Mahasiswa dan Tantangan Zaman
Edukasi | 2023-04-18 02:14:01Secara filosofis zaman di Indonesia terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu zaman Indonesia kuno, Indonesia baru dan Indonesia modern. Zaman Indonesia kuno yaitu dari sejak zaman kerajaan tertua hingga abad 14 (empat belas). Zaman Indonesia baru yaitu sejak zaman perkembangan perkembangan budaya islam hingga abad ke 18 (delapan belas). Zaman Indonesia modern membahas tentang pristiwa pada masa hindia belanda (1800M) dari kemerdekaan hingga masa kontemporer. Dan kita masuk kepada zaman modern.
Menjadi mahasiswa di zaman modern tidaklah mudah. di era modern ini perkembangan dari segala aspek sangatlah signifikan entah dari teknologi atau sosial budaya. mulai dari anak-anak, pejabat, mahasiswa dan masyarakat luas tentunya sudah tidak asing dengan teknologi informasi salah satunya adalah smartphone, zaman seakan memaksa kita untuk mengikuti arah yang dibuat, seakan memaksa untuk setiap individu agar selalu melek akan teknologi informasi. Banyak hal yang mudah kita ketahui melalui teknologi dizaman modern ini misalnya. Berita, hiburan dan masih banyak hal yang bisa kita dapatkan melalui teknologi di zaman modern ini. Ciri-ciri modernisasi dalam ruang lingkup masyarakat salah satunya pengelompokan masyarakat (individualseme) dan cara berfikir masyarakat yang rasional.
Dampak positif modernisasi adalah anatara lain adalah berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, akses informasi lebih mudah dan cepat dan masih banyak dampak negatif dari modernisasi ini. Adapun dampak negatif daripada modernisasi ini tidak lain adalah munculnya siatem masyarakat yang mudah dikendalikan, hoax, penggiringan opini publik oleh media masa dan ini menjadi celah untuk sebagian petinggi kapitalis, tergesernya budaya dalam negeri oleh budaya luar dikarenakan mudahnya mengakses budaya luar negeri tanpa adanya filter sama sekali
Dampak tersebut bisa menjadi boomerang untuk sebagian orang, belum lagi di sebagian masyarakat daerah yang belum maksimal dalam mempergunakan teknologi karena belum terexposenya daerah tersebut oleh sinyal yang menjadi hal yang fundamental untuk menjalankan teknologi tersebut. Jadi masyarakat yang mengikuti perkembangan akan menjadi lebih berkembang dan yang tidak mengikuti akan jauh lebih tertinggal. Mahasiswa yang senantiasa disematkan sebagai generasi yang paling di andalkan dan pembawa perubahan (agen of change) harus senantiasa ikut berperan menghadapi era modernisasi yang dapat menimbulkan kesenjangan di dalam masyarakat. Memberi terobosan baru dan menciptakan paradigma sebagai edukasi terhadap kesenjangan yang ada Entah perbedaan dari ekonomi, pendidikan dan lain-lain.
Bila dilihat dari pola tingkah laku dan gaya hidup modern sekelompok orang yang mengikuti tuntunan zaman ada suatu fenomena dimasyarakat yang dimana fenomena tersebut (hedonisme) kelompok orang tersebut bisa dikatakan hidup dengan kesenangan dan berfoya-foya disituasi yang tidak tepat. Contohnya membeli barang branded yang nilai jualnya semakin menurun setiap tahun. Membeli barang sebagai keinginan bukan kebutuhan Peran mahasiswa disini harusnya bisa merasionalisasikan keadaan bukan malah menjadi pelaku utama.
Mementingkan barang-barang yang mempunyai nilai yang turun setiap tahunnya adalah hal yang tidak efisien di era modern seperti ini. Tetapi dibalik itu semua ada beberapa kelompok orang yang sangat mementingkan aset berkepanjangan dimana mereka mementingkan barang yang nilai jualnya semakin tinggi setiap tahunnya. Mahasiswa sebagai sosial control harus ikut serta berperan untuk meminimalisir dampak negatif daripada modernisasi ini. Mengubah paradigma masyarakat yang semula konsumtif menjadi produktif dalam rangka meminimalisir dampak negatif dari fenomena gaya hidup hedonisme,
Menjadi mahasiswa dengan dinamika dan tantangan zaman yang semakin maju dan tentunya banyak dampak terhadap kehidupan sosial. Mahasiswa diharuskan untuk menjadi garis terdepan dalam mengontrol keadaan agar tidak menjadi hiruk-pikuk dan kesenjangan dialam masyarakat luas. Dengan edukasi penggiringan opini oleh media masa agar masyarakat tidak mudah menyimpulkan keadaan hanya dengan media namun fokus kita bukan kepada hal tersebut tetapi lebih kepada edukasi gaya hidup (hedonisme) masyarakat konsumtif yang cenderung memikirkan diri sendiri (individualis).
Mengejar kenikmatan memang tidak sepenuhnya salah seperti apa yang dikatakan seorang Filsuf yunani kuno EPICURUS menyematkan bahwa " Sudah menjadi sifat manusia melakukan sesuatu demi mendapatkan ketenangan karena pada dasarnya manusia memiliki kenikmatan alamiah yang harus di penuhi, jika keinginan tidak terpuaskan maka manusia akan merasakan sakit dan penderitaan" Tentu dana hedonisme yang dimaksud seorang filsuf ini berbanding terbalik dengan hedonisme di zaman sekarang yang liar dan brutal. Hedonisme pada zaman ini cenderung kepada petualangan hasrat dan sumber-sumber kenikmatan baru karena belum puasa dengan apa yang sudah dimiliki.
Oleh : Wawa Kuswara
Mahasiswa Ilmu Hukum UMJ
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.