Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gili Argenti

Pemikiran Kebangsaan Anis Matta

Politik | Thursday, 04 May 2023, 21:11 WIB
Photo Anis Matta, sumber : catatanmasbay.wordpress.com

Anis Matta merupakan cendikiawan muslim yang memiliki dua talenta, seorang penulis produktif dan seorang orator mampu memukau publik dengan retorika verbalnya. Tulisan ini membedah pemikiran Anis Matta melalui satu karya terbarunya berjudul Melawan Layu Biar Kuncup Indonesia Bersemi Denganmu, Penerbit Poestaka Rembug Kopi.

Pemikir Nasionalis

Anis Matta dalam Buku Melawan Layu menjelaskan pembelahan politik warisan dua kali pemilu (2014 dan 2019) seharusnya diakhiri, menurutnya membangun jembatan bukan mendirikan tembok merupakan pilihan realistis serta logis dalam bernegara.

Pemilu memang arena kontestasi politik sangat keras, setiap partai politik dan kandidat secara bersamaan menyampaikan retorika politik untuk memenuhi ruang-ruang publik, mereka berlomba-lomba menginjeksi kognitif para pemilih, dengan tujuan mengakumulasi dukungan di bilik suara. Tetapi setelah kontestasi politik selesai, maka tugas utama masyarakat bersama-sama mengawasi kinerja pemerintah (legislatif dan eksekutif). Menjadi kurang relevan bila kita masih melakukan dikotomi politik, antara kelompok kita dan kelompok mereka di saat pesta demokrasi itu telah usai, serta pemerintahan baru telah terbentuk.

Anis Matta mengajurkan kita kembali mengaktifkan akal kolektif, dengan melakukan pembacaan atas perjalanan sejarah bangsa. Menurutnya bangsa Indonesia harus menjadikan Sumpah Palapa dan Sumpah Pemuda sebagai jati diri bersama. Kedua sumpah itu mengingatkan kita sebagai satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air.

Pemikir Geopolitik

Pemikiran Anis Matta senantiasa memiliki dimensi geopolitik, menurutnya entitas suatu negara tidak bisa lepas dari situasi global menyertainya. Hampir semua peristiwa besar di negara-negara maju berdampak langsung terhadap nasib negara lain. Misalnya revolusi industri di Inggris antara tahun 1760-1850, ternyata memiliki dampak kemanusian tidak saja di negara barat, dengan terjadinya polarisasi kelas sosial antara kelas borjuis dan kelas ploletar, tetapi berakibat munculnya kolonialisme dan imperialisme dunia barat atas dunia timur. Kawasan Asia-Afrika yang memiliki sumber daya alam kaya raya, mengalami penghisapan luar biasa, terjadilah penjajahan berabad-abad lamanya.

Maksud Anis Matta menjelaskan dampak geopolitik, tentunya bukan menjustifikasi superioritas dunia barat atas dunia timur, atau negara maju pada negara berkembang, tetapi bagaimana dunia timur terutama Indonesia tidak menjadi objek dari setiap peristiwa besar dunia, tetapi memainkan peran sebagai subjek, memberikan kontribusi nyata buat kemanusiaan, kesetaraan, dan kesejahteraan antar bangsa. Tentunya untuk menjadi subjek geopolitik harus ditopang oleh kekuataan ekonomi, teknologi, dan militer. Ketiga hal ini mutlak harus dimiliki sebuah negara agar mampu membawa arah baru tatanan global, ketika berhadapan dengan negara-negara kuat dalam kancah dunia.

Pemikiran Anis Matta tentang geopolitik sebenarnya sangat dipengaruhi nilai-nilai Islam, hal ini tidak aneh, sebab sosoknya lekat dengan pergerakan Islam (harakah Islamiyah). Terlebih bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa religius, pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Dalam setiap analisisnya Anis Matta selalu menjadikan Islam sebagai referensi, dalam buku Menolak Layu misalnya ia memberi alasan kenapa pemikiran politiknya tidak lepas dari kaca mata geopolitik, sebab ketika Islam turun di Kota Mekah, setting politiknya berada dipusaran dua peradaban besar, yaitu Persia dan Romawi Timur.

