M-Zone Malang, Mampukah Lejitkan Potensi Pemuda?
Info Terkini | 2023-04-07 21:55:32Awal April 2023, pemerintah kota Malang meresmikan M-Zone dan UMKM center. M-Zone merupakan rumah E-Sport yang menjadi wadah para pemuda melakukan olahraga digital. M-Zone Malang sendiri merupakan yang pertama di Indonesia.
Wali Kota Malang, Drs. H. Sutiaji menyatakan jika potensi subsektor aplikasi dan game di kota Malang sangat luar biasa. Harapannya M zone akan menjadi inkubasi anak-anak muda yang berkaitan dengan IT. E-sport sendiri dianggap menjadi peluang dalam penyaluran bakat generasi muda bahkan perputaran ekonomi. M-Zone diharapkan menjadi pusat para gamers yang juga akan mampu meningkatkan ekonomi untuk para pegiat UMKM daerah.
Tapi mungkinkah M-Zone akan semakin melejitkan potensi para pemuda?
E-Sport memang menjadi salah satu olahraga yang sedang hits dikalangan anak muda di era digital. Bahkan berbagai turnamen diadakan baik skala nasional maupun internasional. E-Sport sendiri juga dianggap memiliki dampak positif bagi pemuda, diantaranya meningkatkan konsentrasi dan koordinasi mata dan tangan, meningkatkan keterampilan kerja tim, dan mengurangi stres dan meningkatkan mood. Selain itu jika mengikuti turnamen dan menang, ada hadiah yang cukup besar bagi para pemenang.
Namun, di sisi lain banyak sekali dampak negatif saat E-Sport ini dilakukan dalam waktu yang panjang. Apalagi pemain profesional harus menghabiskan waktu sekitar 8 jam sehari untuk melatih skill gamingnya. Zaidhi Yusuf Akbar, Psikolog sekaligus dosen di UMP Purwokerto, dalam hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa dampak E-Sport secara umum adalah permasalahan kecanduan game akhirnya menurunkan prestasi belajar dan hubungan dengan orang lain. Selain itu, dari sisi kesehatan para pemain E-Sport dalam jangka panjang diantaranya gangguan kesehatan mental, gangguan postur tubuh, masalah kesehatan mata, kurangnya aktivitas fisik, dan gangguan kesehatan tidur. Olahraga yang sejatinya untuk kesehatan fisik dan mental beralih kepada permainan digital yang malah menurunkan kesehatan tubuh.
Faktor ekonomi lagi-lagi menjadi alasan tertinggi dibiarkannya olahraga ini di kalangan pemuda. Padahal sudah jelas memiliki dampak negatif bagi mereka terlebih pemuda yang seharusnya dididik untuk cerdas dengan ilmu pengetahuan, teralihkan dengan permainan yang melenakan dan menurunkan minat belajar. Banyak pemain E-Sport muda yang akhirnya menghentikan studi mereka karena alasan profesionalitas sebagai gamer.
Lalu bagaimanakah visi pendidikan menjadikan generasi cerdas dari segi IMTAQ dan IPTEK?
Pendidikan saat ini memang arahannya cenderung kepada sektor ekonomi. Segalanya diapresiasi asalkan mampu menghasilkan dari segi ekonomi. Sehingga terwujudlah generasi yang hanya berpikiran masalah menghasilkan uang dan kesenangan belaka. Agama dirasa adalah ranah ibadah yang merupakan hal privat. Sehingga saat berkehidupan, semua ditujukan pada nilai ekonomi. Bahkan, apapun termasuk hal yang melanggar perintah agama. Gaya hidup hedonis juga tersebar di kalangan pemuda. Alhasil hidup untuk cuman cuman cuan. Ditambah beban hidup dari segi ekonomi juga meningkat sehingga fokus pemuda adalah mandiri dari segi finansial. Mereka berusaha melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan dalam hidupnya.
Saat menjadi gamer dianggap hal yang menghasilkan dan menyensngkan, profesi ini semakin digandrungi. Sehingga pemuda fokus peningkatan skill bermain dan memberikan 8 jam bahkan lebih hidupnya di depan layar. Sampai-sampai ada yang lupa makan, ibadah, dan tak mau lagi belajar. Pribadinya menjadi antisosial. Aktivitas mubah yang akhirnya bisa mengarah pada keharaman. Potensi pemuda yang begitu besar teralihkan sekedar untuk game dan cuan.
