Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syarifah Lestari

10 Tips Menghindarkan Anak-anak dari Pengaruh Negatif Teman

Gaya Hidup | Thursday, 23 Dec 2021, 07:50 WIB
Ben Wicks on Unsplash" />
Photo by Ben Wicks on Unsplash

Sebagai orang tua, salah satu kekhawatiran terbesar kita adalah anak-anak yang tumbuh tidak pada circle yang tepat. Tidak mungkin pula terlalu membatasi mereka, sementara interaksi sosial adalah kebutuhan manusia sebagai makhluk.

Butuh banyak ilmu, banyak membaca dan mendengar hal-hal positif, untuk bisa menjadi orang tua yang baik. Sambil berproses, yuk cermati 10 tips berikut ini. Dikutip dari Brightside, inilah beberapa cara menghindarkan anak-anak dari pengaruh negatif teman-teman mereka.

1. Jagalah komunikasi yang baik dengan anak-anak.

Jadilah tempat yang nyaman untuk anak menyampaikan cerita sehari-hari mereka. Hindari memvonis, terlalu berasumsi, dan mengkritik. Usahakan untuk lebih banyak mendengar, dan memberi saran di akhir cerita, alih-alih mendebat.

Komunikasi dalam keluarga adalah landasan utama anak-anak meletakkan kepercayaan pada orang tua. Kecurigaan yang berlebihan dapat membuat mereka menciptakan “benteng” untuk melindungi diri, dan tak ingin terbuka pada anggota keluarga yang lain, termasuk saudara.

2. Kenali teman-teman mereka, juga orang tuanya.

Jika memungkinkan, ajaklah teman dari anak-anak untuk makan bersama di rumah. Ajukan pertanyaan yang “ramah”, bukan interogasi. Kenali mereka, di mana tempat tinggal, dan beberapa hal penting yang berkaitan dengan hubungan pertemanan.

Jadilah seperti orang tua angkat mereka, sehingga kita dapat memberi nasihat tak hanya pada anak-anak sendiri, tapi juga teman-temannya. Namun demikian, jangan sok asyik untuk selalu nimbrung pada obrolan mereka. Hal itu hanya akan membuat mereka menjauh, karena tidak nyaman. Bagaimana pun, dunia anak dan remaja berbeda dengan orang dewasa.

Jangan lupa untuk juga menjalin komunikasi dengan orang tua dari teman-teman anak. Hal ini sebagai bagian dari upaya saling menjaga lingkungan bermain, sekaligus mengetahui seberapa sehat keluarga dari teman anak-anak kita.

3. Dorong mereka untuk mengenal lebih banyak teman.

Tekanan sosial kadang membuat anak-anak merasa tak aman berada di luar. Ada baiknya orang tua menemani untuk mendukung mereka mendapatkan lebih banyak teman baru. Kelak di usia remaja, ketika kita harus menjaga mereka lebih ketat lagi, mereka sudah memiliki banyak teman yang sudah kita kenal baik.

4. Memperkenalkan hukum sebab-akibat.

Segala sesuatu memiliki konsekuensi. Anak-anak harus memahami prinsip ini agar mereka mengerti mengapa orang tua melarang sekian banyak hal. Mereka dianugerahi akal, yang dapat menganalisis kenapa ini terjadi, apa akibatnya jika melakukan kesalahan.

Dalam konteks pertemanan, anak-anak harus diajak berpikir kritis tentang akibat-akibat buruk jika salah memilih teman, atau mengikuti kebiasaan buruk yang dilakukan teman-temannya.

5. Siap siaga memberi bantuan.

Kasusnya berbeda dengan memasukkan bekal ke dalam tas, mengerjakan tugas sekolah, atau kegiatan-kegiatan sederhana lainnya yang memang sebaiknya dilakukan sendiri oleh anak-anak agar terbiasa mandiri. Siap siaga yang dimaksud di sini lebih kepada menyelamatkan psikis anak-anak.

Misalnya ketika orang tua melihat anak-anak tidak nyaman berada di sebuah pesta, sebaiknya ajak ke tempat lain atau temani, alih-alih memaksa mereka membaur bersama orang lain.

6. Belajar mengatakan “tidak”.

Jangankan anak-anak, orang dewasa pun kerap sungkan menolak ajakan orang lain, baru kenal sekalipun. Tapi inilah pentingnya pembiasaan dan memahami konsekuensi. Jadi sebagai orang dewasa terdekat, berilah teladan pada anak-anak bagaimana menjadi pribadi yang tegas menolak melakukan hal buruk, atau yang tidak kita sukai.

7. Ajari berbagai pilihan untuk menolak ajakan teman.

Jika menolak begitu saja dianggap kurang menghargai, barangkali memberi alternatif kegiatan bisa menjadi pilihan. Misalnya ketika anak bercerita bahwa temannya mengajak membuat contekan untuk ujian, anak-anak bisa diajari mengajak temannya belajar bersama.

8. Bermain peran.

Pada usia tertentu, semua anak suka bermain peran. Ketika mereka berada pada fase ini, manfaatkanlah untuk bermain bersama mereka dan memasukkan pesan-pesan yang berkaitan dengan memilih teman yang baik.

Dalam bermain peran, anak-anak mengaplikasikan apa yang mereka lihat dan dengar dari sekitarnya. Pada usia mereka, bermain merupakan kebutuhan dan memberi efek besar pada karakternya hingga dewasa.

9. Batasi dan pantau waktu daring anak-anak.

Di zaman medsos saat ini, penting bagi orang tua untuk mengetahui ke mana saja anak-anak berselancar. Pergaulan mereka tidak terbatas hanya lingkungan rumah dan sekolah, tapi juga berbagai belahan dunia lewat gawai di tangan.

Berapa banyak anak-anak yang menjadi korban kejahatan di dunia maya. Dari bullying hingga kasus perkosaan, tidak sedikit yang berawal dari chatting, mengirim komentar, dsb.

10. Bantu anak menjaga harga diri mereka.

Jangan memarahi anak di depan teman-teman mereka, apalagi teman yang berpotensi memberi pengaruh buruk. Menjatuhkan harga diri anak-anak di hadapan orang lain tidak akan membuat mereka menyesali perbuatan, justru menyimpan dendam.

Belum lagi ketika teman-teman yang melihat aksi marah orang tua itu membuka “aib” tadi di hadapan teman yang lain, runtuhlah harga diri anak. Atau teman buruk yang mengambil peluang untuk lebih didengarkan ketimbang orang tua yang tidak menghargai anaknya sendiri.

Jika rumah dan orang-orang di dalamnya tidak menjadi tempat yang baik bagi anak, bukan salah mereka jika mencari sosok dan tempat yang nyaman di luar sana, dengan segala pengaruh baik serta buruknya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image