Mengapa Ditulis Bakso akan Tetapi Dibaca Baso?
Sastra | 2023-05-01 18:17:52Siapa di sini yang tidak mengenal makanan tradisional yang satu ini? tentu saja hampir dari kita semua psti sudah tak asing dengan makanan yang satu ini, selain rasanya yang nikmat makanan ini memliki berbagai macem jenis, seperti bakso malang, bakso aci dan sebagainya. Untuk kalian yang belum mengetahui makanan yang satu ini terbuat dari daging yang dilumatkan lalu dicampur dengan bahan lainnya sebagai pengembang atau bahkan penyedap rasa.
Nah kalian sadar tidak bahwa kita sering menyebutnya dengan kata "baso" bukan "bakso" , padahal sudah jelas di gerobak atau di tenda tertulis "bakso". Tentu saja fenomena ini tidak lagi asing mengingat bukan hanya kata bakso saja yang kehilangan huruf atau fonem "K" akan tetapi terdapat juga pada saat menyebut kata "mie" yang kita biasa sebut "mi". Hal ini dapat terjadi karena kita terbiasa mengikuti trend atau kebiasaan orang lain yang menurut kita bagus, bisa juga karena kita tidak ingin repot menyebutkan bunyi huruf yang ada atau tidaknya tidak menjadi masalah terhadap penafsiran makna kata itu sendiri.
Bahkan anak remaja kita yang rata-rata menyebutkan segala sesuatunya dengan bahasa gaul, seperti contohnya Bapak yang anak muda biasa sebut menjadi Bokap, Ibu menjadi Nyokap. Ini terjadi karena terdapat seseorang yang mengagas kata tersebut dan tersebar melalui sosial media atau bahkan teman-temannya. Tentu saja hal ini tidak bisa dianggap serius apabila kita sedang di tempat tongkrongan atau tempat biasa kita bergurau dengan sahabat kita, akan tetapi hal ini bisa menjadi ancaman kita apabila kita menggunakannya pada saat kita dengan atasan atau mungkin di depan calon mertua niatnya mau terlighat keren eh malah kena omelan dari calon mertua...
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.