Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nadia Hanifan Nabila

Ospek Kampus Menjadi Momok Bagi Mahasiswa, Kenapa?

Edukasi | Tuesday, 02 May 2023, 16:14 WIB
cr: SINDOnews
cr: SINDOnews

Kerap kali kegiatan ospek selalu menjadi serangkaian dari proses pengkaderan mahasiswa baru yang paling ditakuti dan dihindari. Mengapa demikian? Dikarenakan ospek yang dilaksanakan sebagai proses pengkaderan mahasiswa baru selalu identik dengan “bentakan”. Hal inilah yang mendasari kenapa maba selalu menghindari kegiatan ospek ini. Padahal, jika kita merujuk pada KBBI Kata “pengkaderan” seharusnya memiliki arti suatu proses, cara atau didikan yang membentuk karakter seseorang untuk menjadi kader yang sepaham dengan ideologi atau pemahaman yang diharapkan untuk proses pencapaian tujuan bersama. Tetapi, terkadang proses ospek ini selalu dimanfaatkan para pelatih ospek untuk membalaskan dendam kepada adik tingkatnya atas kelakuan yang diterimanya saat ospek terdahulu. Lalu, sebenarnya apa sih eksistensi dari diadakanya ospek ini? Apakah sistem yang melekat di dalamnya dapat diubah? Lalu, apakah mindset mahasiswa baru juga dapat diubah terkait kegiatan ini?

Ospek adalah akronim dari orientasi studi dan pengenalan kampus. Kegiatan ini dilaksanakan tiap memasuki ajaran baru. Pelaksana dari kegiatan ospek ini sendiri adalah mahasiswa tingkat atas yang tergabung dalam BEM, HIMA, ataupun kepanitiaan yang mengurus penerimaaan mahasiswa baru. Kegiatan ini dilakukan sebagai ajang atau tempat untuk memperkenalkan mahasiswa baru terkait dengan studi dan lingkungan pendidikan yang baru sebelum mereka benar-benar terjun ke dunia perkuliahan. Melalui kegiatan ini juga, mahasiswa baru juga akan dikenalkan dengan banyak hal mengenai studi dan dunia kampus. Mulai dari kegiatan perkuliahan, sistem akademik, sistem administrasi, organisasi, UKM, kebiasaan dan keseharian mahasiswa serta lingkungan kampus. Sehingga eksistensi dari diadakanya ospek adalah sebagai wadah untuk megenali kampus dan situasi yang ada di dalamnya.

Budaya membentak dalam ospek harus bisa dihilangkan. Jika budaya tersebut masih dilakukan secara turun temurun, maka mahasiswa baru akan mulai tidak menyukai kegiatan ini dan “malas” untuk mengenali kampusnya sendiri. Selain itu, para pelatih ospek harus memerhatikan dari kondisi mental seseorang yang berbeda-beda antara satu dan yang lainya. Ada tipe orang yang tidak bisa menerima bentakan dikarenakan sejak kecil tidak pernah menerima itu. Jika sudah begitu, lalu bagaimana? Apakah budaya ini masih layak untuk dipertahankan?

Dalih bentakan itu sebagai bahan belajar mahasiswa baru untuk memasuki dunia perkuliahan yang keras harus dilenyapkan. Karena, pada faktanya dunia perkuliahan yang keras ini tidak dilawan dengan bentakan, tetapi dilawan melalui logika yang cerdas. Tak jarang juga, banyak para mahasiswa baru yang akhirnya merasa dendam kepada pelatih ospek dan akhirnya memberikan doa jelek kepada pelatih ospek tersebut. Lalu, banyak juga ditemui mahasiswa baru yang menangis karena masih syok dibentak oleh pelatih ospek ini. Tak banyak juga pelatih ospek yang gila akan kehormatan. Mereka meminta mahasiswa baru untuk menghormatinya tanpa membantah ucapanya sekalipun. Sedangkan, mereka sendiri tidak dapat menghargai mahasiswa baru secara wajar. Mereka menuntut untuk dihormati, dihargai, disapa dengan menunduk khidmat, didengarkan omonganya. Sedangkan mereka sendiri tidak bisa memberikan timbal balik dari hal-hal yang sudah dilakukan oleh mahasiswa baru. Mereka tidak menoleh ketika disapa, mereka juga tidak mendengarkan pendapat mahasiswa baru, dan mereka juga berlaku sewenang-wenang kepada mahasiswa baru. Apakah itu adil? Jelas tidak.

Budaya ospek yang seperti ini yang harus dihilangkan dari peradaban. Ospek tetap harus menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi maba dan berjalan sesuai dengan tujuan awal dibentuknya, yakni sebagai sarana untuk memperkenalkan situasi dalam kampus. Hal ini jika tidak diberhentikan sekarang, maka akan terjadi secara turun temurun dan berkelanjutan dengan alasan balas dendam. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh pelatih ospek untuk mendisiplinkan mahasiswa baru selain melalui bentakan. Cara tersebut diantaranya adalah dengan memberikan peraturan yang tertulis dan mudah dipahami oleh mereka tentang hal yang harus mereka siapkan sebelum ospek dan memberikan sanksi yang dapat menimbulkan efek jera. Sanksi yang dimaksud disini bukanlah suatu kemarahan atau bentakan dari pelatih ospek, melainkan sanksi yang dapat mendukung mahasiswa baru tersebut untuk menjadi lebih baik.

jika hal tersebut dapat diterapkan dengan baik, maka pola berpikir dari mahasiswa baru akan berubah. Mereka tidak perlu lagi merasa takut selama mengikuti rangkaian kegiatan ospek ini. Mereka cukup datang lalu bersenang-senang dengan kegiatan tersebut. Jika hati mereka merasa senang selama menjalani kegiatan, maka ilmu yang disampaikan oleh pelatih ospek akan jauh lebih mudah diserap yang kemudian harapanya ilmu yang sudah diterima tersebut dapat membantu mereka dalam survive di kehidupan kampus selanjutnya. Hentikan stigma buruk terkait ospek kampus yang ada selama ini. Hentikan budaya ospek yang sudah kuno dan mari membangun budaya ospek yang jauh lebih modern dan bermanfaat lagi untuk kedepanya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image