaku orientasi seksual yang menyimpang. Lesbian merupakan perilaku seksualitas yang menyimpang ditandai dengan rasa suka perempuan kepada perempuan. Gay juga merupakan perilaku menyimpang yang ditandai dengan rasa suka antar sesama laki-laki. Berbeda dengan lesbian dan gay, biseksual merupakan istilah umum untuk mengartikan rasa ketertarikan terhadap semua jenis kelamin, baik itu laki-laki, perempuan, biner, non-biner, transgender, dan lainnya. Transgender merupakan suatu perilaku seseorang yang tidak sesuai dengan gendernya, atau bahkan bisa dengan mengganti jenis kelamin penentu gendernya, seperti seseorang yang mengganti jenis kelaminnya dari laki-laki menjadi perempuan.

Berbagai masalah dapat terjadi akibat adanya perilaku LGBT ini. Mulai dari masalah sosial, budaya, hingga politik. Namun, selain isu-isu sosial dan politik yang terkait dengan LGBT, ada juga dampak kesehatan yang signifikan bagi orang-orang yang termasuk dalam kelompok ini, antara lain :

1. Kesehatan Mental

Seorang LGBT mengalami tingkat masalah kesehatan mental yang lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Beberapa studi menunjukkan bahwa orang LGBT memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami depresi, kecemasan, dan stres. Sebuah studi tahun 2020 yang diterbitkan di Journal of Homosexuality menemukan bahwa orang gay dan lesbian memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan dibandingkan dengan orang heteroseksual. Studi tersebut juga menemukan bahwa orang trans dan biseksual memiliki tingkat risiko kesehatan mental yang lebih tinggi daripada orang gay dan lesbian.

Beberapa faktor seperti diskriminasi, isolasi sosial, dan tekanan dari keluarga dan masyarakat dapat menyebabkan masalah kesehatan mental yang serius pada individu LGBT. Sebuah riset sosial tahun 2019 yang diterbitkan di The Lancet menemukan bahwa pengalaman diskriminasi dapat berkontribusi pada peningkatan risiko kesehatan mental pada orang trans.

2. Infeksi Menular Seksual (IMS)

Seorang LGBT memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena infeksi menular seksual (IMS) dibandingkan dengan orang heteroseksual. Hal ini dikarenakan beberapa alasan, termasuk kecenderungan untuk memiliki lebih banyak pasangan seksual dan kurangnya akses ke pelayanan kesehatan yang tepat. IMS seperti HIV dan gonore dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan fisik dan mental individu yang terkena.

Penelitian tahun 2020 yang diterbitkan di Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes menemukan bahwa orang yang termasuk dalam kelompok MSM (laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki) memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV dibandingkan dengan populasi umum. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa stigma dan diskriminasi terhadap orang LGBT dapat memperburuk risiko IMS pada populasi ini.

3. Kesehatan Fisik

Individu LGBT juga lebih cenderung mengalami masalah kesehatan fisik yang berbeda dari orang heteroseksual dan cisgender. Contohnya, risiko kanker payudara pada wanita lesbian lebih rendah dibandingkan dengan wanita heteroseksual, namun risiko kanker leher rahim pada wanita lesbian lebih tinggi. Orang transgender juga dapat mengalami masalah kesehatan yang unik, seperti risiko lebih tinggi untuk penyakit jantung dan masalah kesehatan mental.

Dampak kesehatan LGBT yang signifikan tersebut menunjukkan perlunya penanganan yang tepat untuk membantu individu yang terkena. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak kesehatan yang terkait dengan LGBT, seperti:

1. Pendidikan dan Kampanye Kesadaran

Pendidikan dan kampanye kesadaran mengenai LGBT dapat membantu mengurangi diskriminasi dan stigmatisasi terhadap orang-orang LGBT. Hal ini dapat membantu meningkatkan akses mereka terhadap layanan kesehatan dan mendorong individu LGBT untuk merawat kesehatan mereka. Sebuah penelitian pada tahun 2019 yang diterbitkan di Journal of Community Health menemukan bahwa kampanye publik dan program pendidikan dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang masalah kesehatan LGBT dan mengurangi stigma terhadap kelompok ini.

2. Akses ke Layanan Kesehatan yang Ramah LGBT

Seorang LGBT membutuhkan layanan kesehatan yang ramah LGBT yang menyediakan layanan kesehatan yang spesifik untuk kebutuhan mereka. Layanan kesehatan ini dapat termasuk pemeriksaan kesehatan rutin, pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi, serta layanan kesehatan mental. Sebuah studi tahun 2021 yang diterbitkan di Journal of Medical Internet Research menemukan bahwa layanan kesehatan digital yang disesuaikan dengan kebutuhan LGBT dapat membantu meningkatkan kesehatan mental dan kesehatan seksual pada kelompok LGBT.

3. Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum dapat membantu mengurangi diskriminasi dan stigmatisasi terhadap orang-orang LGBT. Ini dapat termasuk kebijakan yang melindungi individu LGBT dari diskriminasi di tempat kerja, layanan publik, dan layanan kesehatan.

Beberapa upaya diatas merupakan upaya yang sebaiknya dilakukan secara optimal oleh setiap orang. Masyarakat mungkin mengira, dengan menjauhi dan mengucilkan individu-individu LGBT, maka kaum LGBT akan kembali normal dan tidak lagi mengalami penyimpangan. Tanpa masyarakat sadari, dengan mengucilkan kaum LGBT, malahan akan membuat mereka menjadi depresi, stress, dan menutup diri. Masyarakat harus memahami bahwa setiap individu berbeda dan memiliki hak yang sama. Namun, di sisi lain peran orang tua dan masyarakat sekitar diperlukan untuk mengedukasi sejak dini mengenai bahaya LGBT yang dapat meningkatkan resiko berbagai penyakit.

Sumber:

1. Kitley, K., & Harris, L. M. (2021). Digital health interventions for LGBTQ+ youth: a scoping review. Journal of Medical Internet Research, 23(1), e23449.

2. Robinson, M., & Peitzmeier, S. (2019). Addressing the health disparities of lesbian, gay, bisexual, and transgender youth: the role of comprehensive health education and community-based partnerships. Journal of Community Health, 44(3), 550-555.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image