Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Wildan Pradistya Putra

Optimalisasi Peran Perpustakaan untuk Meningkatkan Literasi

Eduaksi | Friday, 28 Apr 2023, 22:42 WIB
Ilustrasi Perpustakaan. (Sumber:Shutterstock)

Literasi merupakan hal yang sangat penting untuk anak. Bahkan, sekolah-sekolah Indonesia sendiri sudah menerapkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) setidaknya sejak tahun 2015. Jumlah perpustakaan di Indonesia pun menjadi terbanyak kedua di dunia pada 2019 dengan 164.610 unit. Indonesia hanya kalah dari India yang menempati posisi pertama dengan jumlah perpustakaan 323.605. Namun, faktanya minat baca anak Indonesia sampai saat ini masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan skor Ketegori Membaca Indonesia pada PISA 2018 yang menjadi skor terendah dari empat kali penyelenggaraan survei terakhir, yaitu 2009 sebesar 402, 2012 sebesar 396, dan 2015 sebesar 397. Merosotnya nilai Kategori Membaca PISA sendiri merupakan sebuah anomali.

Namun, kembali fakta lain menunjukkan disfungsi dan belum optimalnya pemanfaatan perpustakaan di Indonesia. Riset Perpustakaan Nasional 2017 menyatakan frekuensi membaca orang Indonesia 3-4 kali per minggu dengan lama membaca per hari 30-59 menit. Sementara itu, jumlah buku ditamatkan per tahun 5-9 buah. Hal ini seakan mengamini penelitian yang dilakukan PISA yang menunjukkan minat baca Indonesia yang tergolong rendah. Oleh karena itu, perubahan yang efisien dalam tubuh perpustakaan perlu digerakkan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar perpustakaan lebih menarik.

Pertama, mendesain ulang perpustakaan. Tak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan pengunjung yang datang mengunjungi perpustakaan ialah generasi milenial dan Z yang suka mempublikasikan kegiatan mereka sehari-hari lewat media sosial. Hal ini bisa menjadi sebuah peluang untuk menarik pengunjung perpustakaan. Pengelola perpustakaan dapat mendesain ulang tampilan atau muka perpustakaan yang memenuhi standar intragramable. Desain bisa dimungkinkan dengan wujud mencat ulang tembok perpustakaan, memberikan backgroud foto, dan menata ulang rak perpustakaan dengan rapi.

Kedua, menciptakan kegiatan-kegiatan produktif di perpustakaan. Selain untuk tempat membaca, perpustakaan juga dapat dijadikan tempat bermacam-macam kegiatan. Pengelola perpustakaan dapat membuat kegiatan bedah buku yang mengundang langsung penulis bukunya. Selain itu, pengelola perpustakaan dapat menyelenggarakan berbagai macam perlombaan yang berhubungan dengan literasi, misalnya lomba membaca puisi, menulis cerpen, meresensi buku. Kegiatan-kegiatan yang bersifat pengembangan diri ini penting untuk mengembangkan potensi anak-anak Indonesia.

Kegiatan lain yang perlu digalakkan adalah memberi space untuk penulis lokal daerah. Saat ini, sudah banyak bermunculan penulis baru yang berasal dari daerah yang perlu diekspos lebih dan karyanya layak untuk dibaca. Namun, mereka belum banyak mendapatkan tempat berekspresi. Buku-buku karya penulis lokal ini dapat ditempatkan dilokasi khusus yang dapat dilihat pengunjung perpustakaan. Hal ini juga dapat bertujuan menginspirasi pengunjung untuk mulai menulis dan menerbitkan karya. Akan ada pikiran bahwa “jika orang lain bisa kenapa saya tidak”.

Peningkatan minat baca anak Indonesia perlu ditingkatkan dengan maksimal. Salah satu sarananya melalui perpustakaan. Dengan perkembangan jaman sekarang yang segala sesuatunya serba dinamis menuntut perpustakaan menciptakan inovasi baru agar dilirik oleh pengunjung. Oleh karena itu, optimalisasi peran perpustakaan perlu dilakukan demi terwujudnya minat baca tinggi generasi-generasi emas bangsa Indonesia.

Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image