Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kang Guru

Korupsi Vs Puasa: Kenapa Sama-Sama Bikin Laper?

Pendidikan dan Literasi | Sunday, 02 Apr 2023, 08:44 WIB

Siapa yang tidak kenal dengan korupsi? Tindakan melawan hukum ini memang sudah menjadi hal yang lazim terjadi di negara kita. Sementara itu, puasa menjadi ibadah yang wajib dilakukan oleh umat muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Meski keduanya berbeda jauh dalam konteks dan sifatnya, namun siapa sangka, ternyata korupsi dan puasa punya satu kesamaan: bikin laper!

Ketika seseorang melakukan korupsi, ia mengambil sesuatu yang bukan haknya dan memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak halal, cara batil. Ironisnya, hal ini juga terjadi pada saat kita berpuasa. Kita menghindari makan dan minum, namun malah merasa semakin lapar dan haus. Kita seringkali menjadi tidak sabar dan menginginkan makanan yang enak-enak.

Ternyata, hal ini bukanlah tanpa sebab. Saat kita berpuasa, tubuh kita tidak mendapatkan asupan makanan dan minuman seperti biasa. Akibatnya, tubuh mengeluarkan cadangan glukosa yang tersimpan di dalam hati dan otot sebagai sumber energi. Ketika cadangan glukosa sudah habis, tubuh mulai membakar lemak sebagai sumber energi alternatif. Proses Pembakaran lemak ini menghasilkan senyawa asam lemak bebas yang diubah menjadi keton*) sebagai sumber energi.

Keton yang dihasilkan tubuh saat puasa ternyata juga memiliki efek yang sama seperti saat kita makan makanan yang enak. Keton ini memicu penghambatan hormon ghrelin yang menstimulasi rasa lapar dan haus. Selain itu, keton juga mempengaruhi aktivitas syaraf yang bertanggung jawab atas rasa lapar dan haus.

Tapi jangan khawatir, kita bisa mengatasinya dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan berkhasiat saat berbuka puasa. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan gula berlebih, karena makanan tersebut dapat mengganggu rasa lapar dan haus.

Kembali ke korupsi, jika kita terus mengabaikan bahaya korupsi, maka dampak buruknya akan semakin terasa oleh masyarakat. Korupsi merusak tata kelola negara, memiskinkan rakyat, dan merusak kepercayaan publik terhadap pemerintah dan sistem yang ada. Oleh karena itu, kita harus berjuang bersama untuk memberantas praktik korupsi dari masyarakat. Dan harus ada solusi yang membuat efek jera, misalkan hukuman mati.

Dalam menjalankan ibadah puasa, kita juga harus berusaha untuk menghindari tindakan-tindakan yang dapat merusak puasa kita, seperti memakan makanan atau minuman yang tidak halal, atau berperilaku tidak sopan dan tidak bermoral.

Jadi, meski korupsi dan puasa sama-sama bikin laper, namun dampaknya sangat berbeda. Sementara korupsi merusak tata kelola negara, puasa adalah ibadah yang dapat membersihkan jiwa dan meningkatkan kesadaran sosial kita.
Salam Literasi

Kota Hujan, 11 Ramadhan 1444H

*) Keton atau biasa disebut juga sebagai badan keton adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh tubuh manusia ketika sedang melakukan metabolisme lemak. Keton terdiri dari tiga senyawa utama yaitu aseton, asam beta-hidroksi butirat, dan asam asetoasetat. Keton biasanya diproduksi oleh tubuh saat ketersediaan glukosa dalam darah rendah, seperti saat berpuasa atau diet rendah karbohidrat. Ketika tubuh kekurangan glukosa, tubuh mulai membakar lemak sebagai sumber energi dan menghasilkan keton. Ketika kadar keton dalam darah meningkat, kondisi ini disebut dengan ketosis. Ketosis biasanya dianggap sebagai kondisi alami dan normal bagi tubuh manusia, terutama saat sedang melakukan puasa atau diet rendah karbohidrat. Namun, jika kadar keton dalam darah terlalu tinggi, hal ini dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang berbahaya seperti ketoasidosis.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image