Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Amalina Rakhmani

Kejahatan Merajalela, Merefleksikan Kembali Surah Al-Falaq

Agama | Monday, 27 Mar 2023, 21:48 WIB
Ilustrasi (Foto: Unsplash)

Kita semakin resah mendengar dan melihat kasus-kasus kejahatan yang dilakukan oleh manusia. Kekerasan, penganiayaan, penculikan, pembuhuhan, pemerkosaan hingga penyimpangan seksual.

Kita khawatir diri kita dan keluarga kita menjadi sasaran orang-orang yang tidak berperikemanusian tersebut.

Kewaspadaan telah kita lakukan demi melidungi diri kita dan keluarga. Namun itu saja tidak cukup, memohon perlindungan kepada Allah tidak kalah penting karena pasti ada saat-saat kita lengah, bahkan saat kita berada dalam kondisi yang kuat, bahaya dapat datang mengancam kapan saja.

Surah Al-Falaq menjadi surah yang sudah seharusnya kita baca dengan lebih cermat lagi terutama mengenai makna-makna yang terkandung di dalamnya.

Mulai dari ayat pertama, “Qul a’udzhu bi rabbil falaq” (Katakanlah Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai falaq)

Falaq jika kita intip dari terjemahan Al-Quran bermakna subuh. Namun Syaikh Ratib An-Nabulsi memaknai falaq sebagai alam semesta.

Artinya kita diminta untuk berlindung kepada Allah sebagai Tuhan yang menguasai alam semesta.

Di samping itu, ayat ini mengajak kita meminta perlindungan dari segala hal yang ada di alam semesta baik yang tampak oleh mata ataupun yang tidak tampak, baik yang dapat kita rasakan maupun yang tidak dapat kita rasakan. Terutama kejahatan yang terjadi di luar diri kita.

Salah satu tanda keimanan seseorang adalah memohon perlindungan kepada Allah saat ia dihadapkan dalam suatu masalah atau tekanan.

Lalu di ayat ke dua, “Min syarri maa kholaq” (dari kejahatan apa-apa yang ia ciptakan (makluk-Nya))

Jika kita takut kehilangan harta maka mintalah perlindungan kepada Allah, jika kita takut terhadap penguasa yang zalim mintalah perlindungan kepada Allah, jika kita takut dengan lingkungan yang toxic maka mintalah perlindungan kepada Allah.

Rasa takut dan kekhawatiran terhadap perbuatan buruk makhluk adalah sesuatu yang sulit kita kontrol bahkan terkadang ketakutan itu tidak bisa kita hindari karena datang secara alami.

Maka melakukan sesuatu yang dapat kita kontrol menjadi cara terbaik agar ketenangan hadir dalam diri kita, yaitu dengan memohon perlindungan kepada Allah.

إِنِّى تَوَكَّلْتُ عَلَى ٱللَّهِ رَبِّى وَرَبِّكُم ۚ مَّا مِن دَآبَّةٍ إِلَّا هُوَ ءَاخِذٌۢ بِنَاصِيَتِهَآ ۚ إِنَّ رَبِّى عَلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ

Artinya: Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. (Q.S. Surah Hud: 56)

Mengapa meminta perlindungan kepada Allah ini penting? Karena Allah bisa mengendalikan kejahatan yang dilakukan oleh makhluk-Nya. Sedangkan kita tidak mampu mengendalikan mereka.

Maka tidak sepatasnya kita sombong merasa bahwa diri ini bisa mengatasi segala sesuatu dengan sendirinya tanpa bantuan Allah.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91)

Sombong menolak kebenaran bahwa manusia lemah dan tidak berdaya tanpa Allah. Saat ia berada di atas langit ia merasa bisa menguasai dan melakukan segala hal. Namun begitu ditimpa kecemasan dan ketakutan ia tersungkur, demikian maksud hadits tersebut.

Kejahatan yang menggerogoti keamanan negeri ini tentu datang akibat ulah manusia sendiri. Allah tidak yang menciptakan manusia tanpa petunjuk. Allah telah mengajarkan manusia untuk menebar kebaikan dan mencegah kejahatan di bumi.

Manusia sendiri yang memilih untuk lalai dan mengabaikan ajaran Allah tersebut.

مَّآ أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِ ۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًا

Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi. (Q.S. An-Nisa': 79)

Pada ayat di atas kata sayyiah yang diartikan sebagai keburukan menggunakan bentuk nakirah, artinya kata tersebut bersifat umum baik itu bencana yang kecil maupun yang besar, yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung, yang mendatangkan penderitaan atau yang minim penderitaan. Semua tu datang dari ulah manusia sendiri.

Kita paham betul kejahatan yang dilakukan oleh manusia sangatlah banyak. Bahkan tidak henti-hentinya kita membaca berita kasus kejahatan baru setiap hari. Oleh karena itu jika kita tidak meminta perlindungan Allah maka sulit bagi kita untuk mencegah segala kejahatan yang terus merajalela itu.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَن يَبْسُطُوٓا۟ إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنكُمْ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah. Dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal. (Q.S. Al-Maidah ayat 11)

Kekhawatiran, ketakutan dan kecemasan tidak terhitung di dunia ini, semakin hari semakin bertambah. Itulah mengapa Allah menawarkan perlindungan kepada manusia melaui surah Al-Falaq ini.

Dengan begitu kita semakin sadar bahwa semua emosi negatif itu hadir pada jiwa kita untuk mendekat kepada Allah, bergantung kepada-Nya serta merasa bahwa diri ini tidak mampu menghindari keburukan apapun tanpa bantuan-Nya.

Bersambung...

_______

Penulis yang akrab dipanggil Lina ini rutin membaca artikel keislaman di republika sebagai bahan bacaan dan inspirasi. Dirinya berharap menjadi bagian dari republika.co.id.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image