
DRD4 : Gen Selingkuh yang Dapat Diwariskan?
Eduaksi | 2023-05-03 21:03:27
Menjalin hubungan dengan orang lain merupakan hal yang dilakukan manusia sebagai makhluk sosial. Tujuan dari menjalin hubungan pun tergantung dari perspektif masing-masing individu. Salah satunya adalah untuk memperoleh pasangan hidup dan melanjutkan ke jenjang pernikahan. Menikah di kalangan masyarakat Indonesia bukanlah sebuah hal yang dihindari. Justru banyak dari masyarakat Indonesia, terutama perempuan yang menikah pada usia dini. Berdasarkan data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pada tahun 2018 sekitar 11% perempuan yang berumur 20-24 tahun menikah pada usia dibawah 18 tahun. Sementara itu prevalensi laki-laki yang berumur 20-24 tahun yang menikah pada usia dibawah 18 tahun hanya sebesar 1%. Data lain yang didapatkan dari BPS (Badan Pusat Statistik) yaitu secara nasional angka perkawinan anak turun (dari 11,21% pada 2018 menjadi 10,82% pada 2019 dan 10,35% pada 2020), namun terjadi kenaikan di 9 provinsi. Lebih lanjut lagi, data pada tahun 2020 menunjukkan adanya 22 provinsi dengan angka perkawinan anak yang lebih tinggi dari angka nasional. Sementara itu, data pernikahan di Indonesia sepanjang tahun 2022 tercatat sebanyak 1,7 juta pernikahan telah dilakukan. Angka ini mengalami penurunan sekitar 2,1% dibandingkan tahun 2021 yaitu sebanyak 1,74 juta pernikahan.
Tentunya setiap orang yang telah melakukan pernikahan, ingin memiliki kehidupan rumah tangga yang harmonis dan damai. Namun, hal tersebut bukanlah sesuatu yang mudah untuk didapat. Banyak rintangan dan masalah yang biasanya terjadi dalam kehidupan rumah tangga setiap orang. Entah di kalangan artis, selebgram, pejabat, maupun masyarakat biasa. Masalah atau konflik yang dihadapi masing-masing rumah tangga tentunya berbeda-beda, salah satunya tentang perselingkuhan. Tidak jarang karena masalah atau konflik tersebut pada akhirnya menyebabkan perceraian. Berdasarkan data dari Dirjen Badilag (Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama) Mahkamah Agung RI menunjukkan, perselingkuhan dilaporkan menduduki peringkat kedua sebagai penyebab perceraian tertinggi setelah faktor ekonomi.
Adanya perselingkuhan didalam sebuah pernikahan atau hubungan bukanlah hal yang langka atau bisa dikatakan sudah umum terjadi. Banyak role model seperti artis, selebriti, maupun pejabat pemerintah yang mengakhiri hubungan pernikahan karena kasus perselingkuhan. Tentu saja kasus perselingkuhan yang paling banyak disoroti atau mendapat perhatian dari publik adalah di kalangan para artis. Seperti kasus yang baru-baru ini terjadi yakni perselingkuhan yang dilakukan oleh seorang vokalis band ternama di tanah air. Kasus perselingkuhan seperti ini bukanlah yang pertama kali terjadi, karena di tahun-tahun sebelumnya tentu banyak dari kalangan artis maupun selebriti yang terlibat dalam kasus serupa. Lantas, apakah kita pernah berfikir tentang faktor penyebab perselingkuhan?.
Menariknya, dalam sebuah penelitian yang dipimpin oleh Justin Gracia, seorang Doctoral Diversity Fellow SUNY di laboratorium antropologi dan kesehatan evolusi di Binghamton University, Universitas Negeri New York, yang mengambil pandangan luas pada perilaku seksual seseorang dan kemudian mencocokkan perilaku tersebut dengan gen menemukan bahwa jenis gen DRD4 atau reseptor D4 Polimorfisme berkaitan dengan hormone dopamine di otak. Dari hasil penelitian, seseorang yang memiliki gen DRD4 memiliki kecenderungan untuk berselingkuh dan melakukan sex bebas. Melansir dari gridhealth.id, Gracia mengatakan bahwa, apa yang mereka temukan adalah bahwa individu dengan varian tertentu dari gen DRD4 lebih mungkin memiliki riwayat hubungan sex yang tidak berkomitmen termasuk one night stand dan tindakan perselingkuhan. Pendapat peneliti lain terkait dengan gen DRD4, yakni Ebstein et al. (1995) membandingkan orang-orang yang memiliki rantai pengulangan DRD4 lebih panjang dengan orang yang rantai pengulangan DRD4 lebih pendek. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa orang dengan rantai pengulangan DRD4 lebih Panjang cenderung merasa cepat bosan dibanding dengan orang yang memiliki rantai pengulangan DRD4 pendek. Dari hasil kedua penelitian tersebut, terdapat korelasi yang memperkuat bahwa gen DRD4 adalah salah satu penyebab orang berselingkuh, karena gen tersebut merangsang pelepasan dopamine di otak yang memberikan sensasi menyenangkan dan melepaskan signal cepat bosan pada seseorang.
Mutasi dari gen DRD4 merupakan warisan dari orang tua dan dapat diturunkan. Jika orang tua memiliki ‘gen selingkuh’ ini, maka anaknya pun akan berpotensi memilikinya. Namun, hal tersebut juga bergantung pada variasi DRD4 masing-masing orang. Dengan demikian, bukan berarti bahwa semua orang yang memiliki gen ini akan selingkuh. Penelitian yang dilakukan oleh Garcia, hanya menunjukkan bawah orang yang memiliki genetik DRD4 sebagian besar cenderung untuk terlibat dalam perselingkuhan. Gen-gen ini tidak memberikan alasan pada seseorang untuk mewajarkan tindakan selingkuh, tetapi memberikan pandangan bagaimana biologi (gen) dapat mempengaruhi atau bahkan membentuk kecenderungan seseorang untuk berperilaku. Perselingkuhan yang terjadi dalam sebuah hubungan tentunya di pengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya secara biologis namun juga dari aspek sosial, ekonomi, kepercayaan, budaya, dan lain sebagainya.
Daftar Pustaka
Katyusha. W. (2022). Faktor Genetik Ternyata Bisa Memicu Kecenderungan Untuk Selingkuh. https://hellosehat.com/mental/hubungan-harmonis/genetik-pemicu-perselingkuhan/. (dikutip pada : 30/04/2023).
Chozanah. R. (2019). Penelitian : ‘Perilaku Selingkuh Bisa Dipengaruhi Keturunan Genetik’, Begini Penjelasannya. https://health.grid.id/read/351697329/penelitian-perilaku-selingkuh-bisa-dipengaruhi-keturunan-genetik-begini-penjelasannya?page=all. (dikutip pada : 29/04/2023).
Jaarvis. M. (2021). Psikologi Biologi Pengaruh Genetika pada Perilaku. Bandung : Nusamedia.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. (2022). Menteri PPPA : Perkawinan Anak Ancam Masa Depan Anak. https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3753/menteri-pppa-perkawinan-anak-ancam-masa-depan-anak. (dikutip pada : 29/04/2023).
Annur. C.M. (2023). Angka Pernikahan di Indonesia pada 2022 Terendah dalam Satu Dekade Terakhir. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/02/angka-pernikahan-di-indonesia-pada-2022-terendah-dalam-satu-dekade-terakhir#:~:text=Terdapat%201%2C7%20juta%20pernikahan,terendah%20dalam%20satu%20dekade%20terakhir. (dikutip pada : 29/04/2023).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook