Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aurellya Linggar Pratiwi

Toxic Social Media: Instagram Tempat Perusakan Mental Anak Bangsa

Eduaksi | Sunday, 14 May 2023, 22:26 WIB

Akhir-akhir ini media sosial sangat booming di seluruh kalangan. Fenomena media sosial tidak terlepas dari kemajuan teknologi di bidang informasi dan komunikasi yang membawa angin segar dalam berinteraksi antar manusia. Media sosial juga memiliki peran penting sebagai jembatan pertukaran informasi dalam komunikasi berbasis digital. Seringkali kita temui di kehidupan sehari-hari sesimpel ingin mencari tahu makna sesuatu tinggal buka laman “mbah google” dan walla~ dengan sekejap banyak jawaban yang kamu inginkan bermunculan.

Penanda perkembangan pesat media sosial adalah munculnya aplikasi seperti Facebook, Line, WhatsApps, Instagram, Twitter, TikTok, dsb. Berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2022-2023 jumlah pengguna internet mencapai angka 215,63 juta jiwa dengan persentase peningkatan 2,67% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Persentase peningkatan penetrasi pengguna internet berdasarkan gender sebesar 79,32% untuk laki-laki dan sebesar 77,36% untuk perempuan. Dengan peningkatan pengguna internet tersebut membuat kita tidak bisa berjauh-jauhan dengan internet tentu saja secara otomatis kita juga akan sering bersinggungan dengan media sosial.

Salah satu media sosial yang populer dan trendi saat ini adalah Instagram. Di Indonesia sendiri pengguna Instagram memiliki peringkat ke-4 pengguna aktif, Instagram memiliki berbagai fitur menarik seperti instastory dan reels sehingga dapat memunculkan tindakan self love kepada para penggunanya namun tidak selalu membawa dampak positif. Banyak kasus pembullyan terjadi di Instagram berdasarkan Ditch The Label yakni 42% dari 10.020 remaja inggris dengan rentang usia 12-20 tahun pernah mengalami pembullyan melalui Instagram. Instagam menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti kecanduan media sosial, social comparison, dan toxic disinhibition.

Teknologi canggih belum tentu membawa dampak positif

Pesatnya teknologi tidak serta merta membawa kita bermuara pada suatu hal yang baik. Dampak buruk penggunaan internet yang sering kita rasakan seperti pepatah “mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat”, tanpa kita sadari kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi di media sosial sehingga tidak sulit menemukan anak dengan orang tuanya yang jarang ataupun tidak pernah berinteraksi satu sama lain. Semakin kita sering menghabiskan waktu di media sosial, semakin kita tenggelam menjadi pribadi yang anti-sosial dan bersikap apatis.

Inilah mengapa era serba digital memunculkan sifat kecanduan terhadap media sosial sehingga orang-orang cenderung memiliki pemikiran lebih baik dompet tertinggal daripada smartphone dikarenakan dalam layar persegi panjang kecil canggih tersebut memuat aplikasi canggih yang mempermudah dalam bertransaksi, berinteraksi, dan berkomunikasi. Kecanduan media sosial memiliki efek Anxiety dan FoMo (Fear of Missing out) yang membawa dampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental.

Seperti yang kita ketahui bahwa Instagram adalah salah satu platform media sosial yang menyuguhkan fitur unggah foto ataupun video sehingga kita sering melihat dan menemukan orang berlomba-lomba memamerkan kekayaan agar diakui, tak jarang influencer terkenal bahkan artis melakukan hal yang sama. Fenomena ini secara tidak langsung membawa kita (follower) merasa tidak puas atas pencapaian diri sendiri dan selalu membandingkan diri kita dengan orang lain yang lebih wow pada laman instagram sehingga potensi dalam diri terpendam.

Seperti platform media sosial lainnya tanpa terkecuali Instagram pasti kita sering menemui bully yang dilontarkan oleh Netizen. Masih ingat tidak dengan survei yang dilakukan microsoft tentang netizen di Indonesia? Peristiwa itu disebut toxic disinhibition. Seringnya kita terpapar dengan media sosial membuat emosi kita labil berubah-ubah secara drastis sehingga kita terbawa emosi dalam mengutarakan ketidaksukaan terhadap sesuatu yang tidak disampaikan dengan kritik bahasa yang bagus, namun cenderung mencaci maki.

Tidak bisa dipungkiri di era serba digital yang kita nikmati sekarang memang memberikan kemudahan dalam segala aspek, namun jika tidak sadar dan mawas diri media sosial bisa menenggelamkan kita ke dalam candu bermedia sosial. Oleh karena itu, saat ini sudah waktunya semua pihak ikut andil dalam mengawasi dan memberikan batasan dalam bermedia sosial terutama kepada para orang tua yang menjadi tempat pendidikan pertama anak agar selalu memantau konten apa yang tersaji pada laman media sosial anaknya.

Daftar Pustaka :

Sadya, S. (2023, March 9). APJII: Pengguna Internet Indonesia 215,63 Juta pada 2022-2023. Data Indonesia. Retrieved May 14, 2023, from https://dataindonesia.id/digital/detail/apjii-pengguna-internet-indonesia-21563-juta-pada-20222023

Rizaty, M. A. (2022, august 2). Pengguna Instagram Indonesia Terbesar Keempat di Dunia Indonesia memiliki 99,9 juta pengguna aktif bulanan Instagram pada April 2022. Jumlah itu merupakan yang terbesar keempat di. Retrieved oktober 6, 2022, from DataIndonesia.id: https://dataindonesia.id/Digital/detail/pengguna-instagram-indonesia-terbesar-keempat-di-dunia

Puspita, M. (2020, july 28). Apa Itu Instagram: Sejarah, Fitur, Fungsi, dan Dampak Positif. Retrieved oktober 7, 2022, from POJOKSOSMED: https://pojoksosmed.com/tips-instagram/apa-itu-instagram/

Pratama, K. R. (2021, Maret 29). Instagram, Media Sosial Pemicu "Cyberbullying" Tertinggi. Retrieved oktober 7, 2022, from KOMPAS.com: https://tekno.kompas.com/read/2021/03/29/07164137/instagram-media-sosial-pemicu-cyberbullying-tertinggi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image