Sufi Healing: Sehat Lahir-Batin
Gaya Hidup | 2023-05-12 12:56:35Kondisi sosial akhir-akhir ini menunjukkan semacam gejala keletihan batin masyarakat. Kehidupan yang kian modern berimbas pada sorongan materialisme yang akut. Rutinitas harian manusia bak mekanisasi atas segala hal: riuh tapi kosong. Semarak beragama yang kering penghayatan. Keberagamaan disinyalir hanyalah pelaksanaan ritual yang tidak sampai pada tingkat kontemplasi penghambaan.
Kondisi sehat secara raga-fisik tapi terjangkit tumor rohani. Tumor yang menggerogoti kekebalan iman dan merusak kesehatan jiwa. Agama lantas datang dengan kabar-kabar kebahagiaan. Relasi si hamba dengan Sang Khalik adalah pertautan yang mendudukkan posisi manusia berada pada dimensi ketertundukan. Dengan kata lain, soal rezeki dan nasib hari esok adalah murni urusan-Nya. Manusia tidak selayaknya cemas dan waswas.
Buku bertajuk Sufi Healing ini mengudar esensi beragama sebagai “obat”. Di balik ritus-ritus penghambaan macam salat dan zikir, terdapat dimensi penyembuhan. Adalah obat dan penawar dari racun-racun penyakit rohani dan imun bagi mental lemah. Landasan teologis bahwa setiap penyakit ada obatnya, coba ditelisik dalam buku tebal ini dan menemukan relevansi dan keunggulan metode pengobatan.
Sufi healing merupakan penyembuhan dengan metode sufisme. Beranjak dari jalan yang ditempuh oleh para sufi. Apa yang hendak disembuhkan atau diobati? Merujuk kondisi aktual masyarakat, terdapat benang merah atas segala hiruk pikuk fenomena yang kian banal dan destruktif; yakni: stres, cemas akut, dan depresi. Penyakit-penyakit atas kesehatan mental tersebut senyatanya masih menjadi momok dan kian menjadi-jadi pada abad kecanggihan teknologi kedokteran hari ini.
Memaklumatkan bahasan bahwa penyakit terklasifikasi menjadi dua jenis: lahir dan batin, metode sufi healing berada pada dimensi untuk melengkapi ranah medis. Artinya, sufi healing tidak berada untuk menegasikan atau head to head dengan pengobatan kedokteran. Namun, sufi healing menyelami realitas yang tersembunyi berupa penyakit batin yang kadang-kadang juga masuk pada ranah penyakit fisik.
Pernahkah pembaca menjumpai seseorang yang menderita penyakit bertahun-tahun padahal telah berobat medis tapi tak kunjung sembuh; dan justru sembuh ketika menjalani rutinitas tahajud dan rapalan zikir, misalnya? Fenomena seperti ini bisa dijadikan ibrah bahwa pengobatan medis tidaklah menjamin kesembuhan atas suatu penyakit. Mengapa? Karena dalam perspektif tasawuf, ada Sang penyembuh, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Bila ingin sembuh atas suatu penyakit, dekatilah Dia dengan jalan mengingat-Nya.
Kesadaran penghambaan bahwa ada Zat Penyembuh-lah yang menjadii poin utama metode sufi healing. Ketika kesadaran ini muncul, maka diandaikan si hamba lebih jernih lagi melihat hakikat suatu penyakit, obat, dan kesembuhan. Konsepsi kesadaran inilah yang kiranya bisa mewujud pada sikap sabar, tabah, dan tetap tenang kala ditimpa suatu penyakit. Meski demikian, sufi healing tidak serta-merta mendaku sebagai “obat mujarab” tanpa dukungan pengobatan medis. Kuncinya terletak bagaimana ikhtiar berobat mencakup kedua metode tersebut sambil mendudukkan keduanya secara proporsional. Gambaran praktisnya: berdoa sebelum minum obat.
Metode sufi healing bukanlah barang baru dalam dunia pengobatan. Kehadiran buku ini sendiri adalah perluasan dari buku Sufi Healing karya Prof Amin Syukur yang melegenda. Dalam ranah ilmiah, sufi healing telah dipelajari di perguruan tinggi bertajuk Tasawuf Psikoterapi. Sufi healing juga antitesis pengobatan perdukunan dan telah teruji sebagai metode pengobatan bersanad yang berhulu pada ajaran-ajaran tasawuf (etika Islam).
Selain mengurai rinci filosofi sufi healing beserta ejawantahnya, buku ini serasa beroleh momentum saat kondisi sosial masyarakat tampak sedang sakit. Kekosongan batin, kecemasan akut, terjangkit depresi, dan tiadanya arah tujuan hidup; sekiranya sudah waktunya untuk memberikan atensi dengan mempelajari metode pengobatan para sufi yang dikenal asketis itu bersebut sufi healing ini.
Data buku:
Judul: Sufi Healing
Penulis: Dodo Widarda, M. Hum
Penerbit: Rosda, Bandung
Cetakan: November, 2022
Tebal: 368 halaman
ISBN: 978-602-446-659-6
Peresensi: Muhammad Itsbatun Najih
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.