Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dinda Rahma Kaneshia

Bank Sentral Kebanyakan Cetak Uang, Penyebab Zimbabwe Hiperinflasi

Pendidikan dan Literasi | Monday, 08 May 2023, 12:32 WIB

Sumber : https://media.istockphoto.com/id/467572744/id/foto/mata-uang-kertas-dolar-zimbabwe.jpg b=1&s=612x612&w=0&k=20&c=Ogs7FqVytENejj2kMrJot5CEpLkl2GuNll0x4dKuQpY=

Zimbabwe merupakan salah satu negara yang terkurung oleh daratan yang terletak di Benua Afrika tepanya di bagian selatan. Secara geografisnya, Zimbabwe berbatasan dengan Zambia disebelah utara, sebelah selatan berbatasan dengan Negara Afrika Selatan, sebelah timur berbatasan dengan Mozambik, dan sebelah barat berbatasan dengan Botswana. Ibu kota dari Zimbabwe adalah kota Harare. Sebelumnya, negara Zimbabwe dikenal dengan sebutan Rhidesia Selatan pada tahun 1898, Rhodesia pada tahun 1965, dan Zimbabwe Rhodesia pada tahun 1979 dengan memperoleh kemerdekaan dari Inggris Raya pada 18 April 1980.

Luas wilayah Zimbabwe sebesar 390.757 km2 dengan total jumlah penduduk sebanyak 15.092.000 jiwa pada tahun 2021. Mayortas penduduk Zimbabwe adalah etnis asli Afrika terutama etnis Shona dan etnis Ndebele. Zimbabwe sendiri memiliki banyak bahasa resmi, namun bahasa yang digunakan sehari hari oleh masyarakat sekitar adalah bahasa shona dan ndebele. Sedangkan bahasa resmi yang digunakan dalam bidang pendidikan dan bisnis menggunakan bahasa inggris.

Zimbabwe merupakan negara yang menganut sistem pemerintahan republik presidensial sebagaimana kepala negara dan kepala pemerintahannya adalah presiden yang dipilih secara langsung oleh masyarakat dalam pemilihan presiden dengan menganut masa jabatan 5 tahun. dalam bidang perekonomian Zimbabwe mengalami hiperinflasi. Hiperinflasi merupakan keadaan inflasi yang tidak terkendali yang disebabkan oleh naik dan turunnya nilai uang. Zimbabwe mengalami hiperinflasi sebesar 231 juta persen yang disebabkan oleh bank sentral Zimbabwe yaitu Reserve Bank of Zimbabwe (RBZ) mencetak uang secara rutin yang bertujuan untuk mendanai defisit anggaran negara tersebut.

Presiden Robert Mugabe yang pada waktu itu memimpin Zimbabwe selama 37 tahun dapat mencetak uang yang berlebihan guna untuk mendanai kampanye pemilu yang terjadi pada masa kepemimpinannya, sehingga keadaan ekonomi negara Zimbabwe mengalami penurunan yang terus menerus. Akibat dari hiperinlfasi ini berdampak pada tingkat pengangguran yang mencapai angka 80-94%. Banyaknya para pekerja yang juga merasakan dampaknya mulai dari pemberian gaji yang kurang karena harga yang sangat tinggi yang menyebabkan barang yang ada di toko menjadi langka. Selain itu, akibat lain dari mencetak uang sebanyak banyaknya adalah mata uang dari negara Zimbabwe yaitu dolar Zimbabwe (ZWD) mengalami penurunan nilai secara drastis, sehingga US$1 ditukar dengan Z$300.000.000.000.000 pada tahun 2009.

Tingginya tingkat inflasi di negara Zimbabwe membuat negara ini pernah melakukan penyederhanaan nilai mata uang yang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya. Negara zimbabwe menyederhanakan uang 10 miliar dolar zimbabwe menjadi 1 dolar Zimbabwe atau menghilangkan 10 angka nol. Sementara iitu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa pencetakan uang artinya bank sentral menambah uang yang beredar. Apabila tidak mampu dapat mengakibatkan kelebihan likuiditas yang tidak bisa diserap kembali.

Negara Zimbabwe dalam mengatasi perekonomian akibat hiperinflasi dengan memperbaiki kondisi ekonominya. Bank sentral Zimbabwe kemudian memperbolehkan masyarakatnya untuk menggunakan mata uang lain seperti dolar Amerika Serikat, Renminbi China, Rupee India, Dolar Australia, Yen Jepang, dan Rand Afrika Selatan sebagai alat pembayaran yang sah. Dengan menggantikan mata uang dari beberapa negara maka diharapkan perekonomian dari Zimbabwe mengalami perkembangan yang lebih baik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image