Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Supadilah

Strategi Mengatur Keuangan di Bulan Ramadhan

Gaya Hidup | Sunday, 02 Apr 2023, 04:24 WIB

Pernah nggak merasa kalau pengeluaran selama bulan Ramadan justru lebih banyak daripada bulan-bulan lainnya? Padahal di bulan Ramadan konsumsi kita jauh berkurang, lho. Kalau biasanya di makan tiga kali sehari, di bulan Ramadan hanya dua kali sehari.

ilustrasi mencatat keuangan (sumber gambar: Canva Pendidikan)

Sebelum tiba waktu berbuka kita juga tidak makan siang, jajan atau ngopi sebelum berbuka. Maka, seharusnya pengeluaran pun berkurang juga kan? Tapi ternyata malah sebaliknya, pengeluaran malah membengkak.

Hayo, mengapa pengeluaran di bulan Ramadan malah bertambah banyak?

Pertama, harga barang semakin naik.

Selama bulan Ramadan permintaan terhadap kebutuhan barang-barang semakin naik. Sementara, ketersediaan barang tetap. Daya konsumsi terhadap kebutuhan pokok juga semakin banyak, sementara produksinya tetap.

Kedua, ada kesan ‘balas dendam’

Saat berpuasa itu kita menahan lapar dari pagi hingga sore. Saat lapar itu semua makanan terlihat enak rasanya. Kita pengen beli gorengan, roti, kolak pisang, dan lainnya. Berbagai minuman terlihat menggoda seperti es teh manis, coklat, jus dan lainnya. Semua lauk seakan ingin dimakan semuanya. Semua hidangan ingin dicicipi. Lalu semuanya dibeli.

Nah, inilah yang membuat pengeluaran di bulan Ramadan semakin membengkak. Kita seperti balas dendam. Setelah seharian menahan lapar dan haus lalu mau makan sebanyak-banyaknya.

Padahal, setelah berbuka, nasi dan lauk secukupnya juga sudah terasa kenyang. Padahal, berbagai makanan terlanjur terhidang. Masih banyak hidangan yang belum tersentuh. Akibatnya banyak makanan dan minuman yang menjadi mubazir atau sia-sia.

Ramadan itu bukanlah bulan ‘balas dendam’. Ramadan harusnya membuat kita lebih bisa mengendalikan diri dari nafsu termasuk nafsu makanan. Nah, mulai dari sekarang coba lebih dipahami makna puasa ya. Puasa itu artinya menahan. Salah satu hikmahnya adalah merasakan kekurangan kondisi yang dirasakan oleh fakir dan miskin yang kadang makan kadang tidak atau makan.

Lalu apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatur keuangan saat Ramadan?

1. Membuat perencanaan keuangan

Hal yang paling penting mengatur keuangan di bulan Ramadan adalah membuat perencanaan. Rincilah semua pendapatan dan pengeluaran.

Ada pendapatan dari penghasilan utama dan penghasilan sampingan. Perkirakan apa saja dan berapa penghasilan selama bulan Ramadan.

Ada pula pengeluaran tetap dan pengeluaran tidak. Tuliskan pula secara rinci berbagai pengeluaran baik besar maupun kecil. Rinci pola tagihan baik rumah operasional dan komunikasi silaturahim dan lainnya.

Akan lebih baik jika rincian keuangan itu dicatat sehingga kita bisa tahu apa saja pengeluaran dan pendapatannya. Ya, sebaiknya dicatat. Bukan hanya ada dalam pikiran saja.

Dalam buku Jago Atur Duit tertulis “Tanpa ada pencatatan yang baik diskusi seputar uang belanja menjadi tak terarah dan sulit menemukan jalan keluar jika terjadi masalah.”

Yuk, dicatat didiskusikan lalu disepakati bersama anggota keluarga lain terutama pasangan kita. Mulailah cermat untuk berbagai anggaran selama bulan Ramadan.

2. Menyiapkan Bekal Lebih Maksimal

Menyiapkan keuangan di bulan Ramadan itu seperti pepatah berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian. Ada baiknya kita menyiapkan keuangan yang lebih besar daripada biasanya. Bukan untuk konsumsi yang lebih berlebihan tetapi untuk ibadah bulan Ramadan yang lebih maksimal. Misalnya untuk sedekah yang lebih banyak di bulan Ramadan karena pahalanya berlipat ganda. Begitu pula dengan santunan anak yatim atau zakat fitrah.

Maka, sebelum Ramadan harusnya kita semakin giat bekerja sebagai bekal menghadapi Ramadan. Setelah itu kita harus cermat dalam mengelolanya.

Sebanyak apapun uang yang kamu punya akan habis jika tak pandai mengelolanya.

Kaukabus Syarqiyah

3. Mengalihkan Alokasi Pengeluaran

Perlu juga mengalihkan pengeluaran lain untuk pengeluaran di bulan Ramadan. Misalnya alokasi hiburan, travelling, hobi dan lainnya yang bisa dikurangi dan dialihkan untuk kegiatan relevan dengan Ramadan. Mulailah cermat memilih prioritas pengeluaran.

4. Mengurangi Buka Bersama

Buka bersama itu perlu. Banyak manfaatnya termasuk menguatkan silaturahmi. Tetapi kalau serig-sering bisa membengkak pengeluaran kita. Rancanglah buka bersama yang sangat penting. Tolak atau hindari jika tidak terlalu penting. Konsekuensinya teman bisa dianggap sombong atau tidak mau berbaur. Tapi kita bisa hilangkan anggapan keliru itu dengan sikap baik kita kepada mereka.

5. Menyisihkan Anggaran Untuk Mudik

Bulan Ramadan ditutup dengan Idul Fitri yang identik dengan mudik. Untuk yang merencanakan mudik baiknya menyiapkan anggaran untuk mudik sejak awal Ramadan. Bahkan lebih baik hari-hari sebelumnya. Mulailah mengetatkan pengeluaran untuk menyisihkan bekal mudik yang lebih maksimal.

6 Melakukan Studi Banding

Kita juga bisa melakukan studi banding kepada keluarga lain tentang pengeluaran mereka selama bulan Ramadan. Mungkin tidak mendapatkan informasi yang begitu detail tetapi gambaran besarnya saja. Lalu kita coba terapkan pada keuangan keluarga kita. Mudah-mudahan komitmen atur keuangan selama ramadan akan membuat Ramadan lebih berkualitas.

Banyak cara untuk kita terapkan mengelola keuangan selama bulan Ramadan. Kalau kita melek dengan internet bisa mencari berbagai referensi dengan IndiHome sebagai provider internet milik PT Telkom Indonesia sebagai kepercayaan keluarga Indonesia.

IndiHome sebagai provider internet kepercayaan keluarga kami juga setia menemani aktivitas di bulan Ramadan. Kadang ketika menunggu berbuka kami biasa mendengarkan kajian-kajian keislaman yang bisa menambah Ramadan semakin berkualitas.

Provider internet yang telah jadi langganan sejak 2020 itu memberikan banyak manfaat. Tidak rugi rasanya berlangganan provider internet karena lebih hemat. Dalam perkembangan digital yang semakin maju, provider internet memang sangat membantu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image