Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Naila Ramadhanisa Windarto

Peran Media Sosial dalam Kebebasan Beropini

Teknologi | Monday, 15 May 2023, 10:52 WIB
pexels.com

Kita menginjak era dimana segala sesuatu dapat dengan mudah dilakukan melalui teknologi digital yang menawarkan kemudahan dengan akses tanpa batas. Masyarakat saat ini setidaknya memiliki kemampuan untuk bisa mengoperasikan media sosial. Media sosial menawarkan fitur-fitur yang menarik masyarakat awam seperti, video call, marketplace, mengirim pesan secara teks dan pesan suara, mengirim gambar dan video, dan masih banyak lagi.

Hal tersebut tentu saja membuat sebagian besar masyarakat tergiur untuk menginstal media sosial yang cenderung lebih praktis daripada teknologi sebelum-sebelumnya. Pun untuk mendaftar media sosial tersebut terbilang cukup mudah. Hanya dengan mencantumkan nomor ponsel, email, dan kata sandi, masyarakat sudah bisa mengoperasikan media sosial.

Akses yang mudah serta fitur-fitur canggih yang ditawarkan, tak ayal membuat masyarakat kita berlomba-lomba untuk menjadi user atau pengguna media sosial. Masyarakat bisa mendapatkan informasi dengan mudah, berhubungan jarak jauh, memesan makanan tanpa perlu pergi ke restoran, atau bahkan dapat menyuarakan opini-opininya di akun media sosial mereka sendiri. Namun perlu diketahui, selain menawarkan berbagai kemudahan yang canggih, media sosial juga memiliki sisi buruk yang patut diwaspadai.

Media sosial selalu memiliki celah tersendiri bagi para penjahat yang ingin melancarkan aksi kejahatannya. Dengan media sosial, mereka merasa lebih mudah untuk melakukan tindak kejahatan karena identitas yang anonim dan kita tidak perlu bertemu langsung dengan korban untuk melakukan kejahatan. Berita bohong, tindakan rasisme terhadap suatu kaum tertentu, black campaign, cyber bullying, dan yang belakangan ini kerap terjadi yaitu, penyampaian opini dan kritik yang berujung pada hate speech atau ujaran kebencian.

Kebanyakan pengguna media sosial, terutama pada platform twitter, gemar menyampaikan opininya pada tiap isu atau berita yang sedang viral. Penyampaian opini dan kritik jika dilakukan dengan bahasa yang baik dan sopan, maka tidak akan mengundang adanya hate speech atau ujaran kebencian. Ujaran kebencian terjadi karena seseorang merasa memiliki kesempatan untuk menyebarkan kebencian terhadap suatu isu atau terhadap seseorang yang mereka benci pada awalnya. Lalu melihat adanya peluang dan waktu yang pas untuk memposting hate speech. Rata-rata orang yang memposting ujaran kebencian, selalu berlindung dibalik kata ‘kritik’ dan ‘saran’, padahal sifat dari kritik dan saran adalah membangun dan tidak menjatuhkan.

Bijak dalam beropini di media sosial sangatlah penting, sebab kita tidak pernah tahu apakah postingan-postingan kita menyakiti orang lain atau tidak. Berikan opini, kritik, dan saran yang tidak menjatuhkan individu lain. Meskipun media sosial yang kita gunakan bersifat anonim, bukan berarti kita bisa melakukan hate speech tanpa tahu etika bermedia sosial.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image