Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rafly Bayu

Mengenal Net Zero Emission, Sebuah Keniscayaan di Indonesia

Eduaksi | Monday, 01 May 2023, 22:16 WIB

Istilah Net Zero Emissions akhir-akhir ini kembali populer. Meskipun istilah tersebut telah digunakan sejak tahun 2008, konsep Net Zero Emissions kini semakin mendapat perhatian khusus. Dimana bisa dilihat, ada lebih banyak perhatian dalam situasi yang berbeda. Dalam gelaran Konferensi Tingkat Tinggi Iklim yang diselenggarakan di Paris pada tahun 2015 menyatakan bahwa semua negara industri dan maju harus mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050.

Jika dilihat dari pengertiannya, Net Zero Emissions atau emisi nol karbon dioksida adalah kondisi dimana jumlah total emisi karbon dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang diserap bumi. Untuk mencapai hal tersebut, transisi dari sistem energi yang ada ke sistem energi bersih diperlukan untuk mencapai keseimbangan antara aktivitas manusia dan keseimbangan alam.

Carbon emissions atau emisi karbon dioksida memproses karbon dioksida dari rencana produsen menjadi kekuatan alam atau buatan manusia, seperti penebangan dan pembangkit listrik. Meningkatnya emisi karbon dioksida akan meningkatkan risiko konflik, kelaparan, banjir, gangguan ekonomi, dan migrasi massal penduduk negara itu pada abad ini.

Emisi karbon dapat menyebabkan dampak besar seperti perubahan iklim yang tak menentu yang dapat mengakibatkan banjir, kelaparan, hingga ketidakstabilan ekonomi. Selain itu, jika dibiarkan terus menerus, emisi karbon juga bisa mengakibatkan suhu udara meningkat dan menyebabkan pemanasan global. Hal ini tentu sangat berbahaya untuk keberlangsungan hidup makhluk hidup yang ada di bumi. Oleh karena itu, penting untuk mencegah pemakaian emisi karbon yang berlebihan untuk keberlangsungan hidup yang lebih baik.

Pada tahun 2022, laporan pasar terbaru International Energy Agency (IEA) menyatakan bahwa investasi global dalam efisiensi energi (seperti renovasi gedung, transportasi umum, dan infrastruktur kendaraan listrik) akan mencapai $560 miliar dan tumbuh sebesar 16% pada tahun 2023. Menurut data awal tahun 2023, ekonomi dunia menggunakan energi 2% lebih efisien daripada tahun 2022, tingkat pertumbuhan tersebut hampir empat kali lipat tingkat dua tahun terakhir dan hampir dua kali lipat tingkat lima tahun terakhir. Jika kemajuan dapat dicapai pada tingkat pembangunan saat ini di tahun-tahun mendatang, tahun 2023 dapat menjadi titik balik penting dalam efisiensi, yang merupakan salah satu bidang utama dalam upaya internasional untuk mencapai nol emisi pada tahun 2050.

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak dari emisi karbon tersebut yakni dengan menghemat atau efisiensi pemakaian dari listrik. Penerapan ini bisa dilakukan dari diri sendiri hingga perusahaan-perusahaan besar lainnya. Selain itu, mempertimbangkan aktivitas yang kita konsumsi sehari-hari juga dapat mengendalikan pemakaian emisi karbon. Misalnya, membeli pangan dari petani sekitar atau menanam sendiri di rumah. Hal ini akan mengurangi banyaknya energi yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kita dapat memangkas biaya transportasi, pemrosesan, hingga pengemasan makanan dan membiasakan diri untuk membeli makanan di tempat daripada dibungkus atau membawa wadah sendiri agar tidak menambahkan tumpukan sampah rumah tangga. Tak hanya itu, mengontrol pemakaian air juga bisa menjadi cara jitu untuk menanggulangi emisi karbon.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam upaya mengurangi dampak dari emisi karbon adalah mengurangi jumlah karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan (aktivitas) manusia pada kurun waktu tertentu, atau lebih sering dikenal dengan jejak karbon. Jejak karbon yang kita hasilkan akan memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan kita di bumi, seperti kekeringan dan berkurangnya sumber air bersih, timbul cuaca ekstrim dan bencana alam, perubahan produksi rantai makanan, dan berbagai kerusakan alam lainnya. Program tersebut bertujuan untuk menekan pencemaran lingkungan yang berpotensi mengakibatkan pemanasan global.

Lalu upaya apa yang harus kita lakukan untuk mewujudkan nol karbon dioksida? Bangunan berkonsep nol karbon adalah bangunan rendah emisi dan efisien secara fungsional. Berdasarkan konsep ini, sebagian besar kebutuhan energinya berasal dari sumber terbarukan. Berkat hal ini, emisi karbon yang dihasilkan sangat rendah. Selain itu, cara Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih awal adalah dengan mengembangkan Nilai Ekonomi Karbon (NEK), mengonversi BBM menjadi gas alam cair (LNG), pembangkit listrik, bisnis biofuel sebelum mengganti BBM dan mempercepat pemasangan panel surya. Salah satu yang terpenting adalah mengurangi penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU), yang berarti menetapkan pembangkit sebagai pembangkit baru dan terbarukan. Tapi bagaimana kita bisa memenuhi janji kita untuk mengurangi emisi karbon, memastikan inovasi dan revitalisasi ekonomi, di mana pasokan energi merangkak dari waktu ke waktu?

Upaya negara terhadap Energy Transition Mechanism (ETM) yaitu memberikan indikasi kuat bahwa Indonesia sebagai pemimpin global, dan terus merencanakan transisi yang sangat kompleks yang berpuncak pada prospek daya bersih bintang. Selain mempelajari ETM, Indonesia berkomitmen untuk melakukan transformasi energi dengan mengeksplorasi inovasi layanan untuk menciptakan lingkungan keuangan yang tepat bagi bisnis hulu. Ini termasuk pemeriksaan layanan pajak berupa sepeda motor sumbangan (seperti PPN dan PPN) serta pemeriksaan layanan kepabeanan sebelum memperkuat kemampuannya di bawah pengaruh kekuatan di Indonesia.

Indonesia akan terus berbenah agar basis memori tersebut senantiasa didukung oleh masyarakat dan layanan industri yang tepat, baik tahun 2030 atau 2060 atau sebelumnya. Transisi ini akan dimulai di Indonesia dengan mengarah pada sistematisasi layanan, teknologi, departemen informasi, dan modal. Saya Rafly Bayu Surya Wardhana sebagai mahasiswa Universitas Airlangga mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk mendukung gerakan Net Zero Emission untuk meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim yang telah terdampak oleh emisi karbon.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image