Hal ini sangat berbeda dengan kehidupan yang tetapkan dalam Al-Qur'an. Pendidikan dalam Islam mengarahkan generasi menjadi seorang yang beraqidah kuat, menjadi para alim ulama dan seorang berilmu dunia yang bermanfaat bagi masyarakat. Hidupnya digunakan untuk ibadah dan mendulang amal jariyah. Mereka dicetak menjadi generasi yang bertaqwa dan menjadi pemimpin umat.
Dalam Islam, negara harus memprioritaskan pendidikan dan pendidikan menjadi tanggung jawabnya. Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah, Rasul saw. sebagai kepala Negara Islam di Madinah saat menetapkan tebusan bagi tahanan di Perang Badar dengan mengajarkan baca-tulis kepada sepuluh orang Muslim. Sebagai kepala Negara Islam, Rasulullah saw. menggratiskan biaya pendidikan dengan pembiayaan dari Baitul Mal.
Hal ini pun dilanjutkan oleh Khafifah-Khalifah setelahnya. Para Khalifah menyediakan infrastruktur dan laboratorium yang dibutuhkan untuk pendidikan.
Selain itu, pemerintah akan melarang masuknya tsaqofah asing yang bertentangan dengan Islam, seperti paham liberal, sekuler, kapitalis, hedonis, dan komunis.
Permainan digital akan dibatasi hanya game yang mendukung pendidikan. Pemerintah akan mencegah para pemuda untuk menghabiskan hidupnya dalam hal kemubahan yang malah melenakan dan mengalihkan visi ibadah pada Rabbnya.
Hal ini didukung dengan sistem pemerintahan Islam dan Ekonomi dalam Islam. Dari segi pemerintah, pemerintah dalam Islam akan memberikan kebijakan sesuai dengan syariat termasuk di sektor pendidikan dan sosial. Dari segi sistem ekonomi, ekonomi akan diatur berdasarkan Islam seperti pengaturan kepemilikan yang melarang swastanisasi sumber daya alam. Sehingga sumber daya alam yang merupakan kepemilikan umum (umat) mampu dikelola sepenuhnya oleh negara dan dikembalikan lagi kepada rakyat berupa pendidikan dan kesehatan gratis yang bisa didapatkan oleh semua rakyat. Oleh karena itu, para pemuda akan fokus untuk belajar dan melejitkan potensinya, membekali dirinya sebanyak-banyaknya untuk menjadi pemimpin bangsa di masa depan. Mereka tidak lagi fokus memikirkan masalah ekonomi.
Khalifah Umar bin Khaththab ra. pernah menggaji guru-guru yang mengajar anak-anak kecil di Madinah, sebanyak 15 dinar setiap bulan. Gaji ini beliau ambil dari Baitul Mal.
Pada zaman Abbasiyah, Al Kuttab (sekolah dasar) banyak didirikan oleh Khilafah, menyatu dengan masjid. Di sana juga dibangun perpustakaan. Pendidikan tinggi pertama pada zaman itu adalah Bait Al Hikmah, yang didirikan oleh Al Ma’mun (830 M) di Baghdad. Selain berfungsi sebagai pusat penerjemahan, juga digunakan sebagai pusat akademis, perpustakaan umum dan observatorium (Philip K Hitti, History of the Arabs, 514-515).
Setelah itu, baru muncul Akademi Nidzamiyyah yang dibangun antara tahun 1065-1067 M. Akademi yang kemudian dijadikan oleh Eropa sebagai model perguruan tinggi mereka (Reuben Levy, A Baghdad Chronide, Cambridge: 1929,193).
Seluruhnya disediakan oleh negara karena tanggung jawab Khalifah menyediakan pendidikan untuk rakyatnya. Dengan demikian pemuda akan melejit dan menjadi generasi emas. Sejarah membuktikan banyak sekali para ulama dan ilmuwan yang lahir dari rahim kekhilafahan Islam. Hal ini karena Islam sangat mengedepankan pendidikan dan ilmu bagi umatnya.
WaAllahu'alam
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.