Bedak Bayi Johnson Picu Kanker Ovari?
Info Terkini | 2023-06-20 10:19:33Bedak bayi Johnson & Johnson (J&J) selama ratusan tahun sangat familiar besinggungan dengan kulit bayi yang halus. Tidak hanya digunakan pada bayi, wanita dewasa juga menggunakan produk ini untuk mengurangi biang keringat, iritasi di daerah lipatan atau hanya sekedar memberi rona segar pada wajah. Namun di tahun 2013 terdapat kabar yang mengejutkan. Untuk pertama kalinya J&J dihadapkan dengan tuntutan bahwa produk bedak yang mereka jual menyebabkan kanker ovarium. Tuntutan disampaikan Deane Berg yang didiagnosis menderita kanker tersebut. Di tahun-tahun selanjutnya tuntutan semakin banyak, dilansir dari fortune.com terdapat 60.000 penggugat menuntut hal yang serupa.
Berdasarkan dokumen pengadilan, J&J sudah mengetahui bahwa bedaknya terkontaminasi asbes sejak tahun 1950-an. Namun pihak perusahaan ini tetap berdalih bahwa bedak yang mereka edarkan telah teruji secara klinis: aman, tidak mengandung asbes dan tidak menyebabkan kanker. Pernyataan ini menimbulkan tanda tanya sekaligus jawaban setelah bulan Mei 2020 pihak J&J mengumumkan bahwa mereka menghentikan penjualan bedak bayi berbahan dasar talek (talc) di AS dan Kanada, tetapi akan terus melakukan penjualan secara internasional.
Sebenarnya apa kaitan talc dan asbes? Kenapa dua kata kunci menjadi biang keladi runtuhnya kejayaan J&J?
Dilansir dari sehatq.com talc merupakan salah satu bahan yang umum ditemukan dalam produk kosmetik, salah satunya produk bedak bayi. Bila ditinjau secara kimiawi, talc merupakan magnesium silika hidro yang tersusun dari mineral alami magnesium, silikon, oksigen dan hidrogen. Talc diambil dari kumpulan endapan tambang, digiling menjadi bubuk putih, lalu dimurnikan sebelum menjadi produk perawatan kulit. Bubuk ini banyak dikenal publik untuk menyerap kelembaban, mencegah terjadinya gumpalan serta membuat riasan wajah menjadi merata. Dibalik segudang manfaat yang dihadirkan oleh produk ini, tersimpan bahaya yang mengintai, salah satunya kontaminasi asbes. Karena berasal dari endapan tambang, tidak menutup kemungkinan bahwa bedak talc bisa terkontaminasi asbes apabila lokasi penambangan bedak tidak dipilih dengan hati-hati. Asbes dikenal memiliki sifat karsinogenik yang dikaitan dengan kanker ovarium.
Hubungan antara risiko kanker ovarium dan paparan asbes disampaikan oleh Monographs Working Group yang diadakan pada Maret 2009 oleh International Agency for Research on Cancer (IARC). Setelah mempertimbangkan potensi peran kebetulan, kerancuan, dan bentuk bias lainnya, kelompok penelitan ini menyimpulkan bahwa bukti cukup untuk hubungan kausal antara asbes dan kanker ovarium. Lebih lanjut Camergo dan rekan-rekannya melakukan penelitian mengenai paparan asbes dan kanker ovarium menggunakan meta-analisis dan mereka sepakat untuk mendukung kesimpulan IARC bahwa paparan asbes dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker ovarium.
Mesothelioma.com menuturkan ada dua cara utama asbes dapat mencapai ovarium:
- Menerapkan produk yang terkontaminasi asbes (seperti bedak) ke alat kelamin. Serat kemudian melakukan perjalanan melalui sistem reproduksi.
- Menghirup atau menelan asbes. Serat kemudian berjalan melalui aliran darah atau sistem limfatik ke ovarium.
Pengujian independen yang dilakukan oleh The Environmental Working Group (EWG) pada tahun 2020 menemukan 15% sampel kosmetik talc mengandung serat asbes. Akibatnya, pekerja dan konsumen terus berisiko terpapar asbes.
Untuk konsumen yang khawatir mengenai keamanan produk yang mengandung bedak dan kemungkinan terpapar asbes, penulis menyarankan untuk menghindari, membatasi penggunaan atau mencoba alternatif lain (misalnya bedak berbahan tepung maizena). Untuk memastikan apakah produk mengandung talc, konsumen bisa memeriksanya dengan melihat keterangan komposisi pada kemasan yang mengandung talc, talcum powder atau magnesium silicate. American Academy of Pediatrics juga tidak merekomendasikan penggunaan bedak bayi karena apabila terhirup atau digunakan di sekitar daerah kewanitaan, maka dapat menyebabkan permasalahan pada pernafasan hingga menyebabkan kanker ovarium.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.