Dakwah Islam dihadapkan pada dua imperium besar tersebut, maka Nabi Muhammad SAW ketika berdakwah tidak lepas dari analisis geopolitik, salah satu contohnya beliau mengirimkan delegasi dakwah ke berbagai negeri untuk menyampaikan risalah Islam. Artinya menjadikan geopolitik sebagai kaca mata dalam mengurai persoalan-persoalan politik domestik sudah dicontohkan Islam berabad-abad lalu.

Pemikir Religius Kebangsaan

Pemikiran kebangsaan dari Anis Mata dalam buku Menolak Layu, bercorak nasionalis religius, banyak mengambil inspirasi pemikiran dari sumber Islam (Al-Quran), tentu langkah menjadikan Islam sebagai referensi pemikiran menjadi hal realistis, sebab agama ini telah lama menjadi bagian dari Indonesia, terlebih Islam dalam sejarah politik bengsa terbukti banyak memberikan warna sangat dominan.

Menurut riset doktoral Kevin W. Fogg (2020) di Yale University, menyimpulkan bahwa Islam menjadi spirit perlawanan pejuang revolusi kemerdekaan ketika melawan penjajah, internalisasi Islam disampaikan para ulama kepada para pejuang khususnya laskar-laskar Islam melalui masjid, khotbah Jum'at, dan pengajian.

Para pejuang kemerdekaan ini sangat menyakini seruan Perang Sabil dari para ulama karismatik, sebagai panggilan suci keagamaan yang harus diikuti, sebagai wujud dari aktualisasi keyakinan sebagai seorang muslim yang taat. Riset ini ini berhasil melacak fakta-fakta historis keterlibatan umat Islam sangat menonjol dalam Revolusi Kemerdekaan, bahkan Kevin W. Fogg berhasil melacak satu karya Manifesto Perang Sabil berjudul "Toentoenan Perang Sabil" karya ulama Medan bernama M. Arsjad Thalib Lubis. Karya kemudian menjadi pegangan para pejuang kemerdekaan di masa Revolusi.

Pemikiran Anis Matta mengenai kebangsaan, menghendaki partisipasi umat Islam dalam memperkokoh fondasi Pancasila dan Negara Kesatuan Indonesia (NKRI) sebagai platform bersama anak bangsa, keduanya merupakan ikatan konsensus dimana umat Islam melalui para tokohnya turut berkontribusi merintis dan mewujudkannya, artinya kesepakatan itu harus betul-betul dijaga terus menerus dari oleh satu generasi ke generasi berikutnya.

Itulah sekelumit pengalaman membaca buku Anis Matta berjudul Melawan Layu Biar Kuncup Indonesia Bersemi Denganmu, tentunya setiap orang akan berbeda-beda menemukan intisasi bacaan, sebab teks tertulis dalam buku menafsirkannya bersifat relatif, tergantung latar pengalaman masing-masing si pembaca, satu pembaca dengan pembaca lain dipastikan bisa berbeda.

Kita harus mengapresiasi setiap karya tulis, sebab menulis adalah tindakan keberanian kata Pramoedya Ananta Toer, lewat menulis pemikiran seorang tokoh menjadi milik publik, siap dikomentari bahkan dikritisi. Semoga kedepan lebih banyak cendikiawan Indonesia yang mengeluarkan karya tulisnya, sebagai sumbangsih pemikiran dalam membangun Indonesia kedepan.

Gili Argenti, Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (UNPAD).

Referensi Artikel

1. Fogg, Kevin W. 2020. Spirit Islam Pada Masa Revolusi Indonesia. Bandung : Naura.

2. Matta, Anis. 2022. Melawan Layu Biar Kuncup Indonesia Bersemi Denganmu. Yogyakarta : Poestaka Rembug Kopi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image