Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Romi Febriyanto Saputro

Urgensi Literasi Berbasis Keluarga

Pendidikan dan Literasi | Thursday, 20 Apr 2023, 23:01 WIB

Oleh : Romi Febriyanto Saputro (Pustakawan Ahli Madya Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen)

Kompas, 14 April 2023 memberitakan bahwa Survei Litbang Kompas bersama Tokopedia bertajuk “Survei Pengetahuan dan Perilaku Ekonomi Digital Gen Y dan Gen Z di Indonesia” menemukan bahwa digitalisasi telah meningkatkan level kebahagiaan keluarga Indonesia. Survei tersebut dilakukan pada Desember 2022 sampai dengan Februari 2023 dengan melibatkan 1.500 responden generasi Z yang berusia 17-25 tahun dan generasi Y (milenial) yang berusia 26-39 tahun dari 12 kota di Indonesia. Responden diminta membandingkan sejumlah aspek kehidupan pada masa sebelum dan setelah menggunakan teknologi digital dengan memberi nilai skor 1-10.

Hasilnya, indeks kebahagiaan keluarga, baik pada generasi Z maupun generasi Y, naik sebesar 1,2 poin setelah memanfaatkan teknologi digital, khususnya untuk bertransaksi digital. Sebelum memanfaatkan teknologi untuk bertransaksi secara digital, rata-rata nilai kebahagiaan responden berada pada skor 7,2. Setelah memanfaatkan teknologi, skor tersebut naik hingga 8,4. Tak hanya kebahagiaan keluarga, survei tersebut juga menemukan bahwa digitalisasi dapat meningkatkan frekuensi pemberian barang atau hadiah untuk keluarga. Digitalisasi meningkatkan skor frekuensi pemberian hadiah hingga 1,6 poin, yakni dari angka 6,1 menjadi 7,7.

Lebih dari seribu empat ratus tahun yang lalu Sang Pencipta Langit dan Bumi sudah membekali manusia untuk selalu berbudaya literasi (melek informasi) dengan perintah membaca. “Bacalah atas nama Tuhanmu!” adalah wahyu Allah pertama yang diturunkan kepada penduduk bumi. Membaca ialah proses untuk menelaah informasi yang ada pada media baca baik berupa buku, media massa dan tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang terbentang di langit dan bumi.

Membaca adalah bekal manusia untuk menjalani hidup di bumi milik Tuhan. Termasuk dalam mengelola keluarga yang merupakan miniatur dari negara. Keluarga melek informasi maka negara pun akan melek informasi. Keluarga kuat negara pun menjadi kuat. Membangun keluarga melek informasi artinya kita membangun negara untuk memanfaatkan informasi sebagai kekuatan untuk menyejahterakan rakyat.

Manusia pilihan Tuhan seperti Lukmanul Hakim adalah seorang kepala keluarga yang sangat menyadari betapa penting arti melek informasi bagi keluarganya. Beliau selalu menyajikan informasi yang berharga untuk anaknya. Sehingga meskipun beliau bukan nabi tetapi nama tukang kayu ini diabadikan dalam Al Quran.

Pertama, Lukman menasehati anaknya untuk tidak mempersekutukan Tuhan dengan tuhan-tuhan palsu selainNya. Orang tua yang melek informasi menginginkan anaknya untuk selalu menjadi hamba Tuhan yang baik. Bukan budak hawa nafsu, budak jabatan, dan budak harta benda. Lukman yang dulu hidup pada zaman teknologi kuno sudah menjalankan misi keluarga melek informasi. Orang tua di masa kini dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat tentu tak boleh kalah dengan Lukman.

Orang tua yang berliterasi adalah orang tua yang selalu sempat untuk memberikan nasehat harian kepada generasi penerus bangsa ini. Bukan hanya ketika ada masalah saja tetapi sebelum masalah terjadi bekal spiritualitas sudah diberikan kepada anak tercinta. Pembekalan naluri beragama tentu tak cukup dengan menitipkan anak di pondok pesantren saja ( baca termasuk sekolah keagamaan lainnya). Naluri beragama selaku hamba Tuhan perlu bimbingan dan teladan orang tua secara langsung. Pendidikan di luar rumah adalah sekedar menu tambahan saja untuk menguatkan jiwa tauhid pada sang anak. Pendidikan di dalam rumah itulah menu pokoknya.

Kedua, sekecil apa pun perbuatan walaupun sebesar biji sawi akan diberi balasan oleh Tuhan. Amal shaleh maupun amal salah sekecil apa pun akan dibalas oleh Tuhan. Lukman ingin membiasakan anaknya untuk melakukan kebaikan dari hal-hal yang sepele. Demikian pula dengan keburukan, Lukman ingin anaknya menjauhi keburukan sekecil apa pun agar kelak tidak terbiasa melakukan keburukan yang lebih besar lagi. Kebaikan dan keburukan adalah proses pembiasaan yang perlu diajarkan di rumah oleh orang tua. Orang tua adalah cermin hidup bagi anak-anaknya. Orang tua yang shaleh sangat berpeluang besar untuk melahirkan anak-anak yang shaleh. Jika orang tua menginginkan anak shaleh maka perlu didahului dengan usaha menjadi orang tua yang shaleh dulu.

Ketiga, mendirikan shalat, menyuruh kepada jalan kebaikan, menjauhi jalan keburukan, bersabar dalam menghadapi ujian hidup dan meninggalkan kesombongan dalam menjalani hidup. Mutiara nasehat seorang Ayah yang bernama Lukman ini memang luar biasa. Shalat yang baik akan menguatkan perilakau membela kebenaran dan perilaku meninggalkan jalan keburukan. Sabar dalam meniti jalan kebaikan dengan tetap rendah hati tanpa angkuh. Inilah fungsi literasi sesungguhnya semakin mendorong kuat untuk melahirkan kebaikan di mana saja dan kapan saja.

Gerakan untuk membangun keluarga literasi tentu tak terbatas pada ritual kampanye saja seperti seminar, pasang spanduk di berbagai tempat dan tagar di media sosial. Lebih penting lagi adalah ada aksi nyata dengan melibatkan sekolah di tanah air. Sekolah selain merupakan tempat peserta didik menimba ilmu sejatinya perlu difungsikan untuk mendidik orang tua murid agar bisa menjadi orang tua yang melek informasi. Terutama paham informasi untuk mendidik anak di rumah. Sinergi antara sekolah dan orang tua diharapkan akan menghasilkan anak didik yang melek informasi.

Anak yang melek informasi tentu tak mudah terjebak pada pergaulan bebas, zina dini, narkoba dan pornografi. Orang tua yang berjiwa literasi akan berusaha membangkitkan nuansa “rumahku surgaku”. Jika rumah nyaman untuk berteduh, komunikasi penghuni dalam rumah begitu hangat, dekat di mata sekaligus dekat di hati, nilai religius dan spiritual memancar di dalamnya tentu anak akan merasa betah di rumah. Rumah akan selalu menjadi surga yang selalu dan sangat dirindukan baik oleh ayah, ibu maupun anak.

Rumah yang menyatukan hati sang penghuni dengan aktivitas bersama lahir dan batin. Hari ini banyak rumah dengan para penghuni yang tinggal bersama namun secara batin mereka terpisah jauh. Lebih ironis lagi jika sang anak tidak menjumpai sang ayah karena ayah sibuk nongkrong di warung tetangga. Padahal kehadiran ayah di rumah sangat dibutuhkan anak untuk belajar tentang ketegasan dan keberanian dalam menghadapi hidup. Untuk memperkuat jiwa sabar dan lembut yang sudah didapat dari ibu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image