Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fitriani Fattah

Bicaralah!

Gaya Hidup | Thursday, 04 May 2023, 12:24 WIB
Sumber:Pixabay
Sumber:Pixabay

Baiklah.

“Orang-orang yang mengandalkan aura untuk mendefinisikan kecantikan adalah mereka yang lemah secara estetika.”

Hmm

Body positivity hanyalah obsesi seseorang terhadap makanan-makanan yang lezat dan merupakan sebuah gerakan yang berakar kecemburuan pada bentuk lain yang lebih ideal”

Lanjutkan?

Tidak.Saya tidak datang dengan kemarahan karena itu akan mengundang permusuhan.Ada bagian dalam diri saya yang mengharuskan untuk meyakini adanya kebenaran dari contoh di atas.Kenyataan itu tidak kuperbolehkan untuk memandang sinis kalian.Yakini apa yang menurut kalian benar dan itu jauh lebih baik dibanding berputus asa.

“Bukankah kita semua bertahan hidup dengan cara tertentu?”

Kebenaran selalu bersifat langsung meskipun dibutuhkan proses dalam menerimanya.Pikiran kita akan memahaminya setelah beberapa detik.Tidak seperti hati yang membutuhkan waktu yang jauh lebih panjang.Mental bekerja dengan sangat keras untuk membuatnya masuk akal.Hal ini membebani perasaan manusia lebih daripada pikirannya.

Karena itu kita terbagi menjadi dua antara manusia lemah dan manusia sombong.Yang lemah terlalu berperasaan dan yang sombong terlalu berpikiran.Saya tidak menyatakan Anda cerdas karena berpikir dan bijak karena punya hati.Ini sepenuhnya adalah hal yang berbeda.Berpikir dan berperasaan menjadikan kita sepenuhnya manusia.Apakah optimalisasi kedua perangkat tersebut menjadikan kamu sosok yang pintar atau cerdas sangat tergantung dari definisinya.

“Beberapa orang mengklaim dirinya pintar karena mengkritik kebijakan pemerintah.”

“Beberapa orang menuduh orang lain bodoh karena selera musiknya.”

Bagaimana dengan saya?Mari tinggalkan itu.

Saya sedang belajar untuk lebih banyak diam dibanding bicara.Bahkan cenderung terlihat sebagai ekspresi ketidakpedulian.Tidak banyak hal yang bisa dilakukan terkait itu.Orang-orang nampaknya tau betul apa yang mereka kerjakan bukan yang dibicarakan.Karena itu saya mungkin hanya akan melukai mereka layaknya contoh di atas.

Nyatanya orang-orang menerima fakta sebagai suatu kebenaran dengan cara tertentu.

“Jangan melihat buku dari sampulnya saja?”

Oh.Tolonglah.Entah kenapa orang-orang masih menggunakan bualan ini.Faktanya mereka menaruh komposisi makanan pada kemasan luar bukan didalam.Memudahkan?Lihatlah betapa mudahnya mereka mengemas antara teori konspirasi dan kaitannya dengan kecerdasan seseorang.Bukankah kegaiban itu memang selalu menjadi tema yang menarik bagi setiap orang?

Maksudku,penasaran bukanlah perasaan yang spesial.Setiap makhluk hidup mengembangkannya.Pilihan apakah harus ditindaklanjuti atau diabaikan sangat tergantung dari daya tarik suatu objek tertentu.

“Apakah saya menjadi kampungan hanya karena lebih tertarik bermain tik tok dibanding lainnya?”

“Apakah kamu merasa kompeten untuk menempatkan selera pribadi seseorang pada hierarki tertentu?”

“Komedi cerdas?Tolong jelaskan perbedaannya dengan komedi murahan jika itu memang nyata adanya.”

Jangan bermain kata untuk merendahkan atau meninggikan topik tertentu hanya karena kalian senang terhadapnya.Bukankah Tuhan menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna?Lihatlah sekelilingmu dan pasti kamu akan mulai ragu.Tenanglah.Mempertanyakan kebenarannya tidak akan menjadikan kita sebagai manusia yang durhaka.Mustahil membaca buku tanpa bertanya siapa penulisnya dan apa yang coba ia sampaikan.

“Kebenaran itu dipertanyakan.Penerimaan berarti tidak ada pilihan.”

Standardisasi sangat tergantung dari referensi orang tersebut.Kita bisa memperkayanya melalui pengalaman pribadi yang dihayati dan pengalaman orang lain yang tertuliskan.

“Silahkan buat standar tertinggi untuk dirimu sendiri bukan masyarakat.”

Sebarkanlah karena suara mayoritas senantiasa unggul seperti kepercayaan orang dewasa pada anak-anak bahwa mereka lebih tertarik pada kemasan warni warni dibandingkan hitam pekat gelap.Satu anak saja yang berperilaku sebaliknya akan menciptkan asumsi-asumsi acak yang menyesatkan.Langkah awal yang keliru,misalnya dimulai dari warna hitam yang identik dengan ( ..) bisa meyakinkan Anda bahwa ada yang salah pada anak ini!

Oh,bukannya kita sedang membahas tentang manusia dewasa yang penuh dengan empiri serta senang dengan ‘perbedaan’ dan secara terus menerus memperbaharui diri untuk menampakkan citra tertentu?

Mari berhenti disini.

“Kesalahpahaman lainnya akan bermunculan ketika kita mulai membicarakannya.”

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image