Julukan Fatherless Country dipengaruhi oleh Pelestarian Sistem Patriarki ?
Parenting | 2023-04-19 09:32:36
Indonesia dinobatkan sebagai "The Third Fatherless Country" (Sumber : Pexels), hal ini merupakan dampak dari dilestarikannya sistem patriarki di Indonesia sampai saat ini. Sistem patriarki sendiri merupakan sebuah pandangan atau dapat dikatakan sebagai sebuah tradisi yang ada di masyarakat, berhubungan dengan peran antara perempuan dan laki-laki, dimana dalam sistem patriarki ini laki-laki memiliki kedudukan lebih tinggi daripada perempuan.
Julukan Fatherless Country menurut Elmer Smith psikolog Amerika, sebenarnya merujuk pada peran ayah dalam mendidik seorang anak di suatu daerah atau kota, misalnya Indonesia. Peran ayah ini harus ada, bukan hanya wujud fisik sebagai ayah, namun seorang ayah harus ikut serta dalam mengasuh anak. Peran ayah dalam mengasuh anak adalah mengajari tentang maskulinitas, tanggung-jawab sebagai seorang laki-laki, logika, kepemimpinan, dan juga ketangkasan fisik.
Peran ayah merupakan suatu hal yang sangat penting untuk perkembangan seorang anak, ayah merupakan salah satu pondasi pembentuk karakter, tingkah laku, serta pola pikir. Jika ayah tidak mengambil peran untuk mengasuh anak, maka anak tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Memasak, mencuci, dan mendidik anak dalam sistem patriarki hal tersebut merujuk pada "kodrat" wanita, pada kenyataannya kodrat wanita hanyalah 3, yaitu mengandung, melahirkan, dan menyusui. Dalam mendidik anak harusnya pria dan wanita saling bekerja sama, namun pada kenyataannya adalah yang mendidik anak hanyalah seorang wanita. Pria dalam sistem patriarki hanya bertugas untuk mencari nafkah dan selesai begitu saja tanpa memikirkan pekerjaan rumah atau mengurus anak.
Sistem ini dapat menyebabkan anak-anak di Indonesia, khususnya perempuan dibatasi hak nya, pekerjaan rumah dilimpahkan seluruhnya ke perempuan, tidak ada kesetaraan gender, perempuan dipandang rendah, lemah, dan tak berdaya. Peran laki-laki dan perempuan yang seharusnya sama, tidak dapat dilaksanakan apabila budaya patriarki ini terus dilestarikan.
Namun, pada kenyataannya budaya ini sudah sangat mengakar dan mendarah daging sejak dahulu di negara kita, sangat sulit untuk lepas dari jeratan budaya ini jika kita terus melestarikan dan tidak mau merubah mindset kita. Nasib para generasi penerus bangsa akan terancam jika sistem ini terus dilestarikan, contohnya banyaknya kasus pelecehan pada perempuan yang didasari kekuasaan laki-laki yang mendominasi, banyaknya wanita yang memilih hidup sendiri, dan angka pernikahan dan kelahiran semakin berkurang.
Di media sosial banyak sekali pro kontra terhadap pelestarian sistem ini di era modern, karena saat ini kesetaraan gender dan emansipasi wanita seharusnya lebih dijunjung tinggi, mengingat tidak ada batasan gender dalam dunia modern. Semua berhak bekerja, berhak menentukan pilihannya sendiri tanpa adanya dominasi atau pengaruh dari suatu pihak, bebas berekspresi tanpa merasa tertekan, dan kebebasan lainnya.
Sejatinya sistem patriarki menjadi hambatan berlangsungnya kehidupan yang seimbang, di era seperti ini seharusnya kita fokus pada pengembangan kualitas hidup manusia yang pastinya didukung oleh adanya kelengkapan peran orang tua, lingkungan yang aman, serta terjaganya mental anak. Jangan sampai pelestarian sistem patriarki menyebabkan kualitas kepribadian generasi penerus bangsa semakin buruk.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.