Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Radya Maysar

It’s Okay Not to Be Okay

Eduaksi | Thursday, 23 Dec 2021, 08:10 WIB

“It’s Okay Not to Be Okay”, tidak apa – apa untuk tidak baik baik saja. Setiap orang pasti pernah mengalami fase terpuruk dalam hidup. Baik itu sedih, kecewa, frustasi, insecure itu sangat manusiawi. Terkadang seseorang yang bersikap baik, ramah, dan terlihat bahagia belum tentu seseorang itu benar – benar Bahagia, dan bisa saja ia mengalami gangguan kesehatan mental tanpa kita sadari juga mereka sedang menutupi penderitaannya dengan terlihat baik – baik saja.

Menurut Pieper dan Uden (2006), kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.

Jangan Selalu Merasa Sendiri dan Merasa Bersalah

Sebenarnya, aku tidak baik-baik saja. Maaf aku tidak jujur karena aku takut membebani orang-orang disekitarku. Aku ingin menceritakan semuanya, tapi aku terlalu capek dan tidak tahu ingin mulai darimana. Aku takut saat aku jujur, aku tidak bisa mengendalikan emosi yang terjadi. Aku berjuang sendirian, jadi aku tidak yakin apa kamu benar-benar peduli atau hanya ingin tahu saja.

Selalu merasa sendiri dan merasa bersalah. Sudah banyak sekali kasus percobaan bunuh diri dan melukai atau menyakiti diri sendiri dengan benda tajam dikarenakan korban selalu merasa sendiri dan merasa hidupnya tidak berguna, hidupnya penuh tekanan dan terjadilah perilaku menyakiti diri sendiri sebagai cara untuk mengekspresikan perasaan yang tidak dapat diungkapkan, meluapkan kesedihan, atau sebagai cara untuk menghukum diri sendiri.

Kita sebagai manusia diciptakan untuk berkomunikasi, saling membantu satu sama lain. Dengan kita berbicara dan bercerita dengan orang yang kita percaya atau kita berbicara dengan keluarga terdekat kita tidak akan merasa sendiri apabila lingkungan tidak mendukung seperti teman yang toxic atau keluarga yang tidak bisa memahami kita, pilihan terakhir datang mengunjungi psikolog.

Orang-orang yang melakukan self-harm bertujuan untuk dapat menangani stress dan melegakan dari tekanan yang tengah dihadapi seseorang (Edmondson et al., 2016). Peningkatan self-worth adalah jawaban untuk membuat individu tidak mencari rasa sakit atau bertahan di dalam situasi yang menyakitkan, dalam hal ini self-harm. Untuk lebih efektif tentunya diperlukan bantuan dan pendampingan professional agar masalah ini tidak berlanjut pada masalah kejiwaan lainnya.

Jangan selalu merasa bersalah karena kondisi di mana seseorang mempunyai pemikiran yang terus-menerus bahwa dirinya melakukan kesalahan besar, dan oleh karenanya juga sering kali merasa takut mendapat kritikan dari orang lain bisa saja terkena enosimania.

Jagalah hatimu dari segala emosi negatif yang berlebihan, seperti rasa bersalah berhentilah menempatkan dirimu sebagai seseorang yang salah. Jangan selalu merasa kurang dan mulai apresiasi diri sendiri karena kamu telah melakukannya dengan baik.

Apakah Aku hanya menjadi beban dan menyusahkan orang lain?

Pada dasarnya, setiap manusia adalah beban untuk satu sama lain, hal yang sangat manusiawi adanya. Sepertinya terasa sedih ya ketika berpikir mengenai “apakah aku membebani orang lain ?” sering kali terlintas. Rasanya mungkin serba salah, ingin meminta bantuan kepada orang lain, tapi takut menganggu. Tidak meminta bantuan pada orang lain, bisa-bisa akan menghambat dirimu juga. Kamu bukan beban, kamu hanya sedang terbeban oleh emosimu.

Beban emosional yang kita rasakan, mungkin perasaan bertanggung jawab atas emosi orang lain, perasaan bertanggung jawab atas kesejahteraan keluarga, perasaan bersalah, rendah karena membandingkan diri dengan sebaya, ini semua bergabung, lalu kita merasa menjadi beban.

Yang selalu bikin repot dari perasaan “jadi beban” adalah, seakan identitas “aku” yang bermasalah. Meskipun ada banyak lapisan emosi dan pikiran yang perlu ditemui satu-satu, dipahami, diterima, dan jika bisa maka diubah. Tidak semua yang kita pikirkan tentang orang lain itu benar. Kalau kita piker dia baik, kita akan sadar bahwa itu belum tentu benar. Begitu juga dengan pikiranmu tentang dirimu itu belum tentu benar. Kalau pikiranmu bilang kamu adalah beban, itu aja udah tidak benar. Kamu terbeban dengan emosi, kamu bukan beban.

Dan bersyukurlah ketika kamu dilahirkan menjadi apapun, dalam kondisi apapun dan ditengah keluarga yang bagaimanapun. Karena Tuhan telah menitipkan kepercayaan kepadamu. Untuk bertamu ke dunianya, dan ingat kamu bukan beban, melainkan anugrah terbesar dari tuhan.

Kamu bukanlah beban, meskipun kamu belum sukses seperti yang diharapkan orang tuamu. Kamu bukanlah beban, meskipun kamu sering meminta bantuan orang lain. Kamu bukanlah beban, meskipun kamu belum bisa banyak membantu orang disekitarmu.

Semua akan ada waktunya masing-masing. Mungkin memang saat ini kamu belum bisa menjadi yang diharapkan orang lain, meskipun saat ini kamu belum sukses, masih sering meminta bantuan orang lain, dan belum bisa banyak membantu orang yang ada disekitarmu.

Tapi percayalah, suatu saat nanti keadaan akan berputar sesuai dengan apa yang kamu harapkan. Jadi manfaatkan dirimu. Jangan terlalu jahat dan keras pada dirimu sendiri, nikmati alur dan prosesnya. Jadilah dirimu sendiri, karena kamu bukanlah beban bagi orang lain.

Rangkul Emosimu dan Sayangi Dirimu Sendiri

Sepertinya sayang sama orang lain lebih gampang ya dibandingkan sama diri sendiri? Padahal sayang sama diri sendiri itu tidak kalah penting sama sayang dengan orang lain. Kalau kata orang, learn to love yourself before you can love others ( belajar mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain ).

Mungkin karena terlalu sering cari cara buat bahagiain orang lain, sampai bingung harus ngapain buat bikin diri sendiri bahagia. Tidak perlu khawatir, karena banyak hal yang harus kamu lakukan untuk menyayangi diri sendiri.

Menerima setiap kekurangan dan emosi yang dimiliki mungkin terasa sulit awalnya. Tapi jangan khawatir, pelan-pelan aja dan take your time. Kemudian dengan memulai kebiasaan yang baik dan membuat hubungan yang sehat bersama orang disekitarmu. Dan yang tidak kalah penting, yaitu memberikan apresiasi kepada diri sendiri dan orang lain. Karena dengan cara tersebut kamu bisa membuat orang disekitarmu merasa berharga.

Dengan kita mencintai diri sendiri, kita akan lebih mengenal diri sendiri dan akhirnya kita mampu memberdayakan diri sendiri menjadi pribadi yang lebih optimal serta bisa menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi dengan versi yang terhebat. Hanya saja kita belum menggunakannya secara maksimal.

Menghargai diri sendiri, kalau bukan kamu siapa lagi? Istilah “self love” mungkin sudah sering di dengar. Tapi, apakah kamu sudah menerapkannya dengan mencintai diri sendiri sepenuhnya? Self love menurut Khoshaba (2012) adalah kondisi ketika kita dapat mengahargai diri sendiri dengan cara mengapresiasi diri saat kita mampu mengambil keputusan dalam perkembangan spritual, fisik, dan juga psikologis. Sementara itu orang yang tidak memiliki self love cenderung akan menghukum dirinya sendiri terus-menerus dengan komentar negatif hingga menggerus harga diri dan membuatnya sulit untuk berkembang setiap harinya.

Ketika kamu memiliki self love, artinya kamu mampu menghargai dirimu sendiri, mampu berteman dengan dirimu sendiri, sehingga dapat menjadi individu yang lebih baik untuk dirinya dan juga orang lain.

Jadi jangan takut untuk tidak menjadi yang sempurna. Cukup jadilah yang terbaik dengan caramu sendiri. Dan terimakasih ya, sudah berjuang dan bertahan hingga saat ini. Kamu tidak perlu harus selalu sempurna. Kamu boleh merasa lelah dan terpuruk. Kamu boleh beristirahat sejenak. Cukup lakukan yang terbaik, dan jadilah yang terbaik versi dirimu sendiri.

Akhirnya it’s okay not to be okay, gapap untuk tidak baik-baik saja. Kesehatan mental sering kali dinomor duakan karena kebanyakan orang lebih mengutamakan kesehatan fisik, dan tidak mengetahui pentingnya kesehatan mental. Padahal keduanya sama-sama memiliki peran penting di dalam kehidupan kita. Memahami pentingnya kesehatan mental diharapkan dapat membantu kita termotivasi dalam menjaganya. Maka dari itu, mari sama-sama kita pahami pentingnya kesehatan mental.

Daftar Pustaka

Today Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/blog/get-hardy/201203/seven-step-prescription-self-love.

Https://www.psychologytoday.com/us/blog/get-hardy/201203/seven-step-prescription-self-love

https://student.binus.ac.id/2020/10/pentingnya-self-care-dan-self-love-untuk-kesehatan-mental/

https://www.sehatq.com/artikel/memahami-self-harm-perilaku-menyakiti-diri-sendiri-yang-berbahaya

https://id.quora.com/Setujukah-Anda-dengan-kutipan-Its-okay-to-not-be-okay

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image