Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Trimanto B. Ngaderi

Wahai Laki-laki, Engkau Pun Boleh Menangis

Lentera | Friday, 31 Mar 2023, 20:30 WIB

WAHAI LAKI-LAKI, ENGKAU PUN BOLEH MENANGIS

“Iiih, anak laki-laki kok menangis, cengeng tau!” seru seorang ibu kepada anak lelakinya yang sedang menangis;

“Tidak elok seorang lelaki mengeluarkan air mata, itu pertanda tidak gentleman!” ujar seorang isteri yang melihat suaminya berurai air mata;

“Bersedih boleh, tapi kau tak boleh menangis. Memalukan!” bisik sang nenek kepada suaminya;

*****

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Divisi Glaukoma Poliklinik Mata RSUP Sanglah, Denpasar tahun 2014, dari 42 orang sampel didapati bahwa laki-laki memiliki proporsi lebih besar (60,93%) dibandingkan dengan perempuan (38,09%).

Selain faktor medis, faktor mental dan emosional juga bisa menyebabkan terjadinya glaukoma. Hal ini terutama terjadi pada laki-laki. Secara kultural, sejak kecil lelaki dididik untuk tidak boleh menangis. Pasalnya, lelaki yang menangis dianggap sebagai cengeng, lemah, tidak gentleman, tidak berwibawa, dan sebagainya. Yang boleh menangis hanyalah perempuan.

sumber gambar: https://id.yarsi.ac.id/

Sifat Alamiah Manusia

Salah satu anugerah Tuhan terhadap manusia adalah emosi. Sebagian orang masih mengidentikkan emosi dengan kemarahan. Padahal, emosi menyangkut perasaan manusia, baik yang positif maupun yang negatif. Rasa cinta, rindu, welas asih, empati adalah wujud dari emosi. Rasa marah, benci, kecewa, iri juga wujud dari emosi. Baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki emosi.

Setiap emosi perlu diekspresikan secara tepat dan sehat. Apabila ada emosi yang ditekan atau ditahan, emosi tersebut dapat mengakibatkan gangguan fisik berupa sakit atau penyakit. Emosi adalah dalam bentuk energi. Jika ia dihambat, maka akan dapat menganggu organ tubuh tertentu.

Ketika seorang lelaki sedang mengalami kesedihan yang mendalam, biasanya akan diekspresikan lewat tangisan. Namun, karena kultur kita tidak mengizinkan hal itu, maka sebagian besar laki-laki akan menahan tangis itu. Ia akan merasa malu jika ada orang lain yang melihat dirinya sedang menangis. Ia tidak ingin dikatakan sebagai lelaki cengeng atau lemah.

Ketahuilah, air mata yang ditahan dapat mengalami kristalisasi, pemicu terjadinya glaukoma.

Visi Dapat Memengaruhi Penglihatan

Visi yang dimaksud di sini bukanlah suatu pandangan jauh ke depan yang terkait dengan rencana, program, atau tujuan. Visi di sini berkaitan dengan pola pikir (mindset), sudut pandang, paradigma, atau sikap mental seseorang dalam memandang kehidupan ini.

Sikap mental seseorang sangat berpengaruh terhadap tubuh fisik, termasuk penglihatan. Sehat tidaknya organ tubuh seseorang akan ditentukan oleh visi hidupnya. Oleh karena itu, sebaiknya kita selalu berusaha untuk memiliki sikap mental yang positif. Sejatinya, semua peristiwa di dunia ini bersifat netral. Respons kitalah yang menyebabkan ia menjadi positif maupun negatif.

Adapun visi (penglihatan) seorang Muslim adalah melihat jauh ke depan, dalam arti berorientasi akhirat. Setiap ucapan dan tindakannya bernilai ukhrawi. Apa yang ia pikirkan, apa yang ia rasakan, selalu dipertimbangkan akan pertanggungjawabannya di yaumul hisab kelak. Perihal akhirat tidak identik dengan ibadah ritual semata. Akhirat bukan hanya shalat, zakat, atau puasa. Ia bekerja, berdagang, mengurus keluarga, kegiatan sosial, atau melakukan aktivitas apapun diusahakan semuanya bernilai ibadah (akhirat).

*****

Wahai lelaki, menangislah! Sekali lagi, menangislah! Ekspresikan secara merdeka apa yang sedang engkau rasakan. Apabila kesedihanmu begitu mendalam, maka menangislah. Jika engkau sedang dalam kegembiraan yang tak biasa, pun menangislah. Tiada yang melarang engkau untuk menangis.

Setiap emosi yang ada dalam dirimu – positif maupun negatif – perlu kita ekspresikan dengan tepat dan sehat. Ketika engkau merasa senang, tertawalah. Ketika kamu merasa bahagia, tersenyumlah. Lain halnya dengan emosi negatif, maka perlakuannya tentu berbeda. Emosi marah misalnya. Marah apabila dilampiaskan, maka akan dapat menyakiti orang lain maupun diri sendiri. Sebaliknya, marah jika ditahan (ditekan) akan dapat menimbulkan gangguan fisik (penyakit). Yang terbaik untuk emosi marah adalah menyadarinya, menyadari bahwa engkau sedang marah. Tidak perlu dilampiaskan, tidak juga ditekan.

Akhir kata, siapa bilang laki-laki tidak boleh menangis. Hanya saja, yang perlu digarisbawahi di sini adalah terkait perbedaan karakter antara laki-laki dan perempuan. So, menangisnya seorang lelaki tak seperti menangisnya seorang perempuan; yang meraung-raung, berteriak-teriak, menjerit-jerit, atau sembari melakukan gerakan liar dan tak terkendali.

Menangisnya seorang lelaki cukup lirih, sesenggukan, elegan; sehingga tetap tampak berwibawa.

(Menangis dapat menyehatkan mata, sekaligus menyehatkan emosi.)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image