Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Raphaela Irene Herybowo_TRKB_Unair

Perihal Privasi Pengguna ChatGPT : Tenang, Ada Mode Incognito

Teknologi | Thursday, 11 May 2023, 10:12 WIB

Chat GPT di mata kebanyakan orang, termasuk saya sebagai mahasiswa S1 jurusan TRKB pada Universitas Airlangga, merupakan suatu inovasi brilian yang sangat membantu pekerjaan manusia. Mulai dari menyusun paragraf esai, menjawab berbagai macam pertanyaan, hingga membuat kode program, semua dilakoni oleh ChatGPT dalam waktu yang sangat singkat. Pengoperasiannya pun mudah, layaknya “chatting” dengan seorang kawan. Maka, tak heran jika chatbot viral berbasis kecerdasan buatan ini telah meraih sekitar 100 juta pengguna aktif pada dua bulan pertama peluncurannya.

Dengan ketenaran yang tidak kunjung mereda, OpenAI, perusahaan pengembang ChatGPT, meluncurkan versi terbaru GPT-4 pada 14 Maret lalu. Dari segi respons komunikasi, tidak ada perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan versi sebelumnya. Namun, OpenAI menggarisbawahi adanya perkembangan besar pada kemampuan GPT-4 dalam mengolah dan memroses gambar. Kemampuannya dalam menalar serta memecahkan permasalahan juga dinilai lebih akurat. GPT-4 bahkan diklaim mampu menuliskan kode pemrograman menggunakan semua bahasa pemrograman utama.Belum lama setelah peluncuran GPT-4, muncul desas-desus yang cukup ramai diperbincangkan di Twitter mengenai terusan dari GPT-4, yaitu GPT-5. Dari berbagai opini dan perdebatan di media sosial, beberapa hal ‘tergila’ yang dicanangkan akan dimiliki GPT-5 adalah :

  1. Adanya 17.5 triliun parameter, yang menjadikan GPT-5 sebagai salah satu produk inovasi bombastis di bidang jaringan neural. Dengan jumlah parameter yang 100 kali lebih banyak dibandingkan dengan GPT-3, GPT-5 digadang memiliki kemampuan kognitif selayaknya manusia.
  2. Kemampuan computing yang sangat besar, lebih besar dari gabungan kemampuan seluruh superkomputer yang ada di dunia. Jika ditotal, GPT-5 dapat menggunakan kapasitas computing hingga 1.26 zettaflots.
  3. GPT-5 tidak lagi berada dalam level AI. Kepintaran serta kemampuannya setara dengan manusia, sehingga ia diharapkan dapat menembus skala AGI.

Terdengar sangat istimewa dan memukau bukan? Bahkan tidak sampai di situ saja, ke depannya ChatGPT akan terus dilatih dan dikembangkan untuk bisa semakin efektif dalam membantu pekerjaan manusia. Sebenarnya, bagaimana cara ChatGPT bisa begitu lihai dalam memroses tulisan serta gambar? Ya, jawabannya ada pada 'otak' GPT yang menggunakan sistem kecerdasan buatan NLP (Natural Language Processing).

NLP merupakan salah satu dari begitu banyak cabang ilmu kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Model komputasi NLP menjembatani komunikasi antara manusia dengan komputer. Secara singkatnya, NLP merupakan kunci dari terjadinya interaksi antara pengguna dengan chatbot, seperti salah satunya ChatGPT.Sebagai model NLP yang dinilai sangat kuat, ChatGPT bekerja dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data teks seperti artikel, buku, serta struktur bahasa manusia. Selama pelatihan dan pengembangan, ChatGPT dihadapkan pada kata-kata dan frasa yang akan digunakan untuk menghasilkan kalimat. Jadi, ketika pengguna memasukkan teks, ChatGPT akan menganalisis teks input-an tersebut dan memberikan jawaban kalimat berisi informasi yang telah dimilikinya. Uniknya sebagai model kecerdasan buatan yang terus berkembang, ChatGPT dapat mengoreksi jawabannya dan bahkan menolak pertanyaan yang dianggap tidak sesuai.

Namun, chatbot canggih ini juga tidak luput dari kekurangan. Salah satunya ialah penggunaan ratusan juta data dan riwayat percakapan pengguna untuk alasan peningkatan sistem kecerdasan buatan. Tanpa persetujuan yang jelas dari pengguna, proses tersebut dapat dianggap sebagai pelanggaran privasi. Menanggapi permasalahan ini, OpenAI merilis fitur baru pada 25 April lalu yang tidak akan menyimpan data-data pengguna. Pengguna dapat mengakses fitur ini pada pengaturan dengan mematikan "Chat History & Training". Percakapan pengguna memang masih disimpan untuk memantau adanya penyalahgunaan, tetapi hanya selama 30 hari saja. Oleh Nicholas Turley, seorang pejabat OpenAI, fitur ini disebut sebagai incognito (mode penyamaran). Tentu kita tidak asing dengan mode satu ini karena telah sering dijumpai di browser seperti Google Chrome. Harapannya setelah peluncuran fitur penghapusan percapakan ini, pengguna dapat memegang kendali secara lebih maksimal terkait pengumpulan data pada ChatGPT.

Privasi data yang dikunci. Sumber Foto : https://www.pexels.com/photo/black-android-smartphone-on-top-of-white-book-39584/

Bagi perusahaan yang membutuhkan fitur tambahan untuk menjamin keprivasian, Open AI akan merilis langganan Chat GPT Business dalam beberapa bulan ke depan. Keuntungan menggunakan langganan bisnis, data percakapan tidak akan digunakan untuk pelatihan sistem kecerdasan buatan. Jadi, privasi perusahaan pasti sangat terjaga. Meskipun fitur penjamin privasi telah dirilis di dalam Chat GPT, tentu kita sebagai pengguna tetap harus berjaga diri. Jangan sembarangan memberikan data-data diri, jangan mengunduh aplikasi ChatGPT secara sembarangan, tetap waspada pada permintaan informasi yang tidak sewajarnya, dan selalu ingat untuk menyalakan mode incognito.

Ingat kesejahteraan diri, ingat privasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image