Pengaplikasian AI dalam Menanggulangi Isu Lingkungan : Menemukan Penyebab Utama Kenaikan Emisi CO2
Teknologi | 2023-05-13 21:54:04Artificial intelligence atau yang biasa dikenal dengan kecerdasan buatan merupakan sebuah teknologi yang dapat membuat mesin berpikir layaknya manusia. AI menjadi suatu terobosan yang sangat berpengaruh dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Dengan adanya teknologi ini dapat memudahkan manusia dalam beraktivitas dan membantu memecahkan persoalan yang ada. Mulai dari kegiatan sehari-hari seperti bermain game dan ber swafoto hingga masalah yang lebih serius seperti meningkatkan kualitas pendidikan dan ekonomi. Hal tersebut membuktikan bahwa kecerdasan buatan dapat memudahkan manusia dan berdampak positif bagi kehidupan manusia.
Namun, apakah pernahkah terpikir oleh kalian bahwa teknologi AI yang sangat canggih ini dapat membantu kita dalam memecahkan persoalan lingkungan yang ada sekitar kita?
Seperti yang kita ketahui, kerusakan lingkungan telah menjadi isu global yang sejak dahulu dan belum terselesaikan hingga semakin mengkhawatirkan ditambah dengan belum adanya solusi yang tepat sampai saat ini. Dampak dari fenomena tersebut dapat kita rasakan langsung dalam kehidupan sehari-hari seperti peningkatan suhu global, punahnya beberapa spesies, dan perubahan iklim dan pola cuaca yang tidak dapat diprediksi. Dampak tersebut tidak hanya dirasakan oleh manusia, namun juga berdampak pada flora dan fauna. Kerusakan tersebut disebabkan oleh aktivitas manusia yang lalai dan tidak bertanggung jawab terhadap alam sekitar seperti eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, polusi industri, pembangunan yang merusak ekosistem di sekitarnya, dan lain-lain. Oleh sebab itu, diperlukan adanya kesadaran dari dari masyarakat untuk melakukan aksi nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Para ilmuwan semakin menggali potensi teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam upaya mengatasi berbagai dampak negatif kerusakan lingkungan. Mereka menggunakan berbagai jenis AI untuk membantu mereka menganalisis data yang diperoleh dari berbagai sumber, mengidentifikasi pola dan tren yang terjadi, serta merumuskan rencana tindakan penanggulangan yang paling efektif dan efisien. Selain itu, teknologi AI juga digunakan untuk memprediksi dampak kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi di masa depan, sehingga dapat diambil tindakan preventif yang tepat sebelum terlambat. Dengan begitu, penerapan teknologi AI dalam penanganan kerusakan lingkungan dapat membantu para ilmuwan dan pengambil kebijakan untuk membuat keputusan yang lebih tepat dan berdampak positif bagi kelestarian lingkungan.
Salah satu contoh penerapan AI dalam menanggulangi permasalahan lingkungan adalah penelitian yang dilakukan oleh Opole University of Technology tentang prediksi emisi CO2 di Polandia menggunakan Artificial Neural Network. Penelitian ini menganalisis relasi fungsional dari emisi karbon CO2 dan beberapa faktor yang memainkan peran dalam emisi gas rumah kaca seperti emisi CO2 dari industri dan kendaraan, besaran ukuran dari penanaman hutan, penggunaan batu bara, dan jumlah kendaraan yang mencemari udara.
Dengan merancang input dan output dari jaringan saraf dengan benar serta menerapkan beberapa metode tambahan sebagai pendekatan antar parameter, maka terciptalah sebuah sistem yang mampu melakukan pembelajaran dari data yang diberikan pada bagian input dan menghasilkan keluaran berupa peramalan emisi karbon yang masuk akal. Hasil dari peramalan yang dihasilkan oleh sistem tersebut dapat membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan perkembangan level dari emisi karbon di masa depan. Peramalan tersebut dihasilkan dengan mengasumsikan keberlanjutan berdasarkan tren yang didapat dari input yang diberikan.
Setelah hasil prediksi diperoleh akan masuk ke tahap modelling. pada tahap ini akan menjelaskan keterkaitan antara input dan output menggunakan regresi linear.Untuk melakukan proses ini, peneliti menggunakan aplikasi R yang berguna untuk melakukan analisis statistika lanjut dan memvisualisasikan hasil penelitian. Pada tahap modeling ini juga menunjukkan perkiraan tren yang akan dihasilkan apabila kita mengubah-ubah parameter yang telah diberikan seperti pengurangan konsumsi batubara, peningkatan penanaman hutan, dan pengurangan emisi karbon dari transportasi.
Pada tahap terakhir dari penelitian ini adalah mendefinisikan model yang menggambarkan hubungan antara variabel penjelas dan jumlah emisi CO2 yang dihasilkan. Pada tahap ini peneliti menggunakan regresi linear untuk melakukan analisis.
Setelah melalui proses perhitungan yang kompleks, para ilmuwan sukses dalam menghasilkan ramalan menggunakan Artificial Neural Network yang didasarkan pada koleksi data yang mewakili fenomena yang dimodelkan. Investigasi dan model ini memungkinkan dilakukannya analisis sensitivitas untuk menghitung setiap parameter input dari neural network terhadap emisi total. Hasil yang diperoleh dari analisis diatas menunjukkan bahwa penggunaan batu bara merupakan penyebab terbesar dalam meningkatnya emisi CO2 di polandia pada saat itu.
Meskipun menggunakan perhitungan yang rumit dan waktu yang cukup panjang, sistem berbasis Artificial Neural Network kemungkinan besar dapat diaplikasikan di Indonesia yang memiliki fenomena yang mirip kasus diatas. Beberapa tahun kebelakang, Indonesia bahkan berada di posisi ke 5 penyumbang CO2 terbesar di dunia. Maka dari itu, hendaknya pemerintah dapat mendukung secara maksimal penerapan teknologi ini . Pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence dengan benar dapat membantu menemukan akar permasalahan emisi karbon secara efektif untuk mengambil tindakan yang terbaik dan efisien guna mengurangi emisi karbon yang ada di Indonesia . Hal ini bertujuan demi kualitas lingkungan yang lebih baik di masa mendatang